TEMPO.CO, Bandung - Sepekan sampai di Argentina, tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Katolik Parahyangan (WISSEMU) Bandung kini mulai mendaki Gunung Aconcagua. Tim mahasiswi yang terdiri atas Fransiska Dimitri Inkiriwang, 22 tahun, Mathilda Dwi Lestari (22), dan Dian Indah Carolina (20), itu telah sampai di Los Penitentes, kota terakhir di kaki gunung yang puncaknya berketinggian 6.962 meter dari permukaan laut tersebut.
Dari kota itu, tim pendaki menuju Confluencia lewat Puenta Del Inca. Tim memilih jalur normal untuk mencapai base camp Plaza De Mulas. Jika berjalan sesuai dengan rencana, tim akan mencapai puncak Aconcagua pada 27 Januari 2016. “Namun, jika nantinya mengalami halangan, tim telah menyediakan hari cadangan sampai 30 Januari,” kata anggota tim publikasi ekspedisi, Alfons Yoshio, lewat siaran pers, Senin, 18 Januari 2016.
Pada pendakian puncak tertinggi dunia yang keempat itu, tim harus melewati perjalanan panjang serta tingginya gunung yang cukup drastis sehingga menguras waktu dan tenaga. Aconcagua, yang termasuk jajaran Pegunungan Andes, juga terkenal akan cuaca dingin yang ekstrem, ditambah embusan badai angin berkecepatan hingga 90 kilometer per jam. Sejak Agustus 2014 ekspedisi dimulai, tim telah mencapai puncak Gunung Carstensz Pyramid di Papua, Gunung Elbrus di Rusia, serta puncak Gunung Kilimanjaro di Tanzania pada Mei 2015.
Sebelum mendaki, tim sempat singgah dan bertemu dengan Duta Besar Indonesia di Buenos Aires, Jonny Sinaga. Tim kemudian bergerak ke Mendoza untuk menyiapkan perbekalan dan peralatan sekaligus mengurus izin pendakian. Saat itu, menurut Alfons, tim mahasiswi bertemu dengan Anis Sharuddin. Pendaki dari Malaysia itu juga tengah mengejar gelar sebagai wanita pendaki tujuh puncak dunia yang pertama di negaranya.
Selain itu, tim WISSEMU berjumpa dengan beberapa pendaki rombongan Asia Tenggara, termasuk Khoo Swee Chiow, pendaki legendaris asal Singapura.
ANWAR SISWADI