Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ketegangan Menyelam di Gua Bawah Laut Padaido

image-gnews
Ilustrasi. TEMPO/Zulkarnain
Ilustrasi. TEMPO/Zulkarnain
Iklan

TEMPO.CO , Biak: Papua tidak hanya memiliki Raja Ampat dan Teluk Cendrawasih, Nabire, untuk wisata menyelam yang sensasional. Tetapi juga Kepulauan Padaido, Biak.

Kalau Raja Ampat menyajikan keanekaragaman kehidupan bawah lautnya yang kaya; Nabire menyajikan sensasi menyelam dengan hiu paus (whale shark); Padaido menawarkan sensasi penyelaman gua bawah laut (cave diving) dan penelusuran sisa-sisa bangkai Perang Dunia II (wreck diving). Cocok bagi penyelam pemula hingga mahir.

Saya mencobanya bulan lalu. Ini pengalaman pertama. Biasa main ke gua air tawar, baru kali ini menyelam gua  bawah laut. Ngeri-ngeri sedap membayangkannya.

Dari Jakarta saya naik Garuda Airline ke Bandara Manuel Kasiepo, Biak. Sembilan jam perjalanan malam, transit di Makassar, pagi-pagi sekali sampailah kami di Biak. Sehari semalam istirahat. Besoknya, acara  menyelam bersama Biak Diving dimulai. Pagi-pagi sekali kami menyewa speedboat dari pelabuhan Tiptop, Biak, menuju Pulau Wundi, yang berada di tengah gugusan Kepulauan Padaido. Sekitar tiga jam perjalanan.

Dengan pemandangan menakjubkan; sekitar delapan lumba-lumba timbul tenggelam berenang mengikuti perjalanan kami. Cuaca cerah. Langit membiru, sebiru warna laut. Perahu-perahu tradisional nelayan setempat tampak sibuk melempar jaring ikan. Tak ada kapal modern besar yang kami temukan sepanjang perjalanan, hanya perahu-perahu kayu.

Padaido ini adalah nama gugusan sekitar 36 pulau-pulau besar kecil yang berada di tenggara Pulau Biak, Kebupaten Biak Numfor, Papua. Gugusan pulau-pulau yang indah. Dengan atol-atol luas mengelilingi setiap pulau.

Keseluruhan pulau dihubungkan dalam sebuah atol besar membentuk sebuah kawasan kepulauan dengan laut dangkal seluas 23 kilometer. Pastikan ritme pasang surut air ketika berkunjung ke kawasan ini, kadang air cepat surut. Nakhoda kapal mesti yang berpengalaman karena banyak coral yang menyembul di kedalaman. Sepintas lautan tampak datar-datar saja, namun banyak karang terbenam yang bisa menjungkalkan kapal.

Masing-masing pulau dikelilingi dengan pantai pasir putih yang menawan. Dari kota Biak, pemandangan kawasan Kepulauan Padaido ini bisa dilihat dengan samar-samar. Kebanyakan pulau hanya dihuni 7 – 10 keluarga saja. Sehingga bekal makanan harus cukup jika tidak ingin kelaparan selama berkunjung. Hanya ada sebuah penginapan sederhana di Pulau Wundi, Wundi Guesthouse, yang bisa dipesan jauh hari. Penginapan para peneliti laut ini juga disewakan bagi wisatawan.

Sedangkan lanskap di kedalaman berupa dinding-dinding karang melandai hingga laut dalam. Arus laut cukup kuat di beberapa bagian, terutama di sekitar Pulau Meoswarek. Jarak pandang di kedalaman hingga 25 meter lebih, seperti tengah berenang di dalam sebuah akuarium raksasa.

Sejauh mata memandang di dalam laut, keindahan hamparan acropora memenuhi lanskapnya pada kedalaman 10 – 20 meter. “Cocok untuk wall dive dan menikmati sensasi arus,” ujar Erick Farwas, divemaster yang menemani saya dari Biak Diving, satu-satunya dive center di Biak.

