Pulau Tabuhan dengan pasirnya yang bersih dan putih berkilau dari kejauhan. Semakin dekat, air lautnya berwarna kehijauan bening, sehingga saya bisa melongok ribuan ganggang laut yang melambai-lambai. Setelah kapal berhenti, saya tak sabar langsung memakai snorkel dan berenang. Dari pantai hingga berjarak 300-an meter, kedalaman lautnya hanya sepaha, cukup oke untuk penyelam pemula dan anak-anak sekalipun.
Pulau Tabuhan seluas 5 hektare ini hanya dihuni sekelompok burung pantai berwarna putih. Ditumbuhi lebat pepohonan dengan sebuah mercusuar yang sepertinya sudah tak aktif. Ada pula reruntuhan bangunan dari batu bata, yang menurut para nelayan dibangun pada zaman Belanda. Reruntuhan bangunan yang menghadap persis ke Pulau Bali itu diperkirakan sebagai menara pengintai. Ya, perpaduan yang sempurna: laut yang eksotis dengan pulaunya yang cantik.
Ketua Kelompok Nelayan Samudera Bakti Ikhwan Arief mengatakan, sejak wisata menyelam dibuka tiga bulan lalu, respons pengunjung sangat tinggi. Setiap bulan, mereka melayani sekitar seribu penyelam yang datang dari berbagai kota. "Ada yang dari Surabaya hingga Jakarta," katanya. Selain snorkeling, mereka juga melayani diving dengan tarif Rp 300 ribu per orang.
Teguh Siswanto, 55 tahun, seorang penyelam, mengatakan dirinya sudah menyelam di 40 lokasi, mulai Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Menurut dia, laut di Banyuwangi sebenarnya punya potensi besar untuk dikembangkan sebagai wisata menyelam, tak kalah dengan Bali atau Lombok. Hanya, laut di Banyuwangi pernah rusak sehingga keanekaragaman biota lautnya tak selengkap di Bali dan Lombok. "Di Bali, biota lautnya sangat dijaga," kata lelaki asal Banyuwangi ini.
Menurut dia, menyelam adalah salah satu wisata yang banyak diminati wisatawan. Namun syarat untuk mengembangkan wisata ini mutlak harus menjaga keutuhan biota lautnya. Dia mengapresiasi upaya yang dilakukan nelayan Desa Bansring yang mengembangkan wisata menyelam sebagai salah satu penghasilan alternatif.
Ya, saya sepakat dengan Teguh. Laut sangat penting bagi kehidupan manusia dan sebagai penjaga keseimbangan alam. Menyaksikan keindahan biota laut adalah salah satu cara untuk menikmati karunia Tuhan yang tiada taranya itu.
IKA NINGTYAS
Terpopuler:
9 Kilometer Menjelajah Lereng Gunung Merapi
Tiga Hotel Ramah Anak
Sate Blekok Khas Gresik