TEMPO.CO, Jakarta -Saat melancong ke Yogjakarta pasti anda tak akan melewatkan menikmati nasi gudeng, bukan? Selain memang nyamleng, itu juga semacam syarat tak tertulis bahwa anda sah sudah berkelana di kota budaya ini.
Tetapi tidak inginkah anda melakukan hal yang sedikit berbeda? Misalnya, berburu kuliner khas kota yang anda kunjungi, namun yang jarang diperbincangkan. Kalau anak sekarang menyebutnya yang non-mainstream. Misal di Yogyakarta, setelah gudeg, ya, coba cari yang lain. Mangut lele, misalnya.
Begitu juga saat nglencer di kota lain, seperti Solo, Bandung, Makassar, dan lain-lain. Mari coba menikmati berbagai kuliner yang mungkin belum familiar, tapi tak kalah maknyus itu.
Mangut Lele- YOGYAKARTA
Pernah mendengar maskaan bernama mangut lele? Di kota ini gampang ditemui—meski mungkin tak semudah gudeg yang selalu hadir nyaris di setiap sudut kota itu. Salah satu yang legendaris adalah: Warung mangut lele Mbah Marto.
Makanan ini bahan dasarnya adalah lele (digoreng atau dipanggang), yang diberi bumbu mangut. Apakah mangut itu? Ini adalah bumbu dengan banyak rempah Jawa. Nah, di warung Mbah Marto semua itu diracik secara ahli dan menghasilkan masakan yang aduhai enaknya.
Bumbu masakan yang digunakan, antara lain, bawang putih, bawang merah, cabai, kunyit, jahe, dan lengkuas, yang diuleg. Sedangkan lele-nya dipanggang menggunakan bilah-bilah bambu.
Semua menu itu dihidangkan di atas ambin (balai-balai) bambu yang berada di di dapur (pawon). Dan pelanggan bisa mengambil sendiri masakan yang diminati.
Warung ini menempati kediaman Mbah Marto dan pengunjung bisa memilih duduk di mana saja. Ruang tamu, tengah, dan teras yang telah dipasangi meja dan kursi bilah-bilah bambu.
Buka setiap hari sejak sejak pukul 11.00 hingga 19.00, warung itu berada di belakang kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta, sekitar tujuh kilometer sebelah selatan pusat Kota Yogyakarta. Harga seporsi mangut lele dan nasi dipatok Rp 20 ribu.
Sate Kere - SOLO
Tentu pilihan utama di kota ini nasi liwet, bukan? Setelah itu mari coba sate kere. Jika beruntung, Anda bisa menemukan pedagang keliling yang menjual menu ini. Di salah satu pojok Pasar Gede juga ada yang menjual. Namun, ada satu rumah makan yang menyediakan menu ini dan boleh dicoba: Wedangan Lawang Djoendjing.
Tentu saja, karena konsepnya wedangan, ada banyak menu lain, seperti: jadah bakar, kolang-kaling, nasi bandeng, hingga pisang owol. Tapi, kali ini mari mencoba sate kere.
Sate kere terbuat dari tempe gembus yang berasal dari ampas tahu. Disajikan dalam tusukan mirip sate, setelah dibakar. Bumbunya menggunakan kacang, mirip sate ayam. Dengan tambahan irisan lontong, maka perut anda akan terisi penuh usai menyantap.
Kini isi tusukan sate kere bisa pula divariasi dengan irisan daging sapi serta kikil.Di sini Satu porsi lengkap dibandrol Rp 25 ribu.
Wedangan ini terletak di Dukuhan Nayu, Kadipiro, Banjarsari, Solo. Lokasinya berada di sekitar dua kilometer ke arah utara dari Terminal Tirtonadi. Dengan perangkat peta di ponsel pintar, anda tinggal memasukkan kata kunci Lawang Djoendjing.
Kapurung - MAKASSAR
Coto, tentu saja adalah andalan dna ikon kuline rkota ini. Tapi cobalah sesekali menikmati makanan lain, seperti kapurung, misalnya. Ini adalah makanan khas Palopo. Makanan ini terbuat dari sagu dan banyak digemari masyarakat. Untuk mendapatkannya juga mudah, antara lain, berada di Jalan Mappanyukki, tak jauh dari Stadion Mattoangin.
Kue Balok - BANDUNG
Peuyeum, ya itu yang nyantol di benak begitu mendengar nama Kota bandung. Hari-hari ini ada satu jajanan khas yang tengah hits di kota Kembang . Itulah kue balok. Hampir di setiap lokasi di Kota Bandung pasti dapat ditemukan penjual kue manis bertekstur lembut ini.
Beberapa penjual kue balok legendaris ini mungkin bisa Anda kunjungi bersama teman ataupun keluarga. Hanya saja, untuk menghindari antrean yang panjang Anda harus datang lebih awal agar kebagian.
1. Kue balok Mang Asep
Terletak di Jalan Moh. Toha Bandung, kedai ini buka sejak pukul 04.00 sampai 10.00 pagi. Kedai yang hanya menggunakan gerobak ini membuat antrean selalu panjang pada pagi hari. Jarak menuju lokasi dari pusat kota atau alun-alun adalah 15 menit menggunakan motor, mobil, atau kendaraan umum.
