Kepala Dinas Olahraga dan Pariwisata Balikpapan, Oemy Facessly mengatakan, pengecatan perkampungan Teluk Seribu melibatkan ratusan sukarelawan yang punya keterampilan graffiti. Sejak November lalu, katanya para seniman memoles dinding pembatas sepanjang 50 meter dengan lukisan mural penuh makna.
Beberapa lukisan bernuansa tiga demensi menjadi ajang swafoto pengunjung Teluk Seribu.
Lukisan dinding graffiti ini sepertinya bakal menjadi ikon di sana. Para pelukis mampu menampilkan karya seni yang mencerminkan kepribadian Balikpapan.
“Ada karya seni kerimbunan pohon mangrove, sayap raksasa hingga burung asli Kalimantan, Enggang. Semuanya harus bisa memberikan kegembiraan pada pengunjung,” tutur Oemy.
Salah satu pemandu wisata Teluk Seribu, Nanang Hamdani mengatakan , wisata di sungai Manggar bia ditempuh dalam 1 jam. Sungai ini memiliki arus arus yang tenang menuju lautan. Selama perjalanan 1 jam itu pelancong bisa menemui keragaman habitat alam flora fauna Kalimantan.
“Pada saat tertentu akan terlihat primata bekantan berlompatan di atas pohon mangrove. Terkadang juga buaya muara yang ukurannya besar sedang berjemur,” tutur Nanang.
Keindahan alam itu belum terekspos pemberitaan media massa. Hanya para nelayan Balikpapan yang kerap menikmati keanegakaragaman flora fauna di pagi dan sore hari.
Nanang berharap pemberdayaan Teluk Seribu tidak hanya berumur pendek. “Jangan hanya sekali saja gegap gempitanya. Karena biasanya hangat hangat tai ayam. Ramai awalnya dan seterusnya tidak ada tindakan.”
Saat ini, masyarakat Teluk Seribu masih menunggu penuntasan proses pengecatan rumah yang masih tersisa. Selain itu, dibutuhkan kapal ukuran sedang guna melayani turis yang hendak menikmati wisata menyusuri Sungai Manggar.
Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur, Syarifuddin Pernyata mengapresiasi kebijakan mendandani kawasan kumuh nelayan menjadi destinasi wisata Balikpapan. Menurutnya, pemerintah kota/kabupaten harus kreatif dalam memaksimalkan potensi dimilikinya saat ini. “Saat minim anggaran, pemda harus kreatif dalam mempercantik potensi wisatanya,” ujar dia.
Syarifuddin mengatakan, pemda terganjal minimnya anggaran promosi guna memperkenalkan potensi wisatanya masing masing. Salah satu contohnya adalah minimnya anggaran pariwisata Pemprov Kaltim sebesar Rp 4 miliar dari sebelumnya Rp 16 miliar. “Ini terjadi pula di seluruh kota/kabupaten di Kaltim. Praktis anggaran yang ada dipergunakan untuk pembiayaan rutin pegawai saja. Kami tidak bisa promosi wisata seperti dulu,” keluhnya.
SG WIBISONO (Balikpapan)