TEMPO.CO, Purbalingga - Uap masih mengepul dari mangkok putih berukuran sedang yang terhidang di depan saya, Kamis, 13 Juni 2013. Aroma rempah dan penampilan sajian itu sungguh menggoda. Ketika itu saya tengah berada di Warung Soto Haji Misdar, daerah Bancar, depan Pengadilan Negeri Purbalingga, Jawa Tengah.
Soto Purbalingga, sering disebut sroto oleh penduduk lokal, itulah panganan di hadapan saya. Menu ini memang berbeda dibanding makanan sejenis yang ada di Jawa. Kuah dan rupanya mengingatkan saya pada sop konro Makassar, karena mengandung kacang tanah yang ditumbuk kasar.
Kuah sroto yang bercampur tumbukan kacang tanah tampak kental, meski tak memakai santan. Istri Haji Misdar, Wartini, 52 tahun, mengungkap, kuah tersebut diberi buket. Istilah warga Banyumas untuk menyebut kaldu rebusan daging. Sementara isi sroto beragam dan unik. Tanpa nasi, melainkan ketupat, sroto Haji Misdar dicampur taoge, daun bawang, bawang goreng, kerupuk, dan irisan daging sapi kecil-kecil. Jika Anda tak suka sapi, daging ayam bisa jadi pilihan.
Warung dekat Sungai Klawing ini juga menyediakan aneka lauk tambahan: mendoan khas Purwokerto, dan tahu goreng. Anda pun bisa menaburkan kacang asin di atas sroto, jika ingin sensasi crispy dan tambahan rasa gurih.
Pertama kali dihidangkan, saya sempat ragu bisa menghabiskan sroto yang dihargai Rp 12 ribu per porsi itu. Isiannya tampak menggunung, bersaing dengan kuah yang menurut saya terlalu sedikit. Benar-benar berbeda ketimbang sajian soto dari belahan Jawa lainnya.
Tak hanya dari tampilan, cita rasa sroto Purbalingga ternyata juga unik. Begitu sampai di lidah, yang menguar adalah rasa gurih dan manis dari kuah buket. Daging sapi yang dicampur dengan jeroan, terasa empuk serta lembut.
Warung Soto Haji Misdar yang berumur lebih dari 30 tahun bisa jadi pilihan Anda kala berwisata ke Purbalingga, maupun sekadar melewati kota yang terkenal dengan bahasa ngapaknya ini. Setiap hari, warung ini buka pada pukul 09.00-19.00 WIB. "Tapi kalau liburan, biasanya sore srotonya udah habis," kata Wartini.
Sebagai alternatif, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, terkenal pula dengan sajian soto. Namun kuahnya berbeda dengan sroto. Jika sroto khas dengan bubuhan kacang tanah yang dihaluskan dan kaldu daging, kuah soto Sokaraja menggunakan santan segar. Pilih saja sesuai selera Anda.
ISMA SAVITRI
Terhangat:
Mucikari SMP | Taufiq Kiemas | Rusuh KJRI Jeddah