Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Eksotisme Kampung Nelayan Volendam  

image-gnews
Volendam. TEMPO/Nurdin Kalim
Volendam. TEMPO/Nurdin Kalim
Iklan

TEMPO Interaktif, - Akhirnya saya sampai di Volendam. Di hari yang beranjak siang, kampung nelayan di utara Amsterdam, Belanda, itu tengah diselimuti awan kelabu. Matahari yang telah meninggi masih bersembunyi di balik awan, menimbulkan bayang-bayang lindap yang menyirami Volendam.

Cuaca Volendam pada pertengahan Oktober lalu, saat musim gugur mulai menyapa, memang kurang bersahabat. Awan hitam pekat dan hujan terkadang muncul tiba-tiba menggantikan siang yang cerah. Angin kencang yang membawa hawa dingin nan menusuk juga kerap menerpa. Dan suhu udara di sana saat itu tak pernah beranjak dari 5 derajat Celsius. Ini tentu membuat saya, yang terbiasa dengan hawa panas Jakarta, cukup tersiksa.

Namun kondisi itu seolah menguap begitu menyaksikan pesona Volendam. Di sana terhampar di pesisir Laut Utara. Kampung nelayan itu menyuguhkan panorama nan eksotis. Rumah-rumah berarsitektur khas dan unik tampak berderet rapi menyambut kami. Kanal-kanal yang membelah desa dengan jembatan kayunya terlihat begitu menarik. Deretan kapal nelayan yang bersandar di pantai kian menambah keindahan Volendam.

Kepergian saya ke daerah wisata di wilayah Provinsi Noord-Holland, Belanda, itu merupakan perjalanan yang pertama kali. Dari Jakarta, saya bersama rombongan "Fam Trip to Europe" naik pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 088. Setelah transit di Dubai, Uni Emirat Arab, sekitar 1 jam, pesawat melanjutkan penerbangan ke Amsterdam.

Tepat pukul 08.40 waktu setempat, pesawat akhirnya mendarat di Bandara Internasional Schiphol, Amsterdam. Meski dihadang hujan yang disertai angin cukup kencang, pesawat jenis Airbus A330-200 itu mendarat dengan mulus. Ya, bukan main leganya begitu menginjakkan kaki di salah satu bandara terbaik di Eropa itu. Penerbangan panjang Jakarta-Amsterdam, yang menelan waktu sekitar 14 jam, berakhir sudah.

Pagi itu, setelah rihat sejenak di Schiphol, kami kemudian menuju bus yang akan mengantarkan kami ke Volendam. Udara pagi yang menggigit langsung sirna begitu memasuki bus yang dilengkapi pemanas ruangan itu. Tak lama berselang, bus yang saya tumpangi telah meluncur di atas jalan tol yang lebar dan beraspal mulus.

Boleh dibilang, Amsterdam hampir tak mengenal kemacetan lalu lintas, meski jalan raya yang kami lalui tetap sibuk dengan lalu-lalang beragam mobil. Sepanjang perjalanan Schiphol-Volendam, mendung yang menggayut disertai hujan rintik-rintik menemani kami. Jalanan tampak basah dan licin. Siro, pengemudi berusia separuh baya asal Italia, sigap mengemudikan busnya, diiringi musik pop yang terdengar rancak mengentak-entak.

Pemandangan yang kami lewati berganti-ganti. Kami melintasi hamparan padang rumput dan ilalang yang luas. Sekawanan sapi terlihat asyik merumput dengan latar kincir angin yang berdiri menawan nun jauh di belakang. Setelah itu, bus yang kami tumpangi melaju di antara pohon-pohon rindang, yang berjejer di kiri-kanan jalan. Kami juga melalui rumah-rumah mungil dengan model menarik yang berderet rapi.

Sekitar 40 menit kemudian, kami sampai di tempat tujuan. Siang itu, Volendam, yang tengah dipayungi awan kelabu, menyambut kami dengan panorama pesisir nan eksotis. Setelah bus yang mengantar kami diparkir di sebuah area khusus turis, kami bergegas berhamburan keluar. Saya pun begitu menggebu untuk segera menikmati Volendam.

                                                               *****

Berdiri pada 1357, Volendam terletak di muara Sungai Ij (baca: ay), yang berbatasan langsung dengan perairan Laut Utara. Awalnya, Volendam adalah pelabuhan kecil di wilayah Edam, sebuah kota penghasil keju utama di Belanda. Tapi, saat Edam membangun pelabuhannya sendiri, Volendam kemudian "memisahkan diri” dan tumbuh menjadi desa nelayan.

