TEMPO.CO, Jakarta - Selain terkenal akan keindahan alam pantai yang menawan, Belitung juga populer dengan makanan khas yang berbahan dasar ikan. Salah satu makanan khas yang biasa dijadikan oleh-oleh adalah ketam isi.
Makanan ini diolah dari daging kepiting rajungan yang telah dicampur bumbu, bawang daun, dan telur. Bahan yang telah dicampur bumbu itu kemudian dimasukkan kembali ke dalam cangkang kepiting lalu digoreng.
Seorang pengusaha yang menggeluti bisnis kuliner ini adalah Yuliana, 50 tahun. Warga Kelurahan Aik Ketekok, Tanjung Pandan, itu telah 15 tahun menjual ketam isi. Dibantu empat karyawannya, Yuliana setiap hari menerima pesanan ketam isi.
"Dulu ceritanya di daerah sini banyak kepiting yang tidak terkirim, ketam dulu melimpah di sini. Lalu saya ada ide, coba bikin di rumah sebagai lauk makan. Kemudian, kok, rasanya enak. Saya titiplah di warung-warung, baru tahun 2006 saya berani titip di rumah makan-rumah makan," kata Yuliana saat ditemui di kediamannya di Tanjung Pandan pada Senin, 7 Maret 2016.
Dalam sehari, Yuliana bisa memproduksi rata-rata 200 ketam isi yang biasa dibawa para pelanggan ke luar Belitung, seperti Bandung, Jakarta, hingga Arab. "Paling banyak saya bikin menjelang gerhana matahari total inilah, pesanan sampai 2.000 buah," ujar Yuliana, yang hanya membuat ketam isi jika ada pesanan.
Menurut Yuliana, 1 kilogram kepiting bisa diolah menjadi 30 ketam isi yang gurih dan renyah. Beruntung, hingga saat ini Yuliana tak pernah kehabisan bahan baku yang dibelinya seharga Rp 80 ribu per kilogram itu.
Sayangnya, ketam isi kreasi Yuliana hanya bisa bertahan dua hari setelah digoreng, dan seminggu jika dibekukan di lemari pendingin.
"Usaha ini rencananya saya wariskan kepada anak-anak saya. Biar mereka yang nanti mengembangkan teknologi pengemasan supaya lebih tahan lama dan juga strategi pemasarannya, mau lewat online atau seperti apa," tutur ibu dua anak itu.
ANTARA