Pesut Mahakam
Penasaran dengan keberadaan Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) yang dikabarkan masih sering terlihat muncul di kawasan Muara Pahu, kami pun meneruskan perjalanan dari Tanjung Isuy ke Muara Pahu dengan menyewa ces. Sekitar tiga jam membelah sungai-sungai antara Danau Jempang dan Muara Pahu.
Hmmm... sungguh sensasional perjalanan ini. Ada banyak satwa liar sepanjang perjalanan, terutama ratusan kera Bekantan yang berlompatan dari pohon ke pohon ketakutan mendengar deru suara mesin ces yang keras. Seekor kepala buaya juga sempat kami lihat bergerak menenggelamkan diri di balik semak-semak, ketika mendengar suara ces melintas. Perjalanan tiga jam yang sungguh mendebarkan.
Sesampai di Muara Pahu, tampaknya kami kurang beruntung. Empat jam menunggu munculnya Pesut Mahakam di depan dermaga Muara Pahu, tidak sedikit pun menemukan tanda-tanda kemunculannya. “Memang tidak bisa dipastikan. Kadang tiba-tiba muncul kadang tidak,” ujar Ahok, seorang penjaga kawasan konservasi Pesut Mahakam di Muara Pahu.
Saya pun menelepon Daniella Kreb, seorang peneliti dari Yayasan Rasi, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam konservasi Pesut Mahakam yang berkantor di Samarinda. Meminta sarannya jika ingin melihat Pesut Mahakam. Ia pun dengan senang hati menyarankan saya pergi mengunjungi kawasan antara Sungai Mahakam dengan Danau Semayang, Muara Muntai, tempat sekelompok Pesut Mahakam akhir-akhir ini sering terlihat.
“Muara Pahu sudah terlalu ramai dengan lalu lintas kapal. Mereka tidak nyaman sehingga berpindah tempat,” ujar Daniella Kreb.
Sayang, waktu kami terbatas untuk bisa meneruskan perjalanan ke Danau Semayang. Kami pun harus menunda dulu untuk melihat ikan besar maskot Sungai Mahakam itu. Dihari kelima, kami memutuskan meneruskan perjalanan kembali ke Samarinda dengan pelayaran reguler.
WAHYUANA