Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bermain Layang-layang Naga di Pantai Parangkusumo

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Festival Layang-Layang Nasional 2010 di Pantai Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta. ANTARA/Noveradika
Festival Layang-Layang Nasional 2010 di Pantai Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta. ANTARA/Noveradika
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta- Bantul: Endang Ernawati, Ketua Museum Layang-Layang Indonesia menyatakan puas kompetisi layangan naga (Dragon Kite) di Pantai Parangkusumo, Desa Parangtritis, Kabupaten Bantul menyedot peserta dari 50-an klub. Tiga klub berasal dari Thailand, Swedia dan Malaysia sementara sisanya merupakan komunitas layang-layang di banyak kawasan pesisir berbagai provinsi. "Padahal, membuat dan memainkan layang-layang naga susah," kata dia kepada Tempo di sela Festival Dragon Kite Parangkusumo. Festival itu berlangsung tiga hari pada 21 - 23 Juni 2013.

Menurut Endang layangan naga membutuhkan kejelian pembuatnya dalam mengitung presisi ukuran ekor layangan naga. Layangan ini terdiri dari kepala naga dengan variasi bentuk beragam dan ekor yang terbuat dari sambungan keping kertas memanjang mulai 50 hingga 150 meter. "Sedikit saja salah hitung saat menyambung kepingan untuk ekor layang-layang, naga tidak terbang," kata Endang.

Endang mengatakan, museumnya berencana menggelar festival layangan naga itu sebagai kompetisi tahunan di Pantai Parangkusumo. Dia mengatakan layangan naga menyediakan tantangan bagi penggemar permainan ini karena pembuatannya harus teliti. "Selain itu, ini layak diikuti peminat layang-layang dari semua negara. Mitos naga ada di hampir semua benua dan negara," kata Endang.

Pantai Parangkusumo, kata Endang juga menyediakan pesona menarik bagi pemain layang-layang. Pantai ini, kata dia memiliki kecepatan angin minimal 8 knott dan garis sempadan yang lebar. Kawasan luas di pinggiran bibir Pantai Parangkusumo, yang berpasir halus mirip padang pasir, cocok menjadi tempat berkumpul puluhan pemain layang-layang. "Jarang ada pantai seperti ini, jarak bibir pantai dan daratan lebih dari 150-an meter. Lokasi seluas ini cocok untuk bermain layang-layang banyak," kata Endang.

Tidak mengherankan, Endang bersemangat mengajak 29 peserta festival untuk memecahkan rekor dunia menerbangkan layang-layang terbanyak di hari terakhir festival. Pada hari kedua Festival Dragon Kite Parangkusumo, usaha memecahkan rekor dunia gagal karena kecepatan angin menurun. Rekor dunia bisa terpecahkan jika ada peserta mampu menerbangkan lebih dari 42 layang-layang dalam sekali waktu.

Menurut Endang rekor bisa dipecahkan di festival ini baru untuk Muri (museum record Indonesia). Rekor itu muncul karena festival kompetisi layang-layang naga di Parangkusumo merupakan yang pertama di Indonesia. "Ini yang pertama dan sudah menarik minat puluhan peserta," kata dia.

Dia juga mengatakan, museum layang-layang Indonesia juga berencana membangun cabang di sekitar Parangtritis. Endang mengaku kecewa karena dengan potensi besar seperti di Parangkusumo belum ada satu pun klub layang-layang di sana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Endang menyatakan, pengalaman tim museumnya di festival kali ini menarik karena bisa mengajak ratusan siswa sekolah di sekitar Parangtritis untuk belajar membuat layang-layang pada hari kedua festival. "Kalau ada museum di sini, pasti komunitas layang-layang tumbuh," kata dia.

Dia mengatakan Indonesia terkenal sebagai gudang para ahli pembuat layang-layang yang tidak suka mematok harga mahal. Kebiasaan itu, kata dia, berbeda dengan ahli pembuat layang-layang di negara lain. "Mereka membuat layang-layang untuk kesenangan," ujar dia.

Peserta festival dari Surabaya, Yudhi, mengaku kerap menyambangi Parangkusumo untuk bermain layang-layang sejak 2008 lalu. Salah satu anggota Samudra Kite Club, Kenjeran, Surabaya itu mengatakan pesisir selatan selalu menjadi tempat terbaik menerbangkan layang-layang. "Periode Juni sampai September biasa banyak fasetival layang-layang," kata dia.

Dia menyatakan hanya menghabiskan waktu dua bulan untuk membuat layangan naga dengan panjang ekor 70 meter. Kata dia bahan kepala naga dibuat dari kertas, gabus dan plastik serta rangka bambu. Sementara ratusan kepingan disambung dengan tiga putaran tali Puspang atau yang biasa dibuat untuk panjat tebing.

Layangan naga, kata Yudhi, memang perlu perhitungan jeli untuk ukuran lebar kepingan dan jarak ikatan tali antar kepingan. Meleset sedikit, layangan naga lunglai tak mampu meninggi. "Biaya hanya perlu Rp2,5 juta per layangan," kata dia.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nadiem Makarim Ingin Mahasiswa Ikut Kegiatan Asah Minat, Bakat, dan Kepemimpinan

3 hari lalu

(paling kiri dan kanan) Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Makarim beserta istri, Franka Franklin bersama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana. Foto: Instagram/@nadiemmakarim
Nadiem Makarim Ingin Mahasiswa Ikut Kegiatan Asah Minat, Bakat, dan Kepemimpinan

Nadiem Makarim meminta kepada para mahasiswa untuk bisa terlibat beragam aktivitas yang mampu mengasah minat, bakat, kepemimpinan dan kepedulian.


