TEMPO.CO, Jakarta - Keberhasilan itu membuat Perhutani mengajak Komunitas Bhakti Alam bekerja sama mengelola kawasan hutan Sendangbiru. Saat ini Bhakti Alam mengelola kawasan konservasi yang meliputi delapan pantai di Sendangbiru: Pantai Clungup dan Gatra (kawasan konservasi bakau), Pantai Bangsong dan Teluk Asmoro (konservasi penyu), serta Pantai Savana, Mini, Watu Pecah, dan Tiga Warna (konservasi terumbu karang).
Dalam setahun belakangan, kedelapan pantai itu mulai ramai dibanjiri pengunjung yang ingin menjajal wisata pantai. Itu mendorong Saptoyo dan Bhakti Alam mengembangkan kawasan tersebut sebagai daerah ekowisata berbasis konservasi. “Misi kami ingin menjaga kelestarian alam di kawasan ini. Kalaupun kemudian berkembang menjadi daerah wisata, kami akan tetap berusaha keras menjaga agar alam di sini tidak terdegradasi lagi,” kata Saptoyo, Ketua Komunitas Bhakti Alam.
Setiap kali melihat pengunjung yang mencoba berdiri atau menyentuh terumbu karang, Supii dengan sigap memperingatkan. “Banyak yang tidak mengerti bahwa tindakan mereka bisa merusak terumbu karang,” ujar Supii, 46 tahun, bekas nelayan Sendangbiru yang bergabung dengan Bhakti Alam dan bertugas menjaga Pantai Tiga Warna ini.
Selasa siang akhir Oktober lalu, Pantai Tiga Warna cukup ramai pengunjung. Sebagian besar dari puluhan pengunjung itu melakukan snorkeling, menikmati taman laut dan ikan hias pada kedalaman sekitar 3 meter. “Dalam setahun terakhir, Pantai Tiga Warna selalu dipenuhi pengunjung. Kalau tidak kami batasi hanya 100 orang per hari, pengunjung bisa membeludak, terutama di akhir pekan,” kata Ferik Antyo Agus Wibowo, 24 tahun, pemandu yang mengantar Tempo.
Menurut Ferik, yang juga anggota Bhakti Alam, di antara delapan pantai di kawasan konservasi Sendangbiru, Tiga Warna memang menjadi primadona. Selain berpasir putih bersih, pantai ini memiliki keunikan air lautnya yang berbeda-beda: biru, kehijauan, dan kekuningan. Di bawah air laut yang berbeda itu tersimpan keindahan terumbu karang dan ratusan ikan hias yang berseliweran. “Pantai Tiga Warna menjadi salah satu spot snorkeling terbaik di Malang selatan,” ujar alumnus Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan Universitas Brawijaya ini.
Sebetulnya keindahan terumbu karang Pantai Tiga Warna yang terjaga dengan baik itu bisa terlihat jelas dari permukaan laut yang begitu jernih. Apalagi ombak di sana sangat tenang karena ombak besar dari Samudra Indonesia tak langsung menerpa, terhalang cagar alam Pulau Sempu, yang berada di seberangnya.
Pantai Tiga Warna bisa dicapai sekitar dua jam perjalanan dengan mobil atau motor dari Kota Malang menuju Sendangbiru. Karena satu kawasan dengan delapan pantai yang dikelola Bhakti Alam, akses menuju Tiga Warna harus melalui pos masuk di kawasan konservasi mangrove Clungup. Di pos masuk, barang bawaan kita yang berpotensi menjadi sampah didata oleh petugas, seperti botol air mineral, bungkus makanan, dan plastik lainnya. Saat pulang, kita diharuskan membawa kembali barang bawaan tersebut untuk didata lagi oleh petugas.
Menurut Ferik, aturan itu diterapkan agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan. Jika daftar barang bawaan kita yang berpotensi sampah itu ditemukan berkurang, dikenakan didenda Rp 100 ribu per item yang hilang. Pengunjung juga harus didampingi pemandu dengan tarif Rp 100 ribu per rombongan. “Jumlah maksimal satu rombongan 10 orang,” ujar Ferik. Bagi kita yang ingin berpartisipasi menanam bakau di kawasan konservasi itu, petugas menyediakan bibitnya.
NURDIN KALIM
Ikuti liputan khusus wisata pantai di sini.
BACA JUGA:
VIDEO: Bukti Kepulauan Sombori Seindah Raja Ampat
WISATA PANTAI: Ling Al, Pantai Sebening Kaca di Alor
WISATA PANTAI: Pulau-pulau Ini Cocok buat Kabur dari Medsos