TEMPO.CO , Dieng:Tujuh anak rambut gimbal - biasa disebut anak bajang, di Dataran Tinggi Dieng menjalani ritual ruwat pemotongan rambut. Ritual di pelataran Candi Puntadeaw Dieng itu menjadi pusat perhatian ribuan wisatawan lokal dan mancanegara.
“Acara tahunan ini diharapkan bisa menarik wisatawan lebih banyak lagi,” kata Bupati Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo, seusai mengikuti ritual, Ahad, 30 Juni 2013. Acara tahunan ini merupakan bagian dari festival tradisional Dieng atau Dieng Culture Festival.
Sutedjo berharap objek wisata andalan Jawa Tengah ini kian diminati pengunjung dari tahun ke tahun. Acara Dieng Culture Festival 2013 ini dihadiri pula oleh Duta Besar Slovakia, Stefen Rozkopal dan diplomat Seycheley. “Dieng sungguh indah dan penduduknya ramah,” ujar Stefen yang didaulat memotong rambut si anak gimbal.
Handy Yubiyanto, tetua adat Dieng Kulon mengatakan, fenomena rambut gimbal Dieng sudah ada sejak ratusan tahun silam dan hanya ada di Dieng. “Mereka ini disebut anak bajang atau anak gembel karena rambutnya seperti gelandangan,” katanya.
Bagi warga Dieng, anak berambut gimbal harus diruat agar gimbalnya hilang. Apalagi mereka seringkali sakit-sakitan sebelum rambutnya dipotong. Menurut Handy, tidak semua anak berambut gimbal harus dipotong di kompleks Candi Arjuna. “Bisa di rumah asalkan dengan bimbingan ketua adat,” katanya.
Memotong rambut gimbal itu tak bisa sembarang. Anak tadi tak boleh dipaksa kecuali atas kesadaran sendiri. “Permintaan anak-anak gimbal juga harus dipenuhi sebagai penebusan,” kata dia. “Kalau tidak, rambut gimbalnya akan tumbuh kembali.”
ARIS ANDRIANTO