TEMPO.CO, Jakarta - Antartika kini menjadi lebih hijau karena perubahan iklim. Dalam studi yang dimuat di jurnal Current Biology, Kamis, 18 Mei 2017, para ilmuwan melaporkan tumbuhan di Antartika, khususnya lumut, berkembang dengan cepat dalam 50 tahun terakhir.
Menurut studi, kehidupan tumbuhan hanya ada di sekitar 0,3 persen wilayah Kutub Selatan itu. Namun temuan-temuan baru tersebut menunjukkan adanya perubahan besar dalam biologi dan lanskap wilayah ikonis itu pada kondisi hangat di masa depan.
"Dalam waktu dekat, kita akan melihat Antartika menghijau sejalan dengan pengamatan yang dilakukan di Kutub Utara," kata Profesor Dan Charman dari University of Exeter, yang memimpin proyek penelitian tersebut.
Semenanjung Antartika dikenal sebagai salah satu wilayah yang mengalami pemanasan paling cepat di Bumi. Temperatur tahunan di sana telah merayap naik sekitar 0,5 derajat Celsius setiap dasawarsa sejak 1950-an.
Para peneliti itu menyadari mereka dapat mengambil banyak pelajaran mengenai bagaimana peningkatan temperatur telah mempengaruhi ekologi semenanjung tersebut.
Kapal kecil membawa para ilmuwan melintasi pecahan es di Antartika, 20 Janurai 2015 (AP/Natacha Pisarenko)
Para peneliti mempelajari sampel inti dari tumpukan-tumpukan lumut, yang terpelihara dengan baik dalam kondisi dingin Antartika. Mereka meneliti lima inti tumpukan lumut di tiga lokasi dari satu daerah yang membentang sekitar 644 kilometer.
Lokasi-lokasi itu meliputi tiga pulau Antartika, yaitu Elephant Island, Ardley Island, dan Green Island, tempat tumpukan lumut yang paling tua dan paling dalam tumbuh.
Para ilmuwan menganalisis data dari 150 tahun terakhir dan mendapatkan bukti yang jelas mengenai titik perubahan—titik dalam waktu setelah aktivitas biologi secara jelas meningkat—dalam setengah abad terakhir.
"Kenaikan temperatur selama sekitar setengah abad belakangan di Semenanjung Antartika memiliki dampak dramatis pada tumpukan-tumpukan lumut yang tumbuh di wilayah tersebut," kata penulis utama studi itu, Matt Amesbury, dari University of Exeter.
Jika itu berlanjut, kata dia, dan dengan bertambahnya jumlah lahan bebas es akibat kemerosotan gletser secara terus-menerus, Semenanjung Antartika akan menjadi tempat yang jauh lebih hijau pada masa depan.
Menurut warta kantor berita Xinhua, para peneliti mengatakan akan terus mempelajari data inti dari ribuan tahun lalu di Antartika. Tujuannya, untuk meneliti bagaimana perubahan iklim mempengaruhi ekosistem sebelum kegiatan manusia mulai menimbulkan pemanasan global.
ANTARA