Menyelam di kawasan acropora yang luas seperti Padaido membuat saya agak bimbang. Jadi menyelam atau tidak? Kalau menyelam dan terjatuh di atasnya, pasti akan menanggalkan cabang-cabangnya, yang berarti merusaknya. Tapi kalau tak menyelam, sungguh rugi tak menikmati keindahannya. Satu-satunya cara, harus hati-hati ketika menyelam, daya apung (bauyoncy) harus bagus.

Sekitar jam 9 siang, kami sampai lokasi yang dituju, gua bawah laut Wundi. Erick Farwas rupanya mengajak saya langsung pada spot unggulan Padaido pada penyelaman pertama. Wow. Lautnya bening, hamparan acropora, ikan-ikan warna-warni berseliweran. Sesungguhnya dengan snorkeling sudah cukup untuk menikmati semua keindahan ini, juga lebih aman dari resiko merusak keindahan karangnya. Tapi kami ingin menikmati Gua Wundi, dan itu mesti menyelam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan teknik backroll kami pun turun dari kapal dengan scuba di punggung. Erick Farwas mewanti-wanti saya agar selalu berjalan beriringan karena arus sering kali tiba-tiba muncul merepotkan. Setelah berjalan sekitar 12 meter dari kami turun, akhirnya kami menemukan lubang Gua Wundi pada kedalaman 15 meter.

Pintu gua berdiameter sekitar 2 meter, sangat kecil untuk memasuki gua bawah laut dengan scuba di punggung dengan fins di kaki. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya saya berhasil masuk, diikuti Farwas. Di dalam gua cukup terang dari pantulan cahaya matahari yang terik di siang itu. Kami menyelam tanpa membawa lampu.

Begitu masuk gua. Wow. Sebuah penyu selebar setengah meter melayang pindah tempat dari dekat pintu gua karena terganggu kedatangan kami. Penyu yang dari sorot matanya, tampaknya sudah hidup puluhan tahun. Makin ke dalam, ruang gua semakin gelap. Hanya ikan-ikan kedalaman, nudibranch, dan karang-karang daun. Pikiran mulai membayang, bagaimana kalau saya terjebak di dalamnya, atau selang-selang selam tersangkut, atau diserang binatang buas.

Seekor Napoleon sekitar setengah meter kami temukan sembunyi kedalaman 18 meter. Yang unik dari Gua Wundi dan yang membuatnya cocok untuk wisata cave diving, gua ini berupa lorong sepanjang sekitar 20 meter. Terdapat tiga pintu. Di kanan kiri lorong masih terdapat gua-gua kecil yang cocok buat penyelam mahir. Penyelam pemula bisa menikmatinya cukup dengan melewati lorong utama.

Kedalaman bagian-bagian dalam gua juga beragam, dari 12 meter hingga yang paling dalam hanya berupa lorong gelap gulita. Sekitar 30 menit hilir mudik di seluruh ruang gua menikmati misterinya, kami memutuskan kembali keluar melalui pintu kedua, jaraknya sekitar 20 meter dari pintu masuk.

Penyelaman kedua kami turun di Baracuda Point di dekat pulau Meoswerek.  Lokasi ini berupa dinding karang landai dengan arus kuat. Ribuan baraccuda mendiami lokasi ini. Sungguh menggetarkan. Malamnya kami menginap di Wundi.

Penyelaman esoknya kami menikmati spot penyelaman di Pulau Owi dan Ruras. Untuk sehari menyelam, harganya cukup mahal, Rp 2 juta per hari. “Semua mahal  di sini. Bensin saja Rp 25 ribu seliter,” ujar Erik Farwas.

Padaido tidak hanya menyajikan spot penyelaman Gua Wundi, Baraccuda Point, Owi, Ruras, tetapi juga masih banyak spot penyelaman lain. “Ada 29 titik penyelaman yang bisa dinikmati,” ujar Erick Farwas. Di antaranya, spot-spot penyelaman bangkai Perang Dunia II, seperti bangkai bekas kapal perang yang karam, landasan pesawat Jepang, bangkai pesawat udara, dan peralatan perang lain.

Untuk merasakan sensasi penyelaman pada spot-spot ini kami pasti akan kembali lagi ke Padaido.

WAHYUANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Akan Dilelang  

20 Agustus 2013

ANTARA/Teresia May
Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Akan Dilelang  

Ada empat lokasi wisata yang memiliki daya tarik tertinggi di kawasan Cianjur, yaitu Kebun Raya Cibodas, Pantai Jayanti, Ziarah Makam Cikundul, dan Waduk Cirata.


300 Wisatawan Parangtritis Disengat Ubur-ubur  

11 Agustus 2013

Tentakel ubur-ubur hydromedusa bentik ini bercahaya. Dailymail.co.uk
300 Wisatawan Parangtritis Disengat Ubur-ubur  

Ubur-ubur datang bersamaan dengan datangnya musim kemarau


100 Ribu Pengunjung Padati Kawasan Wisata Ancol

9 Agustus 2013

Pengunjung memadati pantai Ancol di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.(TEMPO/Yosep Arkian)
100 Ribu Pengunjung Padati Kawasan Wisata Ancol

Untuk lebaran tahun ini, Ancol dipadati sekitar 100 Ribu pengunjung.


Hari Ini, Pengunjung Ragunan Diprediksi Membludak

9 Agustus 2013

Pengunjung menonton seekor gajah di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta. ANTARA/Anita Permata Dewi
Hari Ini, Pengunjung Ragunan Diprediksi Membludak

Tahun lalu, puncak kunjungan ada di H+2 ketika pengunjung Ragunan mencapai 142.999 orang.


Borobudur Lebih Ketat Jelang Idul Fitri

8 Agustus 2013

Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini merupakan candi Buddha terbesar sekaligus paling terkenal di dunia. Borobudur dibangun pada abad ke-8 oleh dinasti Syailendra. TEMPO/Subekti
Borobudur Lebih Ketat Jelang Idul Fitri

Pengelola Candi Borobudur juga memasang close circuit television atau kamera CCTV di sejumlah titik di kawasan candi.


Payung-payung Cantik Warnai Langit Agueda Portugal  

26 Juli 2013

Payung warna-warni digantung di atas jalanan Agueda, Portugal, untuk melindungi orang-orang dari sengatan panasnya matahari. Keindahan jalanan ini kini menjadi atraksi turis yang digemari di Portugal. Dailymail.co.uk
Payung-payung Cantik Warnai Langit Agueda Portugal  

Payung-payung tersebut membuat turis yang berkunjung ke Agueda, Portugal, terkagum-kagum.


Jatim Park Group Bagi-bagi Tiket Gratis

10 Juli 2013

Museum Satwa di Kota Batu ini merupakan anak usaha Grup Jatim Park yang satu lokasi dengan Batu Screet Zoo di Jatim Park 2. TEMPO/Abdi Purnomo
Jatim Park Group Bagi-bagi Tiket Gratis

Promo diberikan untuk menjaga tingkat kunjungan wisata yang menurun saat bulan puasa.


Layak Dicoba, Resor Mewah Milik Bos Virgin Air

5 Juli 2013

Great House di Necker Island, British Virgin Islands milik miliarder Richard Branson yang disewakan seharga US $ 60 ribu atau sekitar Rp 596 juta per malam. Dailymail.co.uk
Layak Dicoba, Resor Mewah Milik Bos Virgin Air

Untuk menginap di resor mewah ini, Anda harus siap mengeluarkan
biaya sebesar US $ 60 ribu atau sekitar Rp 596 juta per
malamnya. Apa fasilitasnya?


Tantangan Penjelajah Kaldera Tambora

5 Juli 2013

Gunung Tambora. wikipedia.org
Tantangan Penjelajah Kaldera Tambora

Lama waktu tempuh turun sejauh 2,8 kilometer ini diperhitungkan delapan jam dan pulangnya memerlukan waktu lebih lama, sekitar 12 jam.


BBM Naik, Lokasi Wisata Bogor Padat Pengunjung

23 Juni 2013

Kemacetan di jalur keluar pintu tol Gadog, Ciawi, menuju kawasan Puncak, Bogor. ANTARA/Arif Firmansyah
BBM Naik, Lokasi Wisata Bogor Padat Pengunjung

Riska bahkan sudah menyiapkan uang untuk membeli ole-ole dan biaya makan di restroran untuk keluarganya.