Awal Musim Hujan DIY Mundur 30 Hari Dibandingkan Periode 30 Tahun Terakhir

8 hari lalu

Relawan membersihkan diri menggunakan air hasil percobaan pemompaan dari Gua Cikal, Gunungkidul, DI Yogyakarta, 15 Oktober 2020. Pendiri komunitas relawan Save Rescue Agus Fitriyanto Hidayat mengatakan saat ini timnya masih melakukan tes pemompaan air dari Gua Cikal untuk mengukur volume tampungan sumber mata air. Mereka berharap sumber-sumber air yang bisa di angkat ini dapat dimanfaatkan masyarakat dan menjadi solusi masalah kekeringan di Gunungkidul. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Awal Musim Hujan DIY Mundur 30 Hari Dibandingkan Periode 30 Tahun Terakhir

BMKG Yogyakarta menyebut Kabupaten Kulon Progo diprakirakan memasuki musim hujan lebih awal pada November 2023 dibanding wilayah lain di DIY.


Penanda Bergabungnya 2 Kerajaan di Yogyakarta dengan NKRI 78 Tahun lalu

16 hari lalu

Sultan Hamengkubuwono IX setelah dinobatkan, 18 Maret 1940. Dok. Perpustakaan Nasional/ Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Penanda Bergabungnya 2 Kerajaan di Yogyakarta dengan NKRI 78 Tahun lalu

Sebelum menjadi provinsi, Yogyakarta memiliki pemerintahannya sendiri. Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman bergabung dengan RI pada 5 September 1945


Peringatan 11 Tahun UU Keistimewaan Yogyakarta, Ini Sejarah Benteng Baluwerti Keraton

22 hari lalu

Benteng Baluwerti Keraton Yogyakarta. (Dok. Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta)
Peringatan 11 Tahun UU Keistimewaan Yogyakarta, Ini Sejarah Benteng Baluwerti Keraton

Benteng Baluwerti yang mengelilingi Keraton Yogyakarta dulunya merupakan pertahanan dari serangan penjajah.


Tanah Milik Keraton Terbakar, Sultan Hamengku Buwono X: Hati-hati Buang Puntung Rokok

28 hari lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Tanah Milik Keraton Terbakar, Sultan Hamengku Buwono X: Hati-hati Buang Puntung Rokok

Sultan Hamengku Buwono X meminta masyarakat daerah ini agar berhati-hati membuang puntung rokok pada lahan atau hutan yang tanamannya sudah kering.


Daftar 10 Lokasi Polusi Udara Paling Parah di Indonesia versi Nafas Pagi Ini

36 hari lalu

Warga melihat pemandangan Kota Jakarta yang diselimuti polusi udara pada Selasa, 25 Juli 2023. Berdasarkan data IQAir pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Daftar 10 Lokasi Polusi Udara Paling Parah di Indonesia versi Nafas Pagi Ini

Nafas, perusahaan kualitas udara berbasis teknologi yang membantu warga untuk hidup sehat merilis ranking wilayah dengan polusi udara tinggi.


Gunungkidul Tetapkan Status Siaga Darurat Kekeringan, 14 Kecamatan Sulit Air Bersih

39 hari lalu

Relawan berada di mulut Gua Cikal, Gunungkidul, DI Yogyakarta, 15 Oktober 2020. Sementara jumlah warga yang terdampak kekeringan sebanyak 129.788 jiwa. Pemerintah Daerah Gunungkidul saat ini telah mengalokasikan anggaran untuk bantuan air bersih sebesar Rp700 juta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Gunungkidul Tetapkan Status Siaga Darurat Kekeringan, 14 Kecamatan Sulit Air Bersih

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menetapkan status siaga darurat kekeringan.


Stasiun Tugu Yogyakarta Jadi Favorit Turis Asing

53 hari lalu

Stasiun Tugu Yogyakarta. dok.TEMPO/Pius Erlangga
Stasiun Tugu Yogyakarta Jadi Favorit Turis Asing

Stasiun Tugu menjadi stasiun dengan keberangkatan dan tujuan favorit WNA kedua setelah Stasiun Gambir Jakarta.


Festival Layang-layang Digelar Lagi di Bali, Perpaduan Tradisional dan Modern

10 Juli 2023

Peserta menerbangkan layang-layang kreasi saat mengikuti Sanur International Kite Festival 2017 di Pantai Mertasari, Sanur, Bali, 5 Agustus 2017. Acara ini diharapkan dapat menjadi daya tarik wisatawan mancanegara di Bali. ANTARA/Fikri Yusuf
Festival Layang-layang Digelar Lagi di Bali, Perpaduan Tradisional dan Modern

Festival layang-layang internasional kembali dihelat di Bali dan akan menjembatani para pelayang tradisional dan modern.


Puluhan Suspek Antraks di Gunungkidul Kembali Diambil Sampel Darahnya Hari Ini

7 Juli 2023

Tradisi Brandu Diyakini Jadi Penyebab Kasus Antraks Gunungkidul
Puluhan Suspek Antraks di Gunungkidul Kembali Diambil Sampel Darahnya Hari Ini

Puluhan suspek antraks di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bakal kembali diperiksa sampel darahnya.