Desa kecil yang awalnya hanya berpenduduk sekitar 25 orang itu kini telah berkembang dan dihuni oleh lebih dari 22 ribu orang. Mayoritas penduduk Volendam menganut Katolik Roma. Selain berprofesi sebagai nelayan, warga di sana sekarang memiliki latar belakang yang bervariasi. Banyak seniman dan orang-orang tajir Belanda yang belakangan menetap di sana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menginjakkan kaki di Volendam saat ini adalah perjumpaan dengan sebuah kontras. Dulu, kampung nelayan itu kumuh dan penuh lumpur di mana-mana. Konon, kondisi itulah yang mendorong warga setempat kemudian membuat sepatu kayu–sejenis klompen atau terompah khas Belanda–untuk melindungi dari kotoran lumpur.

Kini, Volendam telah bersolek dan menjelma menjadi daerah tujuan wisata yang sangat populer di Negeri Kincir Angin. Tempat wisata itu terkenal dengan pakaian tradisional yang masih dipakai oleh sejumlah warga di sana hingga kini. Di kalangan para wisatawan tempat ini juga terkenal sebagai lokasi untuk berfoto dengan pakaian tradisional dan sepatu kayu khas Belanda. Boleh dibilang, belum lengkap ke Belanda jika kita tak bertandang ke Volendam. Saban tahunnya, hampir 2 juta pelancong datang ke sana.

Sisi menarik lain dari Volendam adalah suasananya, yang menyuguhkan keunikan Belanda tempo dulu. Di sana, kita masih bisa menemukan kekhasan tradisi kuno Belanda. Memang, salah satu yang menjadi magnet Volendam sehingga sangat menarik untuk dikunjungi karena daerah itu masih mempertahankan ciri khas budaya tradisional Belanda yang tetap terpelihara hingga sekarang. Salah satunya, warga di sana masih banyak yang mengenakan pakaian tradisional khas negeri penghasil keju itu.

Saya memulai perjalanan berkeliling Volendam dengan menyusuri perkampungan di sana. Boleh dibilang semua memang tampak baik dan teratur di kampung nelayan itu. Rumah-rumah yang berjajar rapi di sepanjang jalan tampak terawat dengan baik dan sangat bersih. Meski berukuran kecil, sekitar 7 x 8 meter persegi, rumah berbahan kayu papan dan bercat warna-warni serta tak berpagar itu sangat menarik.

Sebagian besar warga di sana tak bermobil. Meski begitu, jalanan yang menghubungkan antarpenjuru kampung tetap mulus dan terawat baik. Lebar jalan antar-rumah sekitar 8 meter dan menggunakan bahan paving block. Jalanan di sana juga menyediakan pedestrian yang nyaman buat para pejalan kaki.

Setelah berjalan-jalan menyusuri perkampungan, saya kemudian menuju pantai. Kapal nelayan yang bersandar di sana berderet rapi. Sejumlah nelayan tampak sibuk memperbaiki jala atau berbincang-bincang dengan rekannya. Di sebuah bangku kayu di tepi pantai, dua orang terlihat asyik menikmati suasana laut. Beberapa burung camar terbang melayang-layang.

Puas menikmati panorama pantai, saya tak menyia-nyiakan kesempatan bertandang ke pusat keramaian Volendam yang terletak di daerah Haven. Di kiri-kanan jalan conblock yang membelah kawasan itu, terdapat aneka restoran makanan laut, dan toko suvenir. "Kalau mau beli suvenir buat oleh-oleh, mendingan di sini, harganya lebih murah dibanding di Amsterdam," kata Daniek, teman seperjalanan yang sudah beberapa kali berkunjung ke sana.

Selain berbelanja beberapa suvenir, saya sebetulnya berniat berfoto mengenakan pakaian khas Belanda, seperti yang dikenakan beberapa warga di sana. Karena antrean di studio foto yang menyediakan layanan itu cukup panjang, akhirnya saya mengurungkan niat tersebut. Ya, sudahlah, mungkin pada kesempatan lain saya bisa berfoto. Saya menghibur diri.

Meski begitu, itu tak mengurangi kepuasan saya menikmati pesona Volendam yang sangat memukau. Keunikan dan eksotisme kampung nelayan yang berada di bibir pantai Laut Utara itu terus mengusik saya, hingga bus yang mengantar kami kembali meluncur ke Amsterdam.

NURDIN KALIM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Daftar Pertanyaan yang Sering Diajukan saat Wawancara Visa

3 hari lalu

ilustrasi visa (pixabay.com)
Daftar Pertanyaan yang Sering Diajukan saat Wawancara Visa

Biasanya petugas akan menanyakan beberapa pertanyaan untuk menentukan kelayakan mendapatkan visa


Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

3 hari lalu

Maskapai penerbangan SAS. Instagram.com/@flysas/@bravojulietspotting
Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

Salah satu penumpang merasa antusias mengikuti penerbangan yang memberikan pengalaman unik


Pentingnya Power Nap Saat Perjalanan Jauh, Ini Maksudnya

3 hari lalu

Ilustrasi tidur di dalam mobil. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Pentingnya Power Nap Saat Perjalanan Jauh, Ini Maksudnya

Tidur singkat atau power nap dapat membantu masyarakat menjaga kesehatan fisik dan mental selama perjalanan jauh dengan kendaraan. Kenapa penting?


