TEMPO.CO , Kutai:Setelah sepekan festival adat Erau Pelas Benua di Tenggarong, Kabupaten KUtai Kartanegara, Kalimantan Timur berakhir sudah, Ahad, 7 Juli 2013. Pesta rakyat Kutai itu diakhiri dengan belimbur atau siram-siraman sebagai bentuk membersihkan diri dari bala.
Tapi banyak pihak yang menyayangkan pesta belimbur ini akibat ulah oknum. Air yang digunakan seharusnya air bersih disalahgunakan menggunakan air kotor.
Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari tak mengelak disebut belimbur dilaksanakan salah kaprah oleh masyarakat Kutai. Menurut dia, jika ada yang menyimpang hanya perilaku oknum yang kurang paham dengan sakralnya dari belimbur.
"Tidak ada yang salah kaprah, itu mungkin hanya ulah oknum yang tak paham dengan sakralnya belimbur," kata Rita Widyasari, Minggu, 7 Juli 2013.
Sebagai ritual penutupan Erau, Minggu pagi digelar acara menurunkan sepasang patung naga dari Keraton Kutai di Tenggarong. Selanjutnya dua naga tersebut dibawa ke Kutai Lama (sekarang Anggana) sebagai lokasi kerajaan pertama Kutai. Di Kutai Lama ini ada makam raja-raja saat kerajaan Kutai. Disini juga ada makam Tunggang Parangang yang dikenal sebagai syekh Al-Magribi.
Ritual menurunkan naga ini dengan membawa dua naga ke Kutai Lama menggunakan perahu. Setiba di Kutai Lama ada prosesi menurunkan dua naga di Sungai Mahakam. Warga yang datang berebut untuk mendapatkan sisik naga yang terbuat dari kain. Mereka percaya kain ini akan membawa keberuntungan dan bisa menjauhkan bala.
Kembali dari Kutai Lama perahu membawa air Sungai Mahakam yang disebut air tuli atau air suci untuk prosesi di Keraton yang dipimpin langsung oleh Sultan Salaehudin II. Berdasarkan perayaan Erau kerajaan, seusai ritual Sultan itu lah baru dimulai belimbur. Saling memandikan air kepada setiap warga yang melintas.
Rita mengatakan gelaran Erau kali ini perlu dimaksimalkan lagi soal promosi keluar sehingga bisa mendatangkan wisatawan baik mancanegara maupun lokal.
Rita Widyasari juga memastikan Festival Erau bakal digelar kembali tahun depan. "Yang jelas tahun depan harus lebih ramai lagi," kata dia.
Untuk mendukung itu Rita menilai perlu ada persiapan menyangkut fasilitas umum seperti jalan, bandara, tempat rekreasi Pulau Kumala yang harus dilengkapi fasilitasnya serta Planetarium harus sudah empat dimensi. Yang tak ketinggalan, Pemkab Kutai Kartanegara menyiapkan pusat perbelanjaan atau mal yang saat ini sedang dibangun tepat bersebalahan dengan kantor bupati. "Tahun 2014 sudah siap," kata dia.
FIRMAN HIDAYAT
Terhangat:
Karya Penemu Muda| Bursa Capres 2014| Ribut Kabut Asap |Tarif Progresif KRL| Bencana Aceh
Baca Juga:
Sopir Bus Kembali Blokir Tol Jagorawi
Rilis Lagu PKS, Sefti Sanustika: Saya Cari Nafkah
Tasikmalaya Resmi Buka Sekolah Penerbangan
Istri Ultah, SBY Kasih Selamat Via Twitter
Demokrat: Facebook SBY Bukan Strategi Politik