TEMPO.CO, Subang -Anda sudah punya menu kuliner khusus buat menemani perayaan pesta pergantian malam Tahun Baru 2016 bersama keluarga atau handai tuulan? Seandainya belum, cobalah mencicipi menu kuliner Bubuy Ayam Ma Ati yang berlokasi di jalan Soeprapto Gang Kenanga 2 No 20 Rt.15/04 Kelurahan Karang Anyar, Subang, Jawa Barat. Menu ayam yang diolah dengan cara dibubuy atau dibenamkan ke dalam bara api arang sekam itu digadang-gadang memiliki cita-rasa yang khas yang bikin lidah menari-nari.
Tak percaya? Coba simak kesaksian Fitria Laila, seorang mahasiswi penggemar kuliner asal Subang ini untuk dijadikan sebagai rujukannya. "Pokoknya sensasi rasa bubuy ayam edun pisan (enak banget). Mengalahkan menu olahan daging ayam lainnya," katanya.
Fitria mengatakan bubuy ayam made in Ma' Ati, punya cita-rasa yang khas. Bumbu dapur tradisional yang melumuri seluruh permukaan daging meresap hingga bagian dalam termasuk jeroan dan sumsum tulangnya."Tekstur dagingnya padat, tapi, ketika dicubit dan disantap empuk banget, bumbunya terasa merata," ujar Fitria. Ia menjamin, orang tua dengan kondisi giginya yang sudah ompong, dijamin masih bisa mencicipinya dengan seksama.
Nasrullah, pemburu kuliner asal Jakarta juga mengaku segendang sepenarian dengan apa yang diungkapkan Fitria. "Realitanya, rasa daging bubuy ayam memang tiada tanding. paten banget," katanya, sambil mengacungkan dua jempolnya. Sejak pertama kali mencicipi, dia langsung ketagihan.
Bubuy ayam merupakan hasil eksperimen Rainard Smara Mahardika. Pemuda Subang tamatan SMA itu mulai menggeluti bisnis kuliner bubuy ayam sejak 1 April 2014. Bujangan bertubuh kurus, jangkung, berambut ikal dan berkacamata minus yang hanya lulusan SMA tersebut, mengaku terinspirasi oleh ibunya, Atikah yang biasa mengolah pepes ikan dan belut dengan cara dibubuy.
Rainard yang lebih akrab disapa Eeng ini kemudian mengganti bahan dasar bubuyannya dari ikan emas, nila, lele dan belut itu dengan ayam. "Ternyata, rasanya lebih enak ketimbang bubuy ikan dan belut," ia menjelaskan. Padahal, bumbu yang diraciknya sama, berbahan rempah-rempah bumbu buhun (bumbu warisan nenek moyang).
Kuliner bubuy ayam itu kemudian diberi merk dagang "Bubuy Ayam Ma Ati" sebagai penghormatan kepada sang ibu. Dalam sehari, Rainard baru bisa mengolah tujuh ekor ayam atau sekitar 200 ekor sebulan. Satu ekor ayam dihargai Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu.
Pelanggan bubuy ayam produksi Rainhard kini bukan cuma berasal dari daerah Subang. "Pelanggan kami ada yang dari Batam, Aceh, Jabodetabek, Bandung, dan Purwakarta,” katanya.
Tak hanya melayani makan di tempat, Rainhard juga melayani pemesanan dengan cara delivery order dengan menelpon ke nomor 082139318876 atau melalui PIN BlackBerry 57607D56.
"Tinggal angkat telepon saja, pesanan bubuy ayam siap kami antar," kata dia berpromosi. Agar tidak basi, pesanan bubuy ayam buat pemesan dari luar daerah, dilakukan dengan cara divakum dan dibungkus dengan kertas aluminium foil, lalu dimasukan ke dalam keranjang dari kulit bambu. Ia menjamin, bubuy ayam buatannya tak akan basi selama dua hingga tiga hari.
NANANG SUTISNA