Terpopuler: Arus Balik Lebaran KAI Tawarkan Promo Tarif Spesial, Cek Titik Rawan Macet dan Kecelakaan Arus Balik Lebaran

3 hari lalu

Sejumlah pemudik kereta api Jaka Tingkir berjalan keluar setibanya di Stasiun Senen, Jakarta, Minggu 14 April 2024. Angka kedatangan akan terus bertambah seiring pemesanan tiket arus balik yang masih tersedia. Arus balik diprediksi mulai tanggal 13, 14 dan 15 April 2024. Pada tanggal-tanggal tersebut terdapat sebanyak 44.000 - 46.000 lebih penumpang per harinya yang menuju Jakarta. TEMPO/Subekti.
Terpopuler: Arus Balik Lebaran KAI Tawarkan Promo Tarif Spesial, Cek Titik Rawan Macet dan Kecelakaan Arus Balik Lebaran

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memberikan promo tarif spesial selama masa arus balik Lebaran.


KAI Commuter Tambahkan 8 Perjalanan di Hari Pertama Kerja Besok

4 hari lalu

Sejumlah penumpang KRL Commuter Line menunggu keberangkatan kereta di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Senin 12 Juni 2023. Menurut keputusan Surat Edaran (SE) Kementerian Perhubungan nomor 17 Tahun 2023 tentang Protokol Kesehatan pelaku perjalanan orang dengan transportasi kereta api pada 12 Juni 2023, penumpang diperbolehkan tidak menggunakan masker apabila dalam keadaan sehat serta tidak berisiko tertular atau menularkan COVID-19 dan KAI Commuter selaku operator KRL Commuter Line menghimbau seluruh penumpang untuk tetap melakukan vaksinasi COVID-19. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
KAI Commuter Tambahkan 8 Perjalanan di Hari Pertama Kerja Besok

KAI Commuter memprediksi akan ada lebih dari 850 - 900 ribu pengguna commuter line Jabodetabek di hari pertama kerja, pasca libur Lebaran 2024.


7 Hal Penting saat Merawat Motor Matic Setelah Mudik

5 hari lalu

Ilustrasi merawat motor. (Sumber: Yamaha)
7 Hal Penting saat Merawat Motor Matic Setelah Mudik

Motor perlu dirawat setelah digunakan saat mudik. Ini deretan komponen yang perlu dicek?


5 Tips Jitu Hindari Kehabisan Tiket Pelabuhan Penyeberangan saat Arus Balik

5 hari lalu

Pemudik berjalan keluar dari kapal di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten, Sabtu 13 April 2024. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) memprediksi puncak arus balik dari Pulau Sumatera menuju Pulau Jawa terjadi pada tanggal 13 sampai 14 April. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
5 Tips Jitu Hindari Kehabisan Tiket Pelabuhan Penyeberangan saat Arus Balik

Jangan biarkan arus balik Lebaran jadi berantakan karena kehabisan tiket kapal. Ikuti tips ini untuk mengamankan tiket penyeberangan


Spanyol Tawarkan Program Perjalanan Bersubsidi untuk Pensiunan

7 hari lalu

Ilustrasi lansia traveling. Freepik.com/Rawpixel.com
Spanyol Tawarkan Program Perjalanan Bersubsidi untuk Pensiunan

Program perjalanan khusus pensiunan ini tersedia setiap tahun selama 'musim sepi' dari bulan Oktober hingga Juni.


Mengurangi Risiko Mabuk Perjalanan Saat Mudik, Simak 5 Kiat Ini

10 hari lalu

Ilustrasi arus mudik dan balik Lebaran. TEMPO/Hilman Fathurrahman
Mengurangi Risiko Mabuk Perjalanan Saat Mudik, Simak 5 Kiat Ini

Risiko mabuk perjalanan dapat bertambah parah atau mudah kambuh saat duduk tak searah, misalnya menghadap ke belakang atau samping.


KAI Service Siapkan Program Selama Masa Lebaran, Ada Penjualan Paket Hampers

10 hari lalu

Sejumlah penumpang berada di dalam Kereta Argo Lawu jurusan Solo - Jakarta PP. Foto: Dokumentasi PT KAI Daop 6 Yogyakarta
KAI Service Siapkan Program Selama Masa Lebaran, Ada Penjualan Paket Hampers

KAI Service dari unit Reska Catering menyediakan paket hampers Lebaran dengan menu legendaris, yang menjadi signature kereta dan Loko Cafe.