2. Kue balok Kang Didin
Kue balok ini cukup terkenal di kalangan anak muda Bandung. Tak heran jika hampir setiap sore menjelang malam kedai kue di Jalan Abdul Rahman Saleh atau sekitar Bandara Husain Sastranegara ini selalu ramai. Jika Anda berada di kawasan Dago, jarak tempuh menuju lokasi hanya 15 menit. Namun jika Anda berada di sekitaran Alun-alun Kota Bandung, Anda harus menempuh perjalanan selama 25 menit.
3. Kue balok Mang Udju
Masih ada satu tempat kue balok hit di Bandung, yakni di Jalan Cihapit atau Pasar Cihapit. Jika sulit menemukan lokasinya, Anda bisa mengunjungi cabang lain di Jalan Purwakarta, Antapani, bersebelahan dengan Pizza Hut Delivery Antapani.
Kue balok Mang Udju ini terkenal dengan adonannya yang kental dan teksturnya yang selalu lembut seperti spons cake.
Untuk sampai ke lokasi tersebut dari alun-alun kota, Anda membutuhkan waktu 15-30 menit dengan mobil, selain jarak yang cukup jauh dari pusat kota, ruas jalan yang dilalui termasuk jalur padat kendaraan.
Nasi Petis - BANGKALAN
Belum banyak yang mengenal nasi campur Bangkalan, yang disebut nasi petis. Di kota ini menu tersebut dapat ditemui di tiga tempat: Warung Amboina (di Gang Amboina, Demangan, dekat Masjid Jami’), Depot Nyonya Lete’ (dekat kantor pos), dan Depot Nyonya Sennam, di jalan yang sama dengan kantor pos itu.
Meski ada kata petis pada namanya, pada hidangannya sama sekali tak kita temukan. Lauk nasi petis di Amboina adalah separuh telur rebus, jeroan sapi, dendeng daging sapi, limpa dan hati sapi. Masing-masing ukuran jumbo, sekira separuh telapak tangan. Kuahnya adalah santan kental.
Siti Rahmah, 46 tahun, pemilik Warung Gang Amboina, menuturkan meski petis tidak tampak pada sajian, tapi petis menjadi salah satu bumbu yang penting dalam kuah santan itu.
Sedangan nasi petis di Depot Nyonya Lete’ dan Nyonya Sennam agak berbeda. Depot Nyonya Lete’ menggunakan kuah sik-usik yang bersantan kemerahan. Ada potongan telur, soun bumbu kecap, dan serundeng. Ini mirip dengan sajian di Depot Nyonya Sennam yang unsur lauknya hampir sama, tapi kuah santannya putih.
Satu porsi nasi petis di Warung Amboina dibandrol seharga Rp19 ribu belum termasuk minuman. Sedangkan di Depot Nyonya Liti’ Rp25 ribu.
Nasi Krawu - GRESIK
Nasi Krawu biasanya dibungkus dengan daun pisang hingga selalu menggoda. Ada banyak warung yang menyediakan menu ini di ruas jalan Sudirman.
Di sana tiap pemilik mencantumkan awalan "Buk" untuk nama warung. Ada Buk Su, Buk Tiban, Buk Timan, Buk Sudjiman, dan banyak Buk lainnya. Di seiap warung, rasa yang disajikan berbeda. Konsep warung pun beragam. Ada yang berada di emperan toko, ada juga d ruangan berpenyejuk udara.
Di warung Bu Azza di Jalan Panglima Sudirman, misalnya, kuah kaldunya dibuat dari rebusan daging. Nasi krawu disajikan terpisah di dalam mangkuk kecil. Kuah itu disebut semur, rebusan daging yang digoreng. Rasanya gurih, segar, dan sedikit asin.
Banyak orang mengira "krawu" berasal dari kata “mengeruk” karena, secara tradisi, nasi itu dimakan langsung memakai tangan. Ada juga yang menyebut krawu sebagai cara penjual menyuwir daging—dalam bahasa Jawa, krawuk-krawuk. Namun, menurut salah seorang pengelola warung, krawu ialah sebutan salah satu komponen dalam sajian itu, yaitu parutan kelapa berbumbu cabai merah.
Sambal nasi krawu lezat nian. Cabai digoreng dan dilembutkan bersama petis udang, terasi, dan sedikit kluwak. Perpaduan pedas dan asinnya membikin ketagihan.
Harga seporsi nasi krawu antara Rp 15 ribu dan Rp 20 ribu. Jika Anda tidak doyan jeroan, jangan lupa berpesan agar penjual menyajikan yang full daging.
Baca juga:
Dipolisikan FPI Terkait Pelaporan Rizieq, PMKRI: Silakan
SHINTA MAHARANI (Solo), AHMAD RAFIQ (Bangkalan), MUSTHOFA BISRI (Bangkalan), ARTIKA RACHMI FARMITA (Gresik), DIDIT HARYADI (Makasar), DWI RENJANI (BANDUNG)