TEMPO.CO, Banyuwangi - Sebanyak 200 wanita di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mengikuti Festival Sego Tempong di Lapangan Blambangan, Sabtu 28 Maret. Mereka berlomba-lomba menyajikan Sego Tempong terenak sekaligus dengan penyajian menarik.
Peserta berasal dari kalangan penjual sego tempong, koki hotel atau restoran dan instansi. Festival ini dimeriahkan oleh chef Marinka yang ikut meracik dan berbagi tips tentang penyajian kuliner. "Ini pertama bagi saya membuat sambel yang pedasnya seperti menampar wajah," katanya kepada peserta, Sabtu.
Setelah itu acara dimulai dengan mengulek sambal secara massal menggunakan aneka cobek dari batu dan kayu. Sego Tempong adalah kuliner tradisional Banyuwangi. Sego tempong berasal dari bahasa Using, Banyuwangi, yang artinya nasi yang menampar. Nama ini diberikan karena sego tempong memiliki sambal yang sangat pedas.
Sepiring nasi tempong terdiri dari tahu, tempe, ikan asin dan dadar jagung. Sayur lalapannya juga khas. Ada bayam, selada air, terung rebus dan kubis. Sedangkan sambalnya terdiri dari puluhan cabe rawit, tomat, terasi, tomat ranti dan diberi sedikit air jeruk agar segar.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, mengatakan, Festival ini diadakan untuk meningkatkan brand sego tempong agar dikenal lebih luas oleh masyarakat. "Semakin dikenal, tentu penjual Sego tempong makin laris," ujar Bupati Azwar Anas.
Salah satu peserta, Handayani, mengatakan, tertarik mengikuti lomba karena dia sudah akrab dengan kuliner tersebut. Baginya, sego tempong menjadi makanan wajib di keluarganya. Selain murah meriah, sego tempong juga menyehatkan dan rendah kolesterol. "Sego tempong kan banyak sayurnya, jadi baik untuk siapa saja," kata anggota koperasi wanita Kelurahan Giri ini.
Acara yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB tersebut, dihadiri ribuan warga Banyuwangi. Bahkan warga berada di luar daerah, rela pulang demi bisa menikmati kuliner tradisional tersebut. Warga kemudian menyantap bersama sego tempong di sepanjang trotoar jalanan.
Eryalfan, mahasiswa Universitas Jember ini, mengatakan, pulang ke Banyuwangi agar bisa menikmati sego tempong. Baginya, meski kuliner ini mirip dengan menu lalapan lainnya namun tetap memiliki kekhasan. "Yang khas itu di sambalnya, karena memakai tomat ranti. Kalau pakai tomat biasa rasanya kurang nendang," kata dia.
Tomat ranti juga dikenal dengan nama tomat mawar atau tomat hairloom. Bentuknya fisiknya bergelombang dan rasanya lebih masam dibandingkan tomat umumnya.
Warung sego tempong sendiri bisa dijumpai hampir di seluruh sudut kota Banyuwangi. Harganya cukup murah, antara Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu per porsi.
IKA NINGTYAS