TEMPO.CO, Yogyakarta - Ada empat jenis nasi yang selalu disajikan dalam setiap upacara sakral maupun acara peringatan ulang tahun Sultan di Keraton Yogyakarta. Keempat jenis nasi itu ialah nasi kuning, nasi megana, nasi gurih, dan nasi blawong.
Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman Hamengku Buwono I. Untuk menyertai empat jenis nasi itu, disajikan juga masakan seperti sayur bobor, sayur brongkos, serta ayam bacem yang merupakan kegemaran Sultan Hamengku Buwono IX.
Menurut istri almarhum Gusti Bendara Pangeran Haryo Jokokusumo (adik bungsu Sultan Hamengku Buwono X), Raden Ayu Nuraida, keempat jenis olahan nasi itu menyimbolkan keselamatan. Tak heran nasi-nasi itu, kecuali nasi blawong, kerap disajikan masyarakat luas setiap mengadakan acara selamatan.
"Hanya nasi blawong yang sulit ditemukan di tempat lain karena memang sakral," kata Nuraida, 10 November 2014 lalu. Bahkan nasi blawong pun hanya disajikan dalam acara ulang tahun Sultan. "Kalau nasi kuning, kan, bisa dijumpai di daerah lain seperti Kalimantan dan Menado."
Nuraida yang merupakan penulis buku 100 resep masakan Keraton berjudul "Warisan Kuliner Keraton Yogyakarta" itu mengatakan saking sakralnya resep nasi blawong, tidak dia tulis dalam bukunya.
Jika Anda tertarik untuk mencoba cita rasa gurih nasi berwarna kemerahan yang ditanak dengan berbagai macam rempah itu, Anda bisa mencobanya di Gadri Resto. Gadri adalah restoran milik Nuraida yang khusus menyajikan kuliner khas Keraton Yogyakarta.
TIM TEMPO
Berita terkait:
Kelas-kelas Kuliner di Solo
Jakarta Ibu Kota Negara, Medan Ibu Kota Kuliner
Di Solo, Sekat Sosial Hilang Lewat Perut
Makanan Indonesia adalah...?