TEMPO.CO, Jakarta - Udara dingin di akhir musim gugur langsung menyergap begitu saya keluar dari kendaraan dan menginjak halaman Kastil Stirling, akhir November lalu. Penasaran, saya merogoh telepon pintar mengecek suhu pagi itu. Lima derajat di bawah nol. Terik matahari tak kuasa mengusir dingin untuk makhluk tropis seperti saya. Saya pun segera merapatkan syal dan jaket, mencegah dingin menyelinap ke tengkuk.
Juan Jose Bermejo Dorado cuma tersenyum melihat kami, rombongan jurnalis dari Indonesia yang menggigil kedinginan. Juan Dorado merupakan sopir yang mengantar kami selama di Skotlandia. Dia terlihat amat antusias. Hari itu, kami berangkat dari Glasgow menuju Edinburgh. Di tengah perjalanan, Juan bercerita dengan semringah soal aneka kastil tua yang ada di Skotlandia. "Di sini juga lebih banyak hantu ketimbang di London," kata Juan menakut-nakuti kami.
Saya bersama empat wartawan Indonesia diundang oleh Kedutaan Besar Inggris di Jakarta dan Garuda Indonesia untuk mengelilingi sejumlah kota di Inggris. Selain mengunjungi kampus-kampus dan berdiskusi dengan mahasiswa Indonesia, kami menyinggahi sejumlah tempat bersejarah. Kami menempuh perjalanan darat dari London, kemudian ke Oxford. Dari Oxford, kami beranjak ke Birmingham dan Coventry.
Dari Birmingham, kami menumpang kereta selama enam jam ke Glasgow, Skotlandia. Pemandangan di sepanjang jalan amat memikat. Keretanya amat nyaman, meskipun kursinya tidak bisa dimiringkan. Di Skotlandia, kami mengunjungi tiga kota, yakni Glasgow, Stirling, dan Edinburgh--kota terbesar di negara itu. Stirling terletak di antara keduanya.
Stirling dapat ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam dari Glasgow. Stirling adalah kota yang tenang, sunyi, dan rapi. Rumah-rumah terlihat seragam, dengan taman yang tertata apik. Jalanan tak terlalu padat dan manusia yang berkeliaran pun bisa dihitung dengan jari. Meskipun belum memasuki musim dingin, cuaca amat menusuk tulang. Cuaca menjadi lebih menyiksa jika angin berembus kencang. Bahkan di siang hari dengan terik matahari sekalipun. "Salju belum turun. Tapi kadang-kadang ada hujan es," kata Juan.
Ucapan Juan terbukti saat kami tiba di kastil Stirling. Halaman parkir kastil, yang disusun dari bebatuan, dipenuhi buliran layaknya es serut. Kastil ini terletak tak jauh dari permukiman paling padat di Stirling--untuk tak menyebutnya sebagai pusat kota--dikelilingi tebing terjal dan menjulang di ketinggian bukit. "Kastil ini memiliki arti penting untuk sejarah Skotlandia," kata Juan.
Selanjutnya: Ibunda Donald Trump Anggota Klan Kastil