TEMPO.CO, Yogyakarta - Tim Search and Rescue (SAR) Kabupaten Gunung Kidul mengeluarkan larangan bagi pengunjung yang merayakan malam Suro atau pergantian Tahun Baru Jawa dengan bersemedi atau bertapa di Pantai Selatan.
"Biasanya kalau air laut mulai surut, di antara pengunjung ada yang langsung masuk di lorong bawah karang yang surut airnya untuk bersemedi atau berendam," kata Koordinator SAR Gunung Kidul Marjono kepada Tempo Senin malam, 4 November 2013.
Kelakuan para pengunjung yang disebut ngalap berkah itu dinilai membahayakan keselamatan mereka sendiri. Sebab, lanjut Marjono, biasanya pengunjung yang bertapa itu tak tahu kapan air mulai pasang dan ceruk-ceruk karang di Pantai Selatan itu kembali dipenuhi air. Padahal mereka biasanya akan melalukan tapa atau berendam sejak sore hingga keesokan hari.
"Teorinya air surut jam tujuh malam, tapi dua jam berikutnya air itu sudah mulai pasang lagi. Apalagi saat ini cuaca tidak menentu," kata dia.
Perilaku pengunjung yang bertapa di ceruk karang itu biasanya dilakukan di pantai-pantai yang sepi dan memiliki banyak batu pada tebing karangnya. Di Gunung Kidul, biasanya aktivitas bertapa dan berendam di pantai ini dilakukan di Pantai Drini dan Watu Kodok.
"Kami akan menjaga dua pantai itu dengan menurunkan personel lebih banyak. Kami juga tak segan memaksa mereka keluar dari lorong demi keselamatan mereka," kata dia.
Untuk mencari para pengunjung yang nekat bertapa di ceruk itu, SAR Gunung Kidul pun membekali anggotanya dengan lampu senter berdaya tinggi agar jangkauannya tercapai. "Sulit untuk mencari para pengunjung yang bertapa dan berendam itu karena biasanya masuk jauh dalam lorong karang yang airnya surut," urainya.
Dalam perayaan malam Suro ini, tim SAR Gunung Kidul menurunkan setidaknya 55 personel. Mereka disebar untuk menjaga 11 titik pantai dengan fokus utama Pantai Baron yang paling banyak dikunjungi.
PRIBADI WICAKSONO
Baca juga:
Melongok Vila Murah di Kota Bandung
Karnaval Kostum Melibatkan 27 Negara
Hari Ini, Festival Danau Poso Digelar
Hotel Unik, dari Rasa Afrika hingga Liverpool