TEMPO.CO, Jakarta - Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam.
Sebanyak 80 persen dari 50 taman nasional yang tersebar di daerah terakses sebagai area pemanfaatan kegiatan ekowisata. (Baca: Gunung Ijen, Antara Api Biru dan Kawah Hijau Toska)
Hal ini disampaikan Prof Dr Phil Janianton Damanik, M.Si, dari Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada dalam seminar tentang kebijakan dan bisnis ekowisata di Indonesia, Rabu, 17 September 2014, di Balairung Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat.
Menurut Phil, ada kesalahan persepsi bahwa ekowisata di Indonesia perlu dieksploitasi untuk memaksimalkan keuntungan ekonomi.
Misalnya, pembangunan resor/hotel belum didukung masyarakat sekitar ekowisata. Juga lokasi ekowisata yang disesaki tanpa pembatasan jumlah pengunjung di Desa Bejiharjo, Yogyakarta.
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, sudah ada beberapa pemikiran untuk mengembangkan ekowisata sesuai dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Misalnya di Teluk Meranti dan Pulau Menjangan, yang dikembangkan David Makes, pemilik Pulau Menjangan Resort sejak 17 tahun lalu. Resor milik Makes terletak di hutan yang termasuk zona pemanfaatan Taman Nasional Bali Barat.
Pengelola desa ekowisata, menurut Mari, harus menggunakan air dan energi terbarukan secara bijak, seperti yang dilakukan di Pulau Menjangan dan di Lis Utara di Bali.
"Ketika berada di desa ekowisata ini kita juga ikut terlibat, seperti menanam terumbu karang, belajar menyumbang untuk pelestarian lingkungan, dan berada di tengah masyarakat," katanya setelah menjadi pembicara utama dalam seminar Rabu lalu. (Baca: Kepulauan Derawan Jadi Destinasi 140 Pelaut Asing)
Namun pengembangan destinasi berbasis ekowisata justru banyak menemui hambatan dalam perjalanan. "Menemui beragam masalah yang kompleks,” ucap Mari. Masalah ini berkaitan dengan perizinan yang sulit hingga berbagai macam isu tanah dan peraturan daerah. Meski demikian, Kementrian Pariwisata akan terus mendukung dan mengawasi pelaksanaan pengembangan ini.
Menurut dia, saat ini tujuan liburan berbasis ekowisata masih tergolong mahal. "Hanya kalangan eksklusif yang bisa menikmati. Padahal kita maunya dalam pengembangannya lokasi ini dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya kalangan high-end,” katanya.
Struktur bisnis ekowisata di Indonesia lebih didominasi kekuatan pemodal asing, seperti di Derawan, Bunaken, Raja Ampat, dan Komodo. "Di Manado, Bunaken, salah satu resor ekowisata didirikan mantan wisatawan dari Jerman sekitar 2 tahun yang lalu," kata Phil.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Singgah di Lanjukang
Berburu Senja dari Atap Pencakar Langit
Merah Anggur Menghias Fuefuki
GTF, Dari Mudik Sampai Liburan ke Mancanegara
Masih Demam K-Pop, Tiket ke Korea Diserbu