TEMPO.CO, Tegal - Para pendaki yang akan naik ke puncak Gunung Slamet pada malam 17 Agustus 2016 diimbau tetap waspada. Sebab, dalam beberapa hari terakhir, cuaca di puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa ini memburuk.
Bambang Harianto, Pembina Gabungan Pecinta Alam Gunung Slamet (Galas), mengimbau para pendaki membawa alat kelengkapan yang komplet. “Harus standar survival,” katanya.
Galas, kata dia, akan menempatkan beberapa anggota di tiga titik pos pendakian, yaitu di Guci, Kaliwadas, dan Sawangan, saat malam 17 Agustus. Mereka akan berjaga selama 24 jam penuh. “Ada tiga sampai empat anggota yang akan berjaga,” ujarnya.
Menurut dia, dalam beberapa hari terakhir, hujan terus mengguyur puncak Gunung Slamet. Dia memperkirakan, dalam 2 hari ke depan, jalur pendakian akan diguyur hujan. “Jika semakin ekstrem, kami minta pendaki tidak naik ke puncak,” tuturnya.
Pendaki, kata dia, bisa berkemah dan membangun tenda di kawasan obyek wisata Guci dan Dukuh Kalipedes, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa. “Di sana ada bumi perkemahan, dekat dengan air terjun,” tuturnya.
Peringatan serupa juga disampaikan oleh Humas Galawi Rescue, Arif Rahman. Dia menginformasikan kepada pendaki, cuaca buruk membuat dua orang asal Kramat, Kabupaten Tegal, hipotermia atau kedinginan berlebihan. Dua pendaki itu ialah Max Biaqiie, 16 tahun, dan Fauzan, 16 tahun.
Beruntung, keduanya selamat dan dievakuasi tim PMI Tegal serta Galawi Resque pada Ahad, 14 Agustus. “Dua pendaki saat itu langsung dibawa ke Puskesmas Bumijawa untuk mendapatkan perawatan,” kata Arif.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