TEMPO.CO, Jakarta--Peneliti Balai Arkeologi Jayapura, Papua, Hari Suroto mengungkapkan, Noken (tas tradisional) asal Kabupaten Biak dari anyaman daun pandan dan kulit kayu, terancam punah.
Menurut Hari, Noken dikategorikan sebagai warisan budaya tak benda, yang menurut Konvensi UNESCO tahun 2003, sebagai warisan yang meliputi segala praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, dan keterampilan.
Ia mengatakan, budaya tak benda lebih dikenal akrab sebagai warisan budaya hidup. Diekspresikan dalam lima domain, pertama, tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya takbenda.
Kedua, seni pertunjukan, ketiga, adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan, keempat, pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta, dan kelima, kemahiran kerajinan tradisional.
"Perajin Noken Biak yang biasanya menggunakan daun pandan, kini mengganti bahan tersebut dari nylon atau bahan praktis lainya," kata Hari Suroto, Rabu 23 Oktober 2012.
Noken merupakan kerajinan tangan yang memiliki nilai seni tinggi serta dianggap merupakan jati diri orang Papua. Noken mulai menuju kepunahan karena tak ada generasi muda yang mau meneruskan dan mempelajarinya.
Noken dalam bahasa Biak disebut 'inokson atau inoken'. Noken suku Biak dibuat di Kampung Bosnik, Biak Timur. Perajinnya para dewasa yang berusia uzur.
Guna menyelamatkan keberadaannya, noken perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal atau ekstrakurikuler. "Perlu juga pelatihan membuat Noken, dan promosi Noken oleh pemerintah daerah," ujarnya.
JERRY OMONA
Baca juga:
Di Papua Ditemukan Alat Penokok Sagu Prasejarah
Festival Danau Sentani Dibuka Penabuhan Tifa Terbanyak
Potensi Wisata Boven Digoel Dipamerkan di Belanda
Festival Lembah Baliem Digelar
Foto Belajar Kearifan Budaya Suku Dani di Festival Lembah Baliem