TEMPO.CO, Bangkalan - Jika berkunjung ke Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, cobalah nasi campurnya. Nasi campur Bangkalan disebut nasi petis. Nasi petis dijual di tiga tempat. Di Warung Amboina yang letaknya di Gang Amboina, Demangan, di dekat Masjid Jami’ di depan alun-alun, Depot Nyonya Liti’ yang letaknya sebelum kantor pos, dan Depot Nyonya Sennam yang letaknya di jalan yang sama dengan kantor pos itu.
Meski ada kata petis pada namanya, pada hidangannya sama sekali tak ada petisnya. Lauk nasi petis adalah separuh telur rebus, jeroan sapi, dendeng daging sapi, limpa dan hati sapi. Masing-masing ukuran jumbo, sekira separuh telapak tangan.
Kuahnya sedikit santan kental. Siti Rahmah, 46 tahun, pemilik Warung Gang Amboina, menuturkan meski tidak tampak pada sajian, tapi petis menjadi salah satu bumbu yang penting dalam kuah santan itu. Tiap santan dari dua puluh biji buah kelapa, dicampuri satu sendok petis Madura. Rasa petis Madura sangat khas dan berbeda dengan petis Sidoarjo atau Gresik yang rasanya perpaduan manis-gurih dan berwarna hitam pekat. Rasa petis Madura asin dan berwarna kecoklatan.
Menurut Rahmah, petis tidak boleh lebih dari satu sendok. Bila lebih maka warna santan akan berubah kecoklatan. "Kalau satu sendok, warna santan tetap putih alami, tapi rasanya sedap," kata dia, Kamis, 15 Desember 2016. Berkat bumbu petis dan aneka rempah, rasa kuah santan gurih tapi tidak eneg. Sangat klop dengan aneka lauknya yang aneka ragam.
Sedangan nasi petis di Depot Nyonya Liti’ dan Nyonya Sennam agak berbeda. Depot Nyonya Liti’ menggunakan kuah sik-usik yang bersantan kemerahan. Ada potongan telur, soun bumbu kecap, dan serundeng. Ini mirip dengan sajian di Depot Nyonya Sennam yang unsur lauknya hampir sama, tapi kuah santannya putih.
Satu porsi nasi petis di Warung Amboina dibandrol seharga Rp19 ribu belum termasuk minuman. Sedangkan di Depot Nyonya Liti’ Rp25 ribu.
Rahmah mengatakan, kunci sukses mengelola warung yang didirikan sejak 1965 itu adalah konsistensi kualitas rasa masakan. "Semua bahan bumbu kami timbang, hingga urusan sambel pun, cabainya ditimbang, demi menjaga rasa."
MUSTHOFA BISRI