Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kilau Lampu Merah Amsterdam

image-gnews
AP/Peter Dejong
AP/Peter Dejong
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta-

Denyut wilayah ini baru terasa ketika matahari benar-benar tenggelam. Musim semi di Amsterdam membuat sang Surya lebih lama muncul. Matahari menghamburkan sinarnya sampai jam sepuluh malam. Kawasan lampu merah, red light district Amsterdam bercahaya setelah tengah malam. Di sinilah pusat wisata bagi penikmat seks di Belanda.

Kami datang ke Belanda dengan penerbangan perdana Garuda Indonesia jurusan Jakarta-Amsterdam awal Juni lalu. Ada sekitar 14 wartawan tergabung dalam rombongan. Amsterdam sedang hangat-hangatnya. Siang sekitar 25 derajat celcius dan malam atau sekitar 10 derajat celcius. Kami menginap di Hotel Novotel yang memiliki shuttle bus sampai jam dua dinihari.

Penumpang di sebelah berkata : belum lengkap ke Belanda kalau belum ke kawasan lampu merah. Orang Belanda menyebutnya Rosse Buurt. Ada juga yang menamakannya De Wallen atau Walletjes. Kawasan legal segala macam hiburan malam di Belanda.

Menyebut kata lampu merah, langsung teringat bayangan perempuan berpakaian minim di ruang kecil dengan pintu kaca --seperti ikan dalam akuarium-- berlatar cahaya merah. Di kawasan ini terdapat sekitar tiga ratus ruang kecil dengan kaca, seperti akuarium. Pengunjung bisa “main” di ruang atas pameran itu.

Kawasan ini memang sudah menjadi tujuan wisata Belanda. Di sini, kita bisa sekadar menonton, beraktivitas seks sampai menghisap kanabis. Transaksi di kawasan lampu merah ini diperkirakan mencapai US$ 100 juta per tahun.

Kami datang dengan kereta dari stasiun Schiphol dan turun di Central Amsterdam dengan beli tiket bolak-balik supaya tak susah pulang. Harganya Euro 7,50. Perjalanan sekitar 25 menit. Kami sampai di Amsterdam sekitar pukul 22.00 waktu setempat. Sengaja kami datang malam karena kawasan lampu merah ini memang baru hidup malam.

Dari stasiun sentral, kami tinggal menyeberang hingga sampailah ke kawasan lampu merah. Kami “pemanasan” dulu dengan melongok ke toko seks. Ada berbagai macam tersaji. Alat mirip kelamin, penguat, cambuk, sampai boneka dengan dengan kelamin menonjol.

Ketika asyik melihat perangkat seks, rekan dari teman kami datang. Aha, lumayan buat penunjuk arah. Ternyata, si orang Belanda dan istrinya (orang Indonesia), tak tahu detilnya. Mereka tergelak ketika ditanya lokasi perempuan dalam akuarium.

+ Yakin mau ke situ?

- Ya, hanya ingin tahu dan lihat saja

+ Ini tempat orang bodoh...

- Ha,ha,ha. Kami hanya melepas penasaran saja. Lagipula, semua yang ada di sini, biarlah di sini.

Mereka pun bertanya ke sejumlah orang tentang lokasi perempuan dalam akuarium. Kedua orang itu meninggalkan rombongan setelah memberi petunjuk singkat.

Dari toko perlengkapan seks, perjalanan berlanjut dengan melihat akuarium. Di dalamnya terdapat perempuan menjajakan diri. Mereka melambaikan tangan, memanggil dan tersenyum. Tak jarang mereka mengetok kaca supaya orang lewat menengok. Kalau mendekat, mereka membukakan pintu. Transaksi pun dimulai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintah mewajibkan pekerja seks di sini warga negara Eropa. Namun diduga sekitar 75 persen perempuan masuk secara ilegal. Perempuan penghibur datang dari berbagai negara, ras dan betuk fisik. Sekitar 80 persen penghuni di sana berasal dari luar negeri, Eropa Timur, Amerika Latin, Asia dan Afrika. Ada yang langsing, sedang hingga gemuk.

Kami menyusuri setiap lapak, pura-pura menawar atau sekedar mengobrol boleh, tapi jangan megang. Semuanya atraktif. Beberapa perempuan menggunakan bra dan celana dalam bercahaya. Mereka bergerak erotis, meraba area sensitif sambil melambaikan tangannya.

Pintu terbuka ketika kita hendak bicara. Mereka memasang harganya mulai 50 hingga 80 Euro. Tergantung penawaran. Ingat, harus pandai dan jangan pernah menyerah menawar. Berapa lama? “Anda kuatnya berapa lama?” tukas perempuan bule di dalam akuarium itu. Kami terkekeh dan meninggalkan perempuan itu.

Dalam setiap kaca, tercantum larangan mengambil gambar. Jangan pernah membidikkan kamera. Sekali memotret, perempuan dalam kaca bisa teriak sekencangnya. Itu pula yang dialami kelompok turis, persis di depan kami. Setelah perempuan berteriak, empat polisi mengerubuti dan meminta mereka menghapus semua foto dalam kameranya.

Selama menyusuri kawasan lampu merah, beberapa berbisik : kokain, ekstasi. Kami tak perdulikan ajakan itu. Seorang anggota rombongan yang pernah berkunjung ke wilayah ini memang sudah mewanti-wanti supaya tak ambil pusing bisikan itu.

Belanda boleh bebas dengan ganja dan getah ganja atau hashish, tapi mereka melarang kokain dan ekstasi. Negeri ini memiliki Opium Law 1928, meskipun kalau menyimpan kokain di bawah setengah gram biasanya tak dihukum. Kami pun berlalu dan menuju lokasi lain : pertunjukan langsung.

Di kawasan lampu merah, selain menggunakan langsung jasa perempuan, pengunjung juga bisa menikmati siaran langsung seks. Ada kedai namanya Casa Rosso. Mereka menawarkan tontonan pasangan berhubungan seks selama sejam dengan harga tiket 30 Euro tanpa minum dan 45 Euro dengan minum.

Kami memutuskan menonton siaran langsung terakhir, setelah menyisir semua akuarium. Menyusuri kawasan dengan luas 6.500 meter persegi yang dibelah sungai-sungai buatan membuat kaki tak bisa kompromi. Suhu sekitar lima derajat celcius, lumayan menusuk dan membuat kami bernafas ekstra meski telah berjaket. Lelah bukan main, tapi tetap semangat menghabiskan malam.

Minum kopi dan makanan ringan menjadi pilihan ketika lelah tak lagi tertahankan. Kami memilih kedai kopi yang agak keluar jalan-jalan tikus di kawasan lampu merah. Jam sudah hampir menunjukkan pukul tiga dinihari. Sesuai agenda awal, kami menuju ke pertunjukkan langsung adegan porno ke Casa Rosso.

Aduh, ternyata pertunjukkan sudah tutup. Kami luput membaca jadwal acara. Tempat siaran langsung itu hanya buka dari jam delapan malam sampai jam dua dinihari. Sedangkan Jumat dan Sabtu hanya sampai pukul tiga. Ada raut sangat menyesal. Ada juga yang merasa “terselamatkan” dari tontonan maksiat.

Hampir semua kedai kopi sudah menutup warungnya memasuki dinihari itu. Kami masih bertahan. Sayang kalau malam dilewatkan begitu saja. Kami pun bergerombol di Dam Square. Tugu yang dikelilingi Hotel Krasnopolski, gedung perusahaan properti Heredivm, bank ABN Amro, serta pertokoan De Bijenkorf.

Kami akhirnya berlabuh di lapangan sambil menikmati arsitektur bangunan di sekeliling Dam Square. Aroma ganja menyeruak dari sekelompok orang di sebelah. Belanda memang melegalkan orang mengisap daun berjari ganjil itu. Mereka sibuk dengan isapannya, kami asyik mengobrol.

Semuanya lupa waktu. Sampai kami lupa bahwa tiket kereta pulang-pergi itu hanya berlaku sampai jam empat dinihari. Tiket hangus dan kami pun memutuskan pulang dengan taksi yang dikemudikan supir dari Maroko. Kilau lampu merah Amsterdam memang telah membius kami. Tapi, seperti kata teman, biarlah yang ada di sana ditinggal di sana.

Yandi M Rofiyandi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pantai Terbaik Kedua se-Asia Ditutup Sementara

5 April 2018

Seorang pengunjung bermain perahu layar pada saat sunset atau matahari terbenam di Pulau Boracay, Filipina, 17 Januari 2016. REUTERS/Charlie Saceda
Pantai Terbaik Kedua se-Asia Ditutup Sementara

White Beach, Pulau Boracay, merupakan tempat tujuan pantai terbaik kedua di Asia oleh TripAdvisor ditutup mulai 26 April, puncak liburan musim panas.


Tempat Romantis Rayakan Valentine di Australia

14 Februari 2018

Suasana di Pulau Rottnest, Australia Barat. Tourism Western Australia
Tempat Romantis Rayakan Valentine di Australia

Salah satu lokasi untuk liburan romantis merayakan Valentine adalah di Perth, ibu kota Australia Barat. Hanya 4,5 jam penerbangan dari Jakarta.


Indahnya Wisata di Resor Pertanian Taiwan

24 September 2017

Pemandangan dari atas bukit di Fairy Lake Leisure Farm, Taiwan. (Dewi Rina)
Indahnya Wisata di Resor Pertanian Taiwan

Tak hanya mengandalkan hasil panen, petani di Taiwan juga membidik bisnis wisata dengan menyediakan penginapan dan aneka atraksi menarik.


Wisata Pertanian Taiwan, Bersalin Rupa di Generasi Kedua

24 September 2017

Lee dan istrinya,  pemilik perkebunan Persimmon Brother Farm, Taiwan (Dewi Rina)
Wisata Pertanian Taiwan, Bersalin Rupa di Generasi Kedua

Sejumlah lahan pertanian yang melakukan ekspansi ke bisnis wisata di Taiwan, banyak dikelola oleh generasi muda.


Tahun Ini Singapura Punya 6 Tempat Wisata Baru  

9 September 2017

Singapore River Cruise yang memiliki panjang 5 meter dan lebar 3 meter melintasi sungai di Singapura yang tidak memiliki gelombang sehingga membuat nyaman para wisatawan. Tempo/Maria Rita
Tahun Ini Singapura Punya 6 Tempat Wisata Baru  

Tahun ini, setidaknya ada enam sarana wisata baru yang telah dan akan diluncurkan pemerintah Singapura untuk menggaet lebih banyak wisatawan.


Kiat Berwisata ke Jepang dengan Biaya Hemat  

9 September 2017

Sejumlah wisatawan asing mengunakan kinomo santai
Kiat Berwisata ke Jepang dengan Biaya Hemat  

Meski Jepang terbilang sebagai destinasi wisata yang mahal, dengan perencanaan yang tepat, Anda bisa berlibur di Jepang dengan biaya hemat.


Ada Tiga Cara untuk Mencapai Tembok Besar Cina dari Beijing  

5 September 2017

Ulah Manusia, Tembok Besar Cina Rusak Parah
Ada Tiga Cara untuk Mencapai Tembok Besar Cina dari Beijing  

Tidak heran, bahkan untuk mencