Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wajah Wisata Pantai Pangandaran Kala Malam  

image-gnews
Pasar Wisata, Pangandaran, Jawa Barat. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Pasar Wisata, Pangandaran, Jawa Barat. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Iklan

TEMPO.CO, Ciamis - Musik dangdut koplo dan disko saling bersahutan di bibir Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Dari kejauhan, suaranya terdengar samar-samar terbawa angin pantai. Bahkan menutupi debur ombak yang biasa terdengar.

Alunan irama yang cukup enak untuk bergoyang ini berasal dari warung remang-remang semi-permanen, di pasar wisata, Jalan Bulak Laut. Kala siang, pasar wisata menjadi tempat pedagang menjajakan pelbagai cenderamata, seperti baju dan kerajinan tangan. Namun bila malam datang, wajah pasar cenderamata akan berganti, menjadi pasar prostitusi. Di waktu malam, warga setempat menyebutnya pasar wanita.

Sekilas, pasar yang berjarak sekitar 200 meter dari bibir pantai ini tidak memiliki kehidupan. Deretan jongko semi-permanen di pinggir jalan pun tertutup terpal. Apalagi tak banyak lampu penerangan di sana. Namun di lorong pasar, setidaknya ada 10 warung remang-remang yang menyajikan musik elektone. Seperti yang Tempo saksikan kala menyelusuri kehidupan malam pasar wanita, akhir pekan lalu.

Kala itu, sejumlah perempuan berderet di depan warung hiburan, rata-rata usianya di bawah 30 tahun. Berbalut baju terusan atau celana sepanjang lima jari dari pangkal paha, penampilan mereka cukup menggoda mata lelaki. Sesekali mereka cekikikan dan berjoget mengikuti lantunan musik. Tidak jarang terdengar teriakan atau ajakan dari para perempuan itu, waktu Tempo melewati deretan kafe. “Mampir dulu, Mas,” begitu cara mereka menyapa.

Tempo sendiri menjatuhkan pilihan beristirahat sejenak di Rubby Cafe. Tak lama, perempuan paruh baya berpotongan rambut calypso menghampiri dan menawarkan menu minuman. Kata si perempuan, ia memiliki banyak minuman. Dari kadar alkohol rendah hingga yang memabukkan.

Perempuan itu tak lama melayani Tempo. Ia langsung kembali menongkrong di luar kafe, sibuk dengan telepon genggamnya yang tak berhenti berdering. “Itu si Mamah yang punya tempat ini,” kata seorang lelaki, pramusaji.

Sesekali si Mamah kembali menyapa tamu yang tengah menikmati minuman. Dia juga menawarkan pengunjungnya, apakah ingin ditemani seorang perempuan atau tidak. “Mau ditemenenin sama anak-anak Mamah?” ujarnya sambil melambaikan tangan ke perempuan-perempuan berpenampilan seksi.

Dua perempuan belia, sekitar 24 tahun, menghampiri Tempo. Tania dan Melinda, nama yang mereka perkenalkan. Mengaku telah bekerja selama satu tahun, keduanya telah menjalani berbagai lika-liku kehidupan malam. Tania mengaku hanya bekerja selama empat hari dalam seminggu, sedangkan Melinda hampir tiap hari bekerja.

“Tugas saya hanya menemani pengunjung minum, bernyayi atau joget bersama,” kata Tania. “Tarif yang dipatok Rp 50 ribu, tapi ada saweran dari pengunjung yang mengajak bernyayi dan berjoget.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kata perempuan asal Tasikmalaya ini, semua gadis di warung remang-remang akan memberikan layanan yang memuaskan bagi tamu. Mereka juga bersedia memberikan layanan tambahan di tempat tidur. Asal ada kesepakatan tarif. “Harga semalam dipatok Rp 600 ribu, untuk sekali main atau short time tarifnya Rp 200-300 ribu.”

Bila harga sudah deal, Tania tak bisa melenggang pergi begitu dengan pelanggannya. Dia akan akan diantarkan ke kamar hotel dengan sepeda motor yang sudah disediakan si mamah. Sementara lelaki pemesan mengikutinya dari belakang, dengan kendaraan berbeda. Soal virus HIV/AIDS, Tania tidak takut. Sebab ia kerap membawa kondom tiap bekerja. “Sebulan sekali saya periksa ke dokter juga,” kata dia.

Kata Melinda, dari pekerjaan ini ia dapat meraup penghasilan minimal Rp 5 juta per bulan. Besar atau kecilnya pendapatan itu sendiri bergantung tingkat kunjungan wisatawan ke Pangandaran. “Orang datang ke Pangandaran untuk buang duit. Selain wisata alam, wisata seks juga,” kata penduduk Ciamis ini.

Dulu, Melinda sempat bekerja di tempat karaoke, di Tasikmalaya dan Bandung. Namun ia tak betah di sana. Apalagi kerap terjaring razia. “Kalau di sini aman, yang jaganya juga dari polisi,” ujar dia.

