TEMPO.CO, Banyuwangi - Ibrahim Rusli, seorang pegawai negeri Kota Tarakan, Kalimantan Timur, memilih cara yang tak lazim untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Tarakan ke-17. Lelaki kelahiran Balikpapan, 17 Juni 1985, itu berenang melintasi Selat Bali, Rabu, 11 Desember 2013. Dia menaklukkan selat yang menghubungkan Pulau Bali dan Jawa itu hanya dalam waktu 1 jam 8 menit.
Ibrahim memulai aksinya di Pantai Gilimanuk, Bali, pada pukul 06.32. Upayanya menaklukkan Selat Bali didukung kondisi cuaca yang cerah dengan ombak yang landai. Ibrahim tiba di Pantai Watudodol, Banyuwangi, Jawa Timur, pukul 07.40 WIB. “Waktunya lebih cepat dibandingkan saat saya uji coba Mei lalu, 1 jam 37 menit," kata staf Sekretariat DPRD Kota Tarakan itu.
Alumnus Universitas Merdeka Malang itu akan melanjutkan petualangannya dengan menyeberangi Selat Madura, yang akan dimulai pukul 12.00 WIB. Ibrahim akan memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan menyeberangi dua selat dalam sehari.
Pendamping Ibrahim, Antok Pamona, mengatakan Bali dan Jawa Timur dipilih sebagai daerah untuk mempromosikan Kota Tarakan karena kedua daerah itu merupakan daerah tujuan wisata yang sudah sangat terkenal. "Kami ingin mengenalkan Kota Tarakan sebagai tujuan wisata," ujar Antok.
Ibrahim mengatakan dirinya bukanlah atlet, melainkan hanya perenang alami. Sejak remaja, dia bersama teman-temannya memang hobi berenang di sungai. Pengalaman renang terjauhnya dimulai dengan menaklukkan Sungai Kayan sepanjang 12 kilometer.
Selepas SMA, Ibrahim kemudian menempuh kuliah di Universitas Merdeka Malang. Dia tetap menekuni hobinya berenang di berbagai sungai dan danau. Namun akhirnya dia ingin tantangan berbeda dengan menaklukkan laut. "Laut lebih menantang karena berombak dengan arus yang tak terduga," ucap Ibrahim.
Ibrahim menguji nyali dengan berenang mengelilingi laut Pulau Derawan, Kabupaten Berau, pada 2010. Tak lama setelah itu, pada 3 Agustus 2010, dia berenang di Laut Sebatik Malaysia. Namun gagal. Ibrahim mengulanginya pada 2011, dan berhasil menaklukkan Laut Sebatik dengan waktu tempuh empat jam.
Namun, dari sekian pengalamannya itu, kata Ibrahim, Selat Bali adalah medan terberat. Sebabnya, Selat Bali memiliki arus yang kuat. "Tadi juga sempat tertahan arus dan akhirnya memilih berputar," tutur pria yang memiliki berat tubuh 83 kilogram dan tinggi 167 sentimeter itu.
IKA NINGTYAS