TEMPO.CO, Malang--Tak sulit menemukan Museum Malang Tempo Doeloe, dari Inggil Resto cukup berjalan kaki. Maklum lokasinya persis bersebelahan dengan Inggil. Kedua destinasi ini dikelola ketua Yayasan Inggil sekaligus Ketua Dewan Kesenian Kota Malang Dwi Cahyono. Untuk masuk museum yang diresmikan 22 Oktober 2012 ini, Anda cukup membayar Rp 10 ribu untuk pelajar, warga Malang Rp 15 ribu dan umum Rp 25 ribu.
Pengunjung akan dipandu untuk mengenali sejarah dan peristiwa di Malang. Mengenakan pakaian khas batik pemandu mengajak generasi muda untuk mencintai budaya dan sejarah. Saat masuk ruang pamer pertama kita dibawa berpetualang ke zaman 1,5 juta tahun lalu. Berbagai koleksi benda purbakala disimpan rapi, serta dihadirkan proses escavasi atau penggalian benda purbakala dan sejarah. Pengunjung diajak berpetualang lakukan masuk ke bawah tanah seperti seorang arkeolog.
Bangunan museum seluas 1.000 meter persegi, menyediakan 20 ruang pamer. Mencakup tema prasejarah, penggalian data arkeologi, Kerajaan Kanjuruhan, Mataram kuno, Kerajaan Singasari, pertapaan Ken Arok, Kerajaan Majapahit, dan benteng Malang (kini Rumah Sakit Umum Daerah dr Sjaiful Anwar). Juga ada lorong sejarah berisi foto bersejarah zaman dulu, mulai masa pendudukan Jepang, kongres Komite Nasional Indonesia Pusat Malang bumihangus dan peresmian Alun-alun Tugu oleh Presiden Soekarno.
Berikutnya kita akan dikagetkan dengan adegan Tunggul Ametung menculik Ken Dedes. Juga terdapat aneka koleksi prasasti dan buku sejarah Jawa dan Indonesia. Selanjutnya kita akan melewati jaman perkembangan, seperti pengetahuan akan kerajinan tembikar, kerajinan besi yang memperlihatkan alat-alat untuk membuat keris, lalu alat-alat unik dan bahan-bahan untuk memasak seperti mixer tempo doeloe, penangkap tikus, dan koleksi rempah-rempah
Untuk mengetahui lebih dekat sejarah Malang juga dihadirkan film drama dokumenter di ruang kaleidoskop. Juga disajikan diorama perjalanan sejarah perjalanan Kabupaten/Kota Malang dan Kota Batu. Koleksi purbakala juga tersimpan rapi meliputi 72 arca yang tercecer di Malang. Arca berusia 550 sampai 600 tahun ini disimpan rapi dan terjaga. "Museum ini menjadi media pendidikan generasi muda," kata Dwi Cahyono.
EKO WIDIANTO
Terhangat:
EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca juga:
10 Tempat Paling Ikonik untuk Memotret
Festival Gura Ici Maluku Utara 2013
Wangi Ayam Canton dan Tempe Kemul Restoran Asia
Tips Liburan Keluarga