TEMPO.CO , Jakarta - Kalau sudah ketemu pecel, Fitri Carlina, 25 tahun, mengaku tidak bisa menahan diri. Langsung saja ia menyantap menu rebusan sayur yang bersiram kuah sambal kacang itu. Penyanyi dangdut ini mengaku pecel merupakan menu favoritnya. “Soal rasa membuatku tergila-gila,” kata pelantun lagu ABG Tua ini.
Fitri menyantap pecel dengan alasan demi kesehatan tubuh. Aktivitas dan jadwal yang padat membuatnya sering jajan sembarangan. "Jadi, bersantap pecel membuatku melakukan detoks dengan makan sayuran," ujarnya.
Pecel banyak ditemui di beberapa daerah di Tanah Air. Penyajiannya pun beraneka rupa. Di Kediri, misalnya, ada pecel punten, yang bisa ditemui di rumah makan sederhana milik Ester di Kelurahan Ketami, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Punten terbuat dari nasi masak yang ditumbuk halus dengan campuran garam serta kelapa. Bagi masyarakat di kota ini, punten bukan makanan baru. Meski terlihat sederhana, harga menu ini justru lebih mahal ketimbang nasi biasa. Rasanya pun gurih karena mengandung santan kelapa. Bersantap pecel punten dengan sambal pedas menjadi alternatif baru menikmati pecel.
Konsumen rumah makan di area persawahan dan ladang tebu ini jauh mengungguli rumah makan berbintang. Bahkan, pada jam istirahat siang, tak ada tempat yang tersisa karena kehadiran pegawai negeri di Pemerintah Kota dan Kabupaten Kediri. Hal ini cukup mencengangkan, mengingat jarak antara rumah makan dan perkantoran lebih dari 5 kilometer.
Punten berukuran besar yang telah dipotong menjadi tiga bagian ukuran tiga ruas jari berbentuk persegi ditata di atas piring. Di atasnya diletakkan potongan daun ketela, daun turi, kecambah, serta lima kerupuk kali sebelum diguyur dengan sambal pecel. “Jelas berbeda dengan nasi pecel biasa,” kata Faizal Rizal, pelanggan yang ditemui beberapa waktu lalu.
Dalam sejarahnya, pecel adalah makanan khas Indonesia yang pertama kali dijual pedagang bernama Mbok Pecel dari Kota Madiun, Jawa Timur. Makanan ini terbuat dari rebusan sayuran berupa bayam, tauge, kacang panjang, kemangi, daun turi, krai atau sejenis mentimun, dan sayuran lain yang dihidangkan dengan disiram sambal pecel yang terbuat dari kacang tanah, cabai rawit, dicampur daun jeruk purut, bawang, asam jawa, merica, dan garam.
Di daerah ini, pecel sering dihidangkan dengan rempeyek kacang, rempeyek udang, dan gendar atau lempeng beras. Dimakan bersama nasi putih hangat dan aneka lauk daging ayam dan jeroan. Untuk penyajiannya, bisa dalam piring serta pincuk atau daun yang dilipat. Sepintas pecel mirip gado-gado, meski ada perbedaan dalam bahan-bahan yang digunakan. Daun jeruk purut adalah salah satu ciri bumbu pecel yang tak ditemui dalam gado-gado.
Nama pecel punya arti berbeda di setiap daerah. Di Slawi, Tegal, Jawa Tengah, pecel tidak disajikan dalam bentuk sayur-sayuran, melainkan berbentuk rujak. Pecel versi daerah ini berisi buah-buahan segar, seperti jambu, nanas, pepaya, dan mangga, serta disirami dengan saus gula merah kental.
Di Banyumas, pecel sering pula dibubuhi dengan bahan-bahan sayuran yang berbau merangsang yang ditaburi biji-biji lamtoro, bunga turi, dan irisan bunga kecombrang yang dikukus. Adapun di Tulungagung, pecelnya tidak memakai lauk selengkap pecel di Madiun, tapi keistimewaannya adalah berbumbu banyak.
Pecel di Kediri lebih unik, memiliki sedikit aroma kencur, tapi rasa sambal merahnya lebih manis, gurih, dan pedas. Selain pecel punten, menu pecel yang unik dari daerah ini adalah sambal tumpang, yang terbuat dari cabai, tempe busuk atau tempe kemarin, serta santan laos yang direbus dan dikentalkan dengan tepung beras. Rasanya menjadi lebih mantap dan unik.
l HADRIANI P | HARI TRI WASONO