TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Keluatan dan Perikanan (DKP) Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Agus Salim Safrulah, mengatakan luas kawasan hutan mangrove di pesisir Kota Kendari semakin menyusut.
"Awalnya kawasan mangrove mencapai 525 hektare namun kini tersisa kurang lebih 70 persen atau sekitar 367,5 hektare," kata Agus Salim, di Kendari, Jumat, 21/7.
Baca Juga:
Ia mengatakan tingkat perusakan tanaman mangrove oleh masyarakat di beberapa wilayah pesisir Kota Kendari menjadi ancaman bagi penduduk warga kota, khususnya yang bermukim di wilayah pesisir. "Untuk menekan kerusakan kawasan mangrove tersebut, kami minta keterlibatan warga setempat untuk bersama-sama menjaga kelestarian mangrove," kata dia.
Melalui kelompok masyarakat peduli mangrove yang telah terbentuk kata Agus Salim, diberikan pemahaman tentang arti dan penting mangrove dalam menjaga ekosistem pesisir.
"Mangrove selain memiliki fungsi fisik menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari abrasi, dan intrusi air laut, juga memiliki fungsi biologis sebagai habitat berbagai jenis biota, serta dapat ditata menjadi area smart point," katanya.
Kawasan mangrove, kata dia, merupakan salah satu ekosistem pesisir dan lautan yang juga bisa berdampak pada ekonomi warga.
Kawasan mangrove di Kendari terdapat hampir disepanjang garis pantai teluk Kendari. Mmebujur dari Kelurahan Tondonggeu bagian selatan Kendari sampai Kelurahan Purirano di bagian utara Kendari.
ANTARA