TEMPO.CO, Gunung Kidul - Kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul selalu menarik bagi wisatawan. Salah satu yang menjadi unggulan selain gunung api purba adalah industri cokelat atau cacao yang dihasilkan di desa itu.
Para penduduk di desa itu menanam pohon kakao di setiap lahan kosong. Setiap rumah rumah milik warga ditanami pohon penghasil cokelat itu. Potensi ini ditangkap oleh para pengelola wisata menjadi salah satu produk unggulan.
Baca juga: Temuan Macan Tutul Bukti Keberhasilan Restorasi Suaka Alam
"Kami punya Griya Cokelat, diresmikan oleh gubernur, 2 Desember 2016 yang lalu," kata salah satu pengelola wisata Geopark Nglanggeran, Sugeng Handoko, Jumat, 10 Februari 2017.
Kakao dari para warga dibeli oleh Griya Cokelat untuk diolah menjadi berbagai macam olahan. Yaitu serbuk cokelat untuk minuman, dodol cokelat dan cokelat papan/batang (bar).
Serbuk cokelat dibuat berbagai macam campuran. Yaitu cokelat campur susu kambing etawa dan rasa lainnya. Tetapi juga ada yang rasa klasik dan original.
Harga per satu kotak serbuk minuman cokelat Rp 40 ribu-Rp 45 ribu isi 10 sachet. Dodol cokelat dijual Rp 13 ribu pe bungkus. Sedangkan cokelat papan dijual dengan berbagai variasi harga.
Beberapa varian olahan cokelat yang dibuat adalah Cocomix Original, Cocomix Kopi, Cocomix Susu Kambing Etawa, Cocomix Ice, Cookies Kombinasi Tepung Mocaf dan Cokelat.
Surini, salah satu pengelola Griya Cokelat menyatakan, ada empat karyawan yang memproses pembuatan olahan cokelat. Biji kakau dikepul dari warga setempat lalu diolah berbagai macam varian. Setelah berjalan sekitar dua bulan, omzetnya lumayan tinggi. Yaitu mencapai Rp 29 juta per bulan.
"Pembuatan aneka olahan cokelat juga di sini (Griya Cokelat), termasuk pengepakan," kata dia.
Di tempat itu, wisatawan juga bisa menikmati secara langsung minuman khas cokelat di lereng pegunungan yang sudah menjadi geopark global itu. Bangunan semacam cafe baru direncakanan dibangun di lokasi yang sama.
Pembuatan Griya Cokelat itu atas bantuan dari Bank Indonesia Yogyakarta, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA), dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
MUH SYAIFULLAH
Baca juga:
Asyiknya Bertualang di Saung Budaya Kampung Bolang Subang
Trik Agar Harga Menginap di Hotel Bintang 5 Lebih Murah