TEMPO.CO, Frankfurt- Di antara kuliner khas Indonesia, yang menarik pengunjung Frankfurt Book Fair adalah bubur sumsum. Makanan yang disebut panacotta ala Indonesia itu diracik juru masak Petty Elliot di Show Kitchen Frankfurt Book Fair. Bubur langsung ludes begitu makanan itu dihidangkan.
Nyaris setiap kali selesai meracik lima menu makanan, Petty Elliot--penulis buku Jakarta Bite-- langsung dikerumuni pengunjung di panggung. Selain bubur sumsum, kuliner yang disajikan koki, yang pernah mengikuti kompetisi memasak BBC ini, adalah gado- gado, rujak buah, semur, dan ayam goreng.
Heide Mross, warga Jerman yang pernah berwisata ke Indonesia, menyebut, di antara semua menu, panacotta ala Indonesia alias bubur sumsum ialah makanan yang paling menarik perhatian pengunjung. "Kini saya punya dessert favorit terbaru setelah crème brûlée. Bahkan, sekarang, saya akan lebih memilih bubur sumsum karena enak dan lebih sehat," ujar Heide Mross, seperti diungkap dalam situs Kemendikbud.go,id.
Hendrikje Borschke juga merupakan pengunjung asal Belanda yang terkesan dengan keragaman kuliner Indonesia. "Saya suka cita rasa dan kesegaran aneka street-food dari Indonesia, dan semakin yakin untuk berkunjung langsung akhir tahun nanti," ujarnya.
Tak hanya memperlihatkan cara memasak, Petty Elliot juga mengajak pengunjung membaui langsung aneka bumbu Indonesia. Menurutnya, 'kitchen show' ialah cara untuk mengajak penonton mengalami langsung budaya kuliner Indonesia.
Menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair, Indonesia tak hanya mengirim tim penulis, tapi juga tim kuliner untuk FBF 2015. Tim yang bertemakan “Spice It Up!” itu terdiri atas 25 chef dan figur dunia kuliner, seperti Sisca Soewitomo, Bondan Winarno, Bara Pattiradjawane, dan Vindex Tengker.
Selain buku-buku berisi kekayaan kuliner, tim ini juga menyuguhkan aneka bumbu dan rempah, plus menyajikan masakan Indonesia sebagai menu di kantin Frankfurt Book Fair. William Wongso, pakar kuliner yang menjadi komandan tim, menyebut lebih dari 2.000 porsi makanan setiap waktu makan siang selama lima hari disediakan oleh tim chef Indonesia bekerja sama dengan tim chef Jerman.
Beberapa menu yang ditawarkan, antara lain, asinan jakarta, gado-gado, rendang, nasi kuning, sayur kapau, nasi hijau, dan klappertaart.
Tim juga mengelar pelatihan kuliner yang diberi nama “Classroom of The Future”. William Wongso mengatakan pelatihan digelar hingga Sabtu, 17 Oktober 2015. kelas kuliner masih membetot minat peserta, yang sebagian besar adalah pelajar dan anak muda. Beberapa kelas memasak itu, antara lain, ialah cara membuat kue lumpur dan asinan Jakarta kepada para peserta. Juga, pepes ikan dan kolak pisang. Ada juga mi goreng jawa yang menjadi bahan materi dalam kelas.
WDA