TEMPO Interaktif -- Tak lama lagi mungkin Jakarta akan mempunyai moda transportasi baru untuk melayani para pelancong. Perjalanan kereta wisata ini dimulai dari Stasiun Gambir di Jakarta Pusat menuju Stasiun Tanjung Priok di Jakarta Utara.
Minggu, 20 November 2011, sebanyak 590 orang yang terdiri dari perwakilan siswa sekolah, mahasiswa, berbagai komunitas urban hingga agen-agen perjalanan diangkut dalam delapan gerbong kereta listrik.
Waktu menunjukkan pukul 09.10 saat kereta perlahan meninggalkan Stasiun Gambir. Rute yang akan dilalui adalah Gambir-Gondangdia-Cikini-Manggarai-Jatinegara-Pondok Jati-Kramat-Gang Sentiong-Pasar Senen-Kemayoran-Rajawali-Ancol-Tanjung Priok.
Menariknya, selama dalam perjalanan wisata ini, ada seorang petugas pemandu dari PT Kereta Api Indonesia. Asmat namanya. Dengan pengeras suara, ia menunjukkan berbagai lokasi menarik yang dilalui sepanjang lintasan kereta. Ia juga mahir menceritakan sejarah stasiun-stasiun tua yang dilewati dari Gambir hingga Tanjungpriok.
Di Stasiun Manggarai misalnya, saat kereta harus berhenti sejenak untuk menunggu kereta lain, Asmat menjelaskan bahwa stasiun tersebut dibangun pada 1918. Stasiun ini juga memiliki keunikan sebab peronnya dibangun dengan menonjolkan ornamen kayu.
Di Stasiun Jatinegara, Asmat menunjukkan sebuah gedung peninggalan Belanda. "Bangunan yang dibangun pada 1924 itu merupakan salah satu instalasi listrik pertama dalam perkeretaapian di Jakarta," kata Asmat.
Sisi suram Ibukota, seperti gubug-gubug liar dan sebuah pasar yang tampak hampir "tumpah" ke rel di sekitar rel kereta menjelang Stasiun Senen pun tak luput dari perhatian Asmat. Menurutnya, saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik. "Lokasi ini biasa disebut Pasar Gaplok. Dulu, kalau ada kereta melintas mereka kena gaplok karena jualannya di rel, sekarang sudah minggir," tuturnya.
Tidak hanya itu, penumpang KA wisata ini juga dihibur oleh berbagai kreasi seni, seperti pembacaan puisi, musik tanjidor, tarian betawi dan kreasi seni lainnya. Sehingga dijamin wisatawan tidak akan bosan selama menikmati perjalanan wisata.
Fauziah, siswi kelas 4 SD Tunas Jakasampurna, Bekasi yang turut dalam perjalanan ini pun menyatakan kegembiraannya. "Enak, jalan-jalan naik kereta. Enggak macet, bisa belajar juga," ujarnya sembari tersenyum lebar.
Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit, kereta pun tiba di tujuan terakhir, yakni Stasiun Tanjung Priok. Stasiun yang dibangun pada 1914 ini merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Jakarta. Gedung putih dengan arsitektur khas peninggalan Hindia-Belanda yang tinggi menjulang ini juga dilengkapi dengan sebuah bunker. Tempat yang pastinya menarik bagi pecinta wisata sejarah.
Sayangnya, Anda masih harus bersabar untuk dapat menikmati perjalanan kereta wisata ini. Pasalnya, simulasi ini baru dimaksudkan untuk memberi gambaran bagi para pelaku industri wisata mengenai potensi kereta sebagai salah satu sarana pilihan wisata kota (city tour) di Jakarta. "Ke depan, yang lebih berperan tentu para pelaku usaha, terutama biro-biro wisata untuk membuat paket tur semacam ini," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budhiman.
Beruntung, sekitar 80 biro perjalanan wisata dan 20 hotel di Jakarta yang turut dalam perjalanan ini menyatakan ketertarikannya. "Jujur saja, selama ini kita kesulitan membuat city tour karena jalanan sangat macet, tidak efisien," kata Herna P. Danuningrat, Ketua Association of Indonesian Tour and Travel Agencies (Asita).
Herna pun menyatakan peluang bisnis wisata kota berbasis rel ini terbuka lebar. "Ini prospektif. Kita sudah lihat, perjalanannya nyaman, lancar, obyek-obyek wisata peninggalan sejarahnya pun menarik," katanya. Kendati, ia belum bisa memastikan langkah konkret ataupun tenggat waktu untuk mewujudkannya. "Kita jajaki dulu," ujarnya singkat.
PINGIT ARIA