TEMPO.CO, Bojonegoro - Lomba menangkap bebek, festival layang-layang, perahu hias, dan larung lampion apung bakal menyemarakkan kegiatan Festival Bengawan Solo II pada Minggu, 20 September 2015. Festival tersebut diperkirakan akan menyedot lebih 10 ribu penonton di bantaran Sungai Bengawan Solo sepanjang delapan kilometer.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menjadikan Festival Bengawan Solo ini sebagai maskot pariwisata lokal. Karena itu festival juga dimaksudkan untuk menghadirkan eksotisme Sungai Bengawan Solo di musim kemarau. “Ini maskot unggulan pariwisata lokal,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro Amir Sahid, Sabtu, 19 September 2015.
Festival Bengawan Solo dibuka Bupati Bojonegoro Suyoto. Lokasinya memanjang sepanjang delapan kilometer dari Bendung Gerak hingga Banjarsari, Kecamatan Trucuk.
Ketua Subseksi Festival Bengawan Solo, Imam Wahyu Santoso, mengatakan festival yang kedua ini bakal dikemas berbeda dengan tahun lalu. Misalnya, pada 2014 pesertanya hanya 27 unit perahu, tetapi sekarang yang mendaftar sudah lebih dari 45 unit. ”Ini akan meriah,” ujarnya.
Wahyu menambahkan, Festival Bengawan Solo digelar selama satu hari satu malam. Khusus lomba lampion apung, tiap peserta wajib membawa satu unit lampu hias. Di dalam lampu itu diisi secarik kertas berisi catatan tentang kondisi dan kegunaan Bengawan Solo. Lampu hiasan dengan pijar warna-warni itu kemudian dihanyutkan setelah magrib.
Baca Juga:
Setelah hanyut sekitar dua kilometer, Bupati Suyoto mengambil beberapa lampion berisi catatan itu lalu dibaca. “Jadi ini akan menjadi pemandangan menarik,” ujar dia.
Adapun perahu yang ditampilkan dihias dengan bentuk-bentuk unik. Misalnya replika naga, sejarah Angling Darmo, dan lain-lain. Panitia mengundang pelaku pariwisata lokal dan agen biro perjalanan asing untuk menghadiri kegiatan festival ini.
SUJATMIKO