TEMPO.CO , Sleman: Pejualan makanan dan minuman atau biasa disebut angkringan sudah umum bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Hampir di setiap sudut keramain hingga perkampungan, gerobak penyedia menu tradisional itu terlihat. Menunya beragam. Ada nasi kucing, tempe, tahu, telor puyuh, kopi, atau teh.
Angkringan memang sangat lekat dengan Yogyakarta dan Surakarta. Di Depok saja, ada sekitar 28.000 penjual makanan angkringan. Sdebanyak 15 ribu dari penjual berada di Desa Caturtunggal. Sisanya tersebar di Desa Condongcatur dan Maguwoharjo. Tidak sedikit pedagang angkringan bisa dilihat berada di mal dan hotel kelas bintang. Banyaknya angkringan memunculkan ide untuk menampilkannya dalam sebuah festival.
Maka pada Grebeg Gajah Wong dimunculkanlah Festival Angkringan di Taman Kuliner Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta pada Sabtu 11 Mei 2013 ini. “Festival akan diikuti oleh sekitar 50 gerobak angkringan,” kata Camat Depok, Sleman Krido Suprayitno, Kamis , 9 Mei 2013.
Ada 10 pengusaha angkringan yang ikut serta dalam festival. Penyelenggaraan beralasan festival ini akan menjadi edukasi bagi pelaku usaha mikro kecil semacam angkringan, sekaligus meramaikan Taman Kuliner yang masih dirasa sepi pengunjung.
Festival akan dimulai pukul 16.00 WIB. Para akademisi akan menjadi dewan juri yang menilai angkingan dari peserta. “Nanti ada lima pemenang yang berhak menempati kios di Taman Kuliner sebagai hadiah,” kata Krido.
Mereka kemudian akan menggelar bakar ikan lele pukul 19.30 WIB. Para pengunjung taman dihidangi makanan dan minuman secara gratis hingga pukul 22.00 WIB. “Kami memberi subsidi kepada peserta festival Rp 400 ribu, setelah pukul 22.00 WIB, mereka bisa berjualan seperti biasa sampai pagi,” kata Krido.
Selain pesta makanan khas angkringan, pengunjung disuguhi berbagai acara, semacam atraksi kesenian yang dikemas dalam Akulturasi Gelar Budaya Nusantara. Para peserta pentas seni didatangkan dari berbagai daerah, termasuk Timor Leste, Gorontalo, Jawa Barat, dan Papua.
Penggemar wayang pun bisa menikmati pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Bambang Harjanto dan Ki Wisnu Gito Saputro.
Festival ini disambut antusias oleh para pedagang. Pedagang Taman Kuliner, Supriyani, 51 tahun, mengatakan terbantu oleh keramaian dari festival ini. Sejak dibuka tujuh tahun lalu, taman yang menjajakan berbagai macam makanan itu sepi pengunjung. “Kalau ada acara serti itu akan menambah ramai9 lokasi ini,” kata dia.
Bagi warga, festival ini merupakan saat tepat untuk menghabiskan malam minggu dengan makanan dan hiburan tradisional. Apalagi taman itu sangat luas dan pada malam itu ada banyak makanan gratis untuk dinikmati. Mau?
MUH SYAIFULLAH
Topik hangat:
Perbudakan Buruh | Alex Ferguson | Susno Duadji
TRAVEL Terpopuler
Jazz di Atas Awan Digagas di Gunung Dieng
Braga Weekend Market Digelar Sabtu Ini
Calzone, Pizza Berbentuk Pastel
Royal Dinner Ala Keraton Kasepuhan