TEMPO.CO, Tangerang -Perayaan Peh Cun (Phe Tjoen) menyemarakkan Festival Cisadane yang digelar 12-16 Juni 2013. Ritual itu ditandai dengan memandikan perahu tua yang tersimpan ratusan tahun di Vihara Kong Cho, jalan Imam Bonjol, Karawaci, Kota Tangerang. Pada malam ritual memandikan perahu naga yang berlangsung tengah malam pukul 24.00 Selasa, 11 Juni 2013 itu, ratusan warga Tionghoa dari berbagai penjuru Tangerang dan luar daerah memadati tepi Sungai Cisadane.
Rudy A Kuhu, pengurus Vihara Kong Cho mengatakan peh cun merupakan upacara pencarian terhadap seorang tokoh Tionghoa, Khut Gwat yang menyeburkan diri ke sungai. "Pencarian dengan perahu ini sebagai perayaan tradisi sebagai penghormatan terhadap Khut Gwan,"katanya.
Khut Gwan menjatuhkan diri ke dalam sungai bukan tanpa alasan. Dalam sejarah Tionghoa dikisahkan begitu mendengar berita hancurnya ibu kota Cho, tempat Klenteng Bio diserbu orang Chien, maka Khut menceburkan diri ke sungai. Pada masa itu, ratusan perahu mencari keberadaan Khut Gwan namun sang tokoh tersebut tidak pernah ditemukan.
Yang menarik, bekas air cucian perahu naga itu dipercayai membawa berkah. Tak ayal para warga berebut untuk membasuh muka dengan air itu. Ada pula yang menyimpan dalam botol kecil untuk memperlancar rezeki. "Air pemandian perahu menjadikan rezeki mengalir seperti perahu di bawah arus sungai,"kata Pauline, seorang warga keturunan Tionghoa.
Festival Cisadane sendiri menjadi gelaran budaya tahunan yang diadakan di Kota Tangerang. Bertempat di Bantaran Sungai Cisadane, Pemerintah Kota Tangerang menjadikan kegiatan ini sebagai ikon tahunan menarik wisatawan. Semarak festival di bantaran sungai sudah terasa eloknya dengan 300 lampion warna-warni, 150 lampion dipasang di bagian turap Cisadane dan 150 lainnya dipajang di sepanjang jalan Letda Dadang Suprapto. Ada pula replika naga raksasa sepanjang 35 meter dengan diameter 1 meter ini dipasang di punggung jembatan Gerendeng.
Selain menampilkan kesenian tradisional Tionghoa, seperti barongsai dan liong, dalam Festival Cisadane juga ditampilkan seni tradisi Betawi seperti ngibing diiringi musik Gambang Kromong.
Wali Kota Tangerang Wahidin Halim mengatakan Festival Cisadane merupakan cermin budaya masyarakat Kota Tangerang yang multikultural. "Hendaknya dengan Festival Cisadane ini dapat membangun kebersamaan seluruh masyarakat kota Tangerang untuk saling menghargai dan menghormati satu dengan lainnya."kata Wahidin.
Acara ini juga akan diisi berbagai pagelaran seni dan budaya seperti lomba tari, pagelaran wayang kulit, lomba dayung dari Tangerang dan peserta asal Surabaya, Cilegon, Kalimantan Timur.
AYU CIPTA
Berita Lainnya:
Hidayat Nur Wahid: PKS Memang Main di Dua Kaki
Laris Manis Lelang Barang Gratifikasi di KPK
Dolar Tembus Rp 10.000, BI Guyur US$ 100 Juta/Hari
Jokowi Ganti Dua Direktur RSUD
Apa Saja Kelebihan iOS 7?