TEMPO.CO , Jakarta:Museum Kota Makassar atau Geementehuis dibangun tahun 1981 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Bangunan tua bergaya arsitektur neo klasik ini difungsikan sebagai tempat para pemimpin eksekutif menjalankan kegiatannya. Bangunan ini merupakan lambang keberadaan pemerintah kota, dengan wali kota pertama J.E. Dan Brink.
Namun, sejak 7 Juni 2000, oleh Wali Kota Amiruddin Maula dialih fungsikan sebagai Museum Kota Makassar. Kondisi bangunan seluas 2.108 meter persegi ini tampak terawat. Dari depan, bangunan yang menempati tanah seluas 2.709 meter persegi ini terlihat hanya satu bangunan. Padahal sebenarnya bangunan berbentuk segi empat, bertingkat dengan konstruksi beton ini terdiri dari bangunan utama dan bangunan pendukung.
Terletak di Jalan Balai Kota Nomor 11--dulu adalah Jalan Gouveneurs Laan—Kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang. Sebelah utara berbatasan dengan kompleks perumahan perwira Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, sebelah timur dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri 6, dan sebelah selatan dengan kanal.
Museum Kota ini hadir untuk melayani kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai identitas dan sejarah Kota Makassar. Beberapa koleksi museum kota di antaranya peta bumi yang dibuat untuk kelancaran misi perdagangan dan politik di Indonesia pada masa silam, relief potret Ratu Wilhelmina dan Yuliana, foto reproduksi naskah, foto-foto peristiwa serta bangunan bersejarah, dan berbagai jenis mata uang.
SUMBER : Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara
IRMAWATI
Topik Terhangat
EDISI KHUSUS: Fans Bola| Teroris | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
TRAVEL Terpopuler
Calzone, Pizza Berbentuk Pastel
Royal Dinner Ala Keraton Kasepuhan
Angkringan Tak Sehat Sumber Penularan Hepatitis A
Malang Ditetapkan Sebagai Kota Pusaka
Braga Weekend Market Digelar Sabtu Ini