TEMPO.CO, Padang - Pegiat pariwisata di Sumatera Barat melatih warga yang tinggal di kawasan Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, untuk mengelola kawasan wisata di Mandeh. Sejak setahun terakhir, kawasan Mandeh, yang dijuluki Raja Ampat dari barat, semakin dikenal dan makin banyak pengunjungnya. Presiden Joko Widodo juga pernah datang ke Mandeh pada Oktober 2015.
Kawasan Mandeh seluas 18 ribu hektare terletak di Pantai Carocok, Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan. Jaraknya hanya 56 kilometer dari Kota Padang.
Baca Juga:
Kawasan Wisata Mandeh memiliki pemandangan yang indah, dengan teluk yang berlekuk-lekuk serta gugusan pulau-pulau kecil di depannya. Tempatnya masih alami dengan pantai yang berpasir putih. Lautnya yang biru kehijauan diperkaya terumbu karang serta mangrove.
Dalam mengembangkan kawasan wisata Mandeh, kelompok pegiat pariwisata di Sumatera Barat, yang dimotori mantan Ketua Bappenas Andrinof Chaniago, mendorong masyarakat di Mandeh mengelola wisata berbasis masyarakat. Pegiat pariwisata mendirikan koperasi bersama masyarakat untuk mengelola Mandeh sejak Januari lalu.
Pegiat wisata Sumatera Barat yang juga pengurus Koperasi Pesona Wisata Sumatera Barat, Zuhrizul Chaniago, menjelaskan, melalui Koperasi Pesona Wisata Sumatera Barat, dilakukan program memberdayakan masyarakat Mandeh agar sadar wisata. “Kawasan Mandeh memiliki potensi besar untuk dikelola masyarakat,” katanya, Kamis, 24 Maret 2016.
Menurut Zuhrizul, selama setahun terakhir, para pegiat wisata sudah melakukan sosialisasi tentang potensi wisata Mandeh. Selain itu, dilakukan pembentukan kelompok ekowisata untuk mengelola usaha wisata, seperti kuliner, kerajinan, seni tradisi, perahu, pemandu wisata, pemandu selam, dan homestay.
Zuhrizul menjelaskan kelompok masyarakat sudah dilatih untuk menekuni usaha kuliner. Dalam pelatihan, dihadirkan chef berpengalaman di Padang. Banyak potensi kuliner yang khas di Mandeh yang layak ditonjolkan, seperti rendang gurita, rendang lokan, udang, dan makanan seafood lainnya. “Bahan bakunya sangat banyak di laut Mandeh,” ujarnya.
Untuk kelompok pemandu wisata juga sudah dilakukan pelatihan dan studi banding ke tempat wisata lain di Sumatera Barat. Masyarakat juga sedang didorong untuk memiliki homestay sendiri.
Zuhrizul mengatakan saat ini sudah ada dua homestay, dan ada lima lagi yang sedang dipersiapkan. “Anak-anak di Sungai Nyalo, Nagari Mandeh, juga sedang dilatih belajar berbahasa Inggris agar bisa melayani wisatawan,” ucapnya.
Zuhrizul menargetkan ada sertifikasi anggota kelompok usaha dan pembekalan manajemen bisnis usaha wisata masyarakat. Tujuannya agar perkembangan wisata di Mandeh berkelanjutan.
FEBRIANTI