TEMPO.CO, Bandung--Mengenalkan alat musik tradisional khas daerah-daerah di Indonesia, bisa dilakukan dengan banyak cara. Bukan hanya mempertunjukkannya di atas panggung, tapi bisa juga dengan membuat alat musik tersebut dalam bentuk yang kecil. Sehingga mudah di bawa kemana saja, dan bisa di bawa pulang untuk cinderamata.
Pengrajin alat musik tradisional Sunda asal Bandung, Tine Mulyatini, 42 tahun, mencoba mengenalkan alat musik asal tanah Priangan pada wisatawan dengan mengemasnya ke dalam bentuk yang kecil dan ekslusif. Berbekal kecintaanya pada kesenian Sunda, Tine bisa membawa miniatur Gamelan, instrument alat musik dari Jawa Barat ke negeri Kincir Angin, Belanda.
Sekitar tahun 2005, perempuan lulusan D3 jurusan komputer itu berniat mengenalkan alat musik Waditra dengan membuat miniaturnya. Waditra dalam istilah Sunda berarti sebutan untuk alat-alat yang menimbulkan suara atau bunyi. Dari tekniknya, pemakaiannya mulai dari alat musik yang ditiup, digesek, dipukul, dan ditepuk. Bentuk penyajian Waditra biasanya digunakan dalam seni pertunjukkan seperti degung, kecapi suling, upacara adat, dan lain-lain. Sementara alat musik yang biasa digunakan yaitu Gendang, Goong, Rebab, Bonang dan masih banyak lagi.
Mengawali niatnya, Tine membuka usaha mikro di bidang kerajinan dengan membuat kecapi terlebih dahulu yang dijual satuan. Mengusung merek Waditra Craft, Tine bermaksud untuk menanamkan kebanggan dan penghargaan terhadap seni budaya Sunda pada masyarakat Jawa Barat dan luar kota bahkan luar negeri.
“Supaya alat musik Sunda dikenal hingga pelosok negeri kan harus ada cara alternatif untuk mengemasnya, dari situ saya terus mencari referensi supata pengemasannya menarik dan elegan,” katanya saat ditemui Tempo di kediamannya di Bandung.
Miniatur Kecapi mulanya dikemas secara sederhana dengan kemasan yang natural. Kemudian, kecapi berukuran 12 cm – 17 cm itu semakin dikenal dan banyak dipesan oleh perusahaan-perusahaan sebagai cinderamata. Seiring dengan pemesanan yang semakin banyak, Tine kemudian menambah produksi alat musiknya menjadi satu set gamelan dengan alat musik goong, gendang, boning, rebab, gambang, saron, angklung hingga goong buyung.
Kemasan pun dibuat elegan, yang mulanya dengan hanya ditempatkan pada sebuah mika, kini dibuat dengan kaca dan ornament batik. Bahkan dilengkapi dengan speaker yang bisa mengeluarkan instrument dari gamelan tersebut. Miniatur pun semakin ekslusif dengan penambahan lampu di sekitar kemasan. “Inovasi lampu, dan suara salah satu cara supaya orang-orang tahu bagaimana bunyi dari alat musik tersebut,” katanya.
Menurut Tine, sebelum di kemas secara menarik, para wisatawan masih enggan membeli karena takut berdebu dan rusak ketika dalam perjalanan. Namun, setelah dikemas, miniatur tersebut menjadi terlihat eye catching untuk pajangan dan simpel dibawa bepergian.
Anisa Pratiwi, salah satu konsumen Waditra Craft mengatakan bangga membeli produk asli daerah sendiri dan memberikannya pada kerabatnya di luar kota. “Karena kemasannya yang bagus, jadi tidak malu memberikan oleh-oleh miniatur Gamelan pada kerabat di luar kota,” katanya.
Hingga kini, miniatur Gamelan Waditra Craft sudah banyak dipesan wisatawan Jakarta, Tangerang, Bali dan mengikuti pameran di Belanda dan Cina. Selain itu, Waditra Craft juga berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MUSI) membuat miniatur Gamelan terkecil dengan ukuran satu centimeter. “Ada tantangan dalam membuat gamelan ukuran satu centimeter, dan penghargaan itu semakin memacu semangat untuk terus memproduksi alat musik tradisi Sunda,” tambahnya.
Kini, Tine sudah memiliki delapan orang karyawan dengan omset sekitar mencapai Rp 35 juta hingga Rp 50 juta per bulan. Di sebuaah rumah sederhana yang didekor bak seperti museum miniature alat musik, Tine memajang koleksi-koleksi miniature buatannya. Di jalan raya Sadang Serang Bandung, Tine menjual aneka ragam miniatur alat musik Sunda dengan bermacam bentuk dan kemasan.
Untuk sampai ke museum mini tersebut, dari tol Pasteur ambil arah ke jalan Dago atau Ir Juanda hingga sampai Simpang Dago. Dari pasar Simpang ambil jalan memutar ke arah Tubagus Ismail dan Sadang Serang Bandung. Apabila dari terminal Cicaheum Bandung, bisa naik angkutan umum ke Jalan Cikutra Bandung yang kemudian mengarah ke Jalan Sadang Serang atau Tubagus Ismail Bandung.
Jenis-jenis gamelan yang dijual pun dijual dengan harga yang bervariasi. Mulai dari pernak-pernik Sunda seharga Rp 5000 – Rp 15.000, Gamelan dengan kemasan Mika Rp 75.000, Gamelan Akrilik Rp 150.000, alat musik satuan dengan bunyi Rp 350.000, satu set Gamelan Rp 350.000, hingga Gamelan bunyi Rp 500.000. Untuk kedepannya, Tine berharap bisa mendirikan museum khusus miniatur alat musik di Jawa Barat dan semakin luas mengenalkan ragam alat musik tradisi Sunda.
RISANTI
Terhangat:
Evaluasi Jokowi | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca juga:
Menyusuri Jalur Kuliner Nganjuk
Pameran Benda Kuno di Pusat Belanja Modern
Gunung Cakrabuana Diusulkan Jadi Taman Hutan Raya
Wedang Kacang Khas Magelang