Kehidupan malam di Pangandaran ini tidak pernah sepi. Para lelaki hidung belang yang datang untuk mencari hiburan satu malam ini kebanyakan dari luar kota seperti Bandung dan Jakarta. Apalagi bila memasuki hari libur, hampir setiap parkir tempat hiburan ini dipenuhi kendaraan pengunjung. Jam operasi warung remang-remang ini yaitu pukul 19.00-02.00 WIB.

Pemesanan teman wanita ini juga bisa dilakukan lewat muncikari lepas yang biasa menongkrong di sekitar pasar. Selanjutnya, mereka akan membawakan perempuan pesanan ke kamar hotel. “Bila cocok langsung saja transaksi di kamar, kalau tidak cocok diganti yang lain,” ujar Herman, penjaga penginapan yang kerap menjadi tempat cinta satu malam. “Ongkos untuk muncikari Rp 50-100 ribu.” Baca info wisata lainnya di sini.

SIGIT ZULMUNIR

Topik Terhangat Tempo.co: Serangan Penjara Sleman||Adi Vs Eyang Subur||Harta Djoko Susilo||Agus Martowardojo

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Akan Dilelang  

20 Agustus 2013

ANTARA/Teresia May
Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Akan Dilelang  

Ada empat lokasi wisata yang memiliki daya tarik tertinggi di kawasan Cianjur, yaitu Kebun Raya Cibodas, Pantai Jayanti, Ziarah Makam Cikundul, dan Waduk Cirata.


300 Wisatawan Parangtritis Disengat Ubur-ubur  

11 Agustus 2013

Tentakel ubur-ubur hydromedusa bentik ini bercahaya. Dailymail.co.uk
300 Wisatawan Parangtritis Disengat Ubur-ubur  

Ubur-ubur datang bersamaan dengan datangnya musim kemarau


100 Ribu Pengunjung Padati Kawasan Wisata Ancol

9 Agustus 2013

Pengunjung memadati pantai Ancol di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.(TEMPO/Yosep Arkian)
100 Ribu Pengunjung Padati Kawasan Wisata Ancol

Untuk lebaran tahun ini, Ancol dipadati sekitar 100 Ribu pengunjung.


Hari Ini, Pengunjung Ragunan Diprediksi Membludak

9 Agustus 2013

Pengunjung menonton seekor gajah di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta. ANTARA/Anita Permata Dewi
Hari Ini, Pengunjung Ragunan Diprediksi Membludak

Tahun lalu, puncak kunjungan ada di H+2 ketika pengunjung Ragunan mencapai 142.999 orang.


Borobudur Lebih Ketat Jelang Idul Fitri

8 Agustus 2013

Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini merupakan candi Buddha terbesar sekaligus paling terkenal di dunia. Borobudur dibangun pada abad ke-8 oleh dinasti Syailendra. TEMPO/Subekti
Borobudur Lebih Ketat Jelang Idul Fitri

Pengelola Candi Borobudur juga memasang close circuit television atau kamera CCTV di sejumlah titik di kawasan candi.


Payung-payung Cantik Warnai Langit Agueda Portugal  

26 Juli 2013

Payung warna-warni digantung di atas jalanan Agueda, Portugal, untuk melindungi orang-orang dari sengatan panasnya matahari. Keindahan jalanan ini kini menjadi atraksi turis yang digemari di Portugal. Dailymail.co.uk
Payung-payung Cantik Warnai Langit Agueda Portugal  

Payung-payung tersebut membuat turis yang berkunjung ke Agueda, Portugal, terkagum-kagum.


Jatim Park Group Bagi-bagi Tiket Gratis

10 Juli 2013

Museum Satwa di Kota Batu ini merupakan anak usaha Grup Jatim Park yang satu lokasi dengan Batu Screet Zoo di Jatim Park 2. TEMPO/Abdi Purnomo
Jatim Park Group Bagi-bagi Tiket Gratis

Promo diberikan untuk menjaga tingkat kunjungan wisata yang menurun saat bulan puasa.


Layak Dicoba, Resor Mewah Milik Bos Virgin Air

5 Juli 2013

Great House di Necker Island, British Virgin Islands milik miliarder Richard Branson yang disewakan seharga US $ 60 ribu atau sekitar Rp 596 juta per malam. Dailymail.co.uk
Layak Dicoba, Resor Mewah Milik Bos Virgin Air

Untuk menginap di resor mewah ini, Anda harus siap mengeluarkan
biaya sebesar US $ 60 ribu atau sekitar Rp 596 juta per
malamnya. Apa fasilitasnya?


Tantangan Penjelajah Kaldera Tambora

5 Juli 2013

Gunung Tambora. wikipedia.org
Tantangan Penjelajah Kaldera Tambora

Lama waktu tempuh turun sejauh 2,8 kilometer ini diperhitungkan delapan jam dan pulangnya memerlukan waktu lebih lama, sekitar 12 jam.


BBM Naik, Lokasi Wisata Bogor Padat Pengunjung

23 Juni 2013

Kemacetan di jalur keluar pintu tol Gadog, Ciawi, menuju kawasan Puncak, Bogor. ANTARA/Arif Firmansyah
BBM Naik, Lokasi Wisata Bogor Padat Pengunjung

Riska bahkan sudah menyiapkan uang untuk membeli ole-ole dan biaya makan di restroran untuk keluarganya.