Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Memburu Sisa Sejarah di Bukit Rimbang Bukit Baling

Editor

Juli Hantoro

image-gnews
Ilustrasi Kereta Api (Unay)
Ilustrasi Kereta Api (Unay)
Iklan

TEMPO.CO, Pekanbaru - Lokomotif tua itu terpajang di atas beton, tidak ada gerbong, rel sepanjang 6 meter pun cukup jadi tempat bertengger, bagian roda tampak ditumbuhi lumut. Disekeliling lokomotif berwarna hitam itu banyak kuburan tua, dari tulisan yang tersurat di batu cadas, menjelaskan kuburan itu adalah makam para romusha zaman penjajahan Jepang, yang disebut Pahlawan Kerja.

Monumen Lokomotif dan Tugu Pahlawan Kerja ini terletak di Jalan Kaharuddin Nasution, Kecamatan Marpoyan Pekanbaru. Namun keberadaan monumen tersebut terkesan hanya sebagai pajangan saja.

Tidak banyak yang tahu, monumen lokomotif ini menyimpan sejarah, diresmikan tanggal 17 Agustus 1958, sebagai bukti sejarah bahwa kereta api pernah ada di Bumi Lancang Kuning. Konon, ribuan romusha harus meregang nyawa, bekerja dibawah siksaan pasukan Jepang membangun rel kereta api sepanjang 220 km, dari Pekanbaru hingga Muaro Sijunjung.

Banyak masyarakat Riau tidak tahu sejarah dan asal usulnya."Saya tidak tahu lokomotif itu punya sejarah, saya pikir cuma pajangan," ujar Agus, Warga Jalan Arengka Pekanbaru, Rabu, 12 Juni 2013.

Bersama rombongan World Wide Fund (WWF) Riau, Tempo menelusuri sisa-sisa sejarah yang hilang itu. Selain di Pekanbaru, ternyata masih ada satu lokomotif lagi yang tersisa di Desa Lipat Kain, Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Jaraknya 80 kilometer dari Pekanbaru.

Lokomotif di Lipat Kain kondisinya lebih memprihatinkan, letaknya di tengah perkebunan karet milik warga, tepat ditepian sungai subayang. Bentuknya tidak lagi utuh, karatan dan berlumut, banyak bagian yang hilang.

Menurut warga setempat Ahud, 56 tahun. Lokomotif tersebut merupakan peninggalan Jepang, dulunya masih ada gerbong dan rel, namun sejak tahun 1980, lokomotif perlahan lenyap dipreteli masyarakat. "Besinya dijual kiloan oleh masyarakat," ujarnya.

Warga Desa Petai, Badhuramin, 75 tahun, menceritakan sejarah singkat kereta api di Riau. Sebelumnya penjajah Belanda sudah merencanakan pembangunan jaringan rel kereta api dari Pekanbaru ke Muaro Sijunjung, namun hambatan yang dihadapi cukup berat. Alasan kondisi alam yang berbukit, dibelah banyak anak sungai, hutan yang dihuni harimau, diperkirakan harus membangun banyak jembatan dan terowongan, namun akhirnya rencana itu batal.

Sekitar 1942, Jepang berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengetahui rencana Belanda tersebut. Jalur ini dimanfaatkan sebagai sarana transportasi yang menghubungkan Sumatra Barat dan Pantai Timur Sumatra, untuk menghindari Padang dan Samudra Hindia yang telah dikuasai kapal sekutu. Tujuan lain, kereta api ini dimanfaatkan sebagai angkutan batu bara dari Logas Tangko ke Muaro Sijunjung.

Tahun 1943, Jepang mengerahkan ribuan romusha membangun rel kereta api sepanjang 220 km, ribuan orang dibawa dari Jawa, bahkan tawanan perang juga diperlakukan sama oleh Jepang. "Masyarakat tempatan juga ada dijadikan romusha," ujar Badhuramin.

Pengerjaan rel kereta api dimulai dari Pekanbaru, Sungai Pagar, Lipat Kain, Petei, Logas Tangko, Muara Lembu hingga Muaro Sijunjung.

Pada 1945, pengerjaan rel kereta api selesai, namun Jepang akhirnya menyerah kepada sekutu. Sejak itu rel kereta api tidak pernah lagi digunakan, rel ditinggalkan begitu saja, para romusha dan tawanan perang yang berkorban nyawa membangun rel ini mati sia-sia.

Muhammad Yulis, 85 tahun, masih mengingat betul hiruk pikuk aktivitas kereta api Jepang kala itu, Yulis mengaku saat itu masih berumur 7 tahun. "Kereta api selalu saya lihat setiap hari melintas," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Badurhamin mengaku rel kereta api mulai dibongkar pada  1975, saat itu seorang Kepala Desa Pencong bernama Arifin mengaku diperintahkan oleh Pemerintah Provinsi Riau. Arifin lalu mengerahkan masyarakat desa membongkar rel tersebut dengan upah Rp 300 permeter. "Saya ikut bekerja membongkar rel itu," kata Badhurami.

Rel yang sudah dibongkar tersebut kemudian dibawa ke Pekanbaru. Sejak saat itu mulailah masyarakat mempreteli rel kereta api untuk dijual kiloan. "Pemerintah waktu itu tidak ada yang melarang," ujar Muhammad Yulis.

Pada tahun 2000, masih terdapat 7 lokomotif lagi di Desa Pencong, desa ini merupakan desa mati yang sudah lama ditinggal penduduk, jaraknya 18 kilometer dari Jalan Lintas Taluk Kuantan, berada tepat di perbatasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling. Namun perlahan lokomotif tersebut juga punah dipreteli masyatakat, lalu besinya dijual kiloan.

"Semuanya habis dipotong-potong lalu dijual," kata Muhammad Yulis.

Tempo beserta Rombongan WWF menelusuri hutan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling, melewati jalan terjal berbatu melintasi perbukitan, menembus anak sungai menyisir pinggiran hutan. Disebut-sebut rel kereta api membentang di hutan ini, pasalnya hutan Bukit Rimbang Bukit Baling berbatasan dengan lokasi pertambangan batu bara Logas Tangko peninggalan Jepang.

Pencarian jejak rel kereta api membuahkan hasil, dengan ditemukannya sepotong besi rel kereta api ukuran dua meter muncul ke permukaan tanah, namun bagian yang tertanam belum dapat dideteksi berapa panjangnya. "Ini sisa-sisa sejarah yang harus kita lindungi," ujar aktivis WWF Sunarto.

Sunarto menyebutkan, sebelumnya WWF juga menemukan rel kereta api sepanjang dua meter di hutan Bukit Rimbang Bukit Baling, namun besi itu akhirnya hilang juga karena tidak dipantau.

WWF Riau sangat menyayangkan hilangnya sejarah pahlawan kerja, Menurut Sunarto, peninggalan sejarah penting untuk dilestarikan, apalagi ribuan romusha harus rela menjadi korban kerja paksa Jepang membangun rel kereta api, namun akhirnya perjuangan mereka sia-sia. Sunarto menyebutkan, sejarah rel kereta api Sumatra ini juga diabadikan di Staffordshire Inggris, dibuat dalam bentuk monumen yang disebut Sumatra Railway di Taman National Memorial Arboretum Inggris.

"Ini ironis sekali, disaat bangsa kita tidak menghargai sejarah, negara lain justru mengabadikan sejarah kita," ujarnya.

RIYAN NOFITRA

Topik Terhangat:
Produk Baru Apple
| Mucikari SMP| Taufiq Kiemas| Priyo Budi Santoso| Rusuh KJRI Jeddah

Berita Lainnya:
Kata Fahri, Istana 'Tendang' PKS dari Koalisi 

Tensi Darah Dicek, Kening Jokowi Berkerut 

Polisi Ambil Visum Mucikari SMP 

Skandal Seks Guncang Kemlu AS 

5 Pujian untuk "Man of Steel"

Suswono Tak Pusing PKS Dikeluarkan dari Koalisi  


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pelaku 17 Subsektor Ekonomi Kreatif Berkumpul di Batam Creative Festival

20 September 2022

Penampilan tarian budaya dalam acara Kenduri Seni Melayu Kota Batam. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Pelaku 17 Subsektor Ekonomi Kreatif Berkumpul di Batam Creative Festival

Batam Creative Festival adalah salah satu media kampanye Gerakan Ekonomi Kreatif di Kota Batam.


Bandara Sultan Syarif Kasim Riau Diajukan untuk Kembali Layani Wisatawan Asing

5 April 2022

Sejumlah penumpang berjalan melewati alat pemindai panas tubuh di terminal kedatangan internasional Bandara Sultan Syarif Kasim II di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa, 14 Mei 2019. Otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim II menyatakan alat pemindai panas tubuh sudah diaktifkan untuk memantau penumpang dari Singapura dan Malaysia yang berpotensi terjangkit virus cacar monyet (monkeypox). ANTARA
Bandara Sultan Syarif Kasim Riau Diajukan untuk Kembali Layani Wisatawan Asing

Riau dinilai memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan untuk para wisatawan asing, khususnya dari Malaysia dan Singapura.


Riau Punya Puncak Kompe, Pesona Wisata Alam Seperti Raja Ampat

6 September 2021

Gubernur Riau Syamsuar (kanan) saat mengunjungi Puncak Kompe. (ANTARA/HO-Diskominfotik Riau)
Riau Punya Puncak Kompe, Pesona Wisata Alam Seperti Raja Ampat

Gubernur Riau Syamsuar mengajak masyarakat mengunjungi Puncak Kompe dan menikmati indahnya pemandangan di sana.


Lokasi Latihan Pengeboman TNI AU di Kampar akan Jadi Destinasi Wisata Militer

10 Agustus 2021

Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto usai naik helikopter bersama Danlanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Senin (9/8/21). ANTARA/HO-Diskominfo Kampar
Lokasi Latihan Pengeboman TNI AU di Kampar akan Jadi Destinasi Wisata Militer

Kabupaten Kampar mendukung pengembangan lokasi latihan TNI AU menjadi destinasi wisata militer untuk masyarakat.


Pulau Bintan Siap Menyambut Wisatawan di Era New Normal

19 Juli 2020

Pulau Bintan selain memiliki pantai yang indah, juga menjadi destinasi kitesurfing dunia. Foto: @andri.wh
Pulau Bintan Siap Menyambut Wisatawan di Era New Normal

Pulau Bintan sudah siap menerima wisatawan dengan persyaratan kesehatan yang ketat.


Besok Objek Wisata Istana Siak di Riau Buka

21 Juni 2020

Pengunjung berfoto dengan latar belakang Istana Siak Sri Inderapura ketika mengisi libur akhir tahun di Kabupaten Siak, Riau, Minggu 30 Desember 2018. Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang selesai dibangun pada tahun 1893. ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Besok Objek Wisata Istana Siak di Riau Buka

Pengunjung tak bisa langsung masuk ke Istana Siak seperti sebelum pandemi Covid-19. Ada peraturan baru yang harus dipatuhi.


Dilaporkan Ada Harimau Sumatera di Kawasan Wisata Danau Khayangan

12 Maret 2020

Kawasan wisata Danau Khayangan, Pekanbaru, Riau. Foto: Riau.go.id
Dilaporkan Ada Harimau Sumatera di Kawasan Wisata Danau Khayangan

Wisatawan dilarang mendekat ke kawasan wisata Danau Khayangan di Kota Pekanbaru, Riau, karena diduga ada harimau di sana.


Bukit Suligi Riau Raih Anugerah Pesona Indonesia 2019

23 November 2019

Pendaki mengibarkan bendera Merah-Putih di puncak Aliantan, Bukit Suligi, Rokan Hulu, Riau, Sabtu, 11 Nvember 2017. Tempo/Riyan Nofitra
Bukit Suligi Riau Raih Anugerah Pesona Indonesia 2019

Bukit Suligi dikenal dengan sebutan Samudera Awan. Lestari berkat kesadaran wisata kepala desa dan perangkatnya.


Pasar Digital yang Ramah Lingkungan Diadakan di Riau

31 Maret 2018

T-CASH dan JAKmikro meluncurkan program Pasar Rakyat dan UMKM Go Digital di Jakarta Selasa, 19 Desember 2017. Kredit: Istimewa
Pasar Digital yang Ramah Lingkungan Diadakan di Riau

Dinas Pariwisata Provinsi Riau menggelar konsep destinasi wisata baru berupa pasar digital "Pekan Rantau Melayu" di Hutan Kota Pekanbaru.


Awal Tahun, Turis Mancanegara di Riau Dapat Air Mata Pengantin

2 Januari 2018

Sejumlah wisatawan asing mengikuti Festival Perang Air (Cian Cui) di Kota Selat Panjang Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Festival ini digelar selama enam hari setelah perayaan Tahun Baru Imlek. ANTARA/FB Anggoro
Awal Tahun, Turis Mancanegara di Riau Dapat Air Mata Pengantin

Turis mancanegara yang melancong ke Provinsi Riau pada hari pertama 2018, disambut minuman air mata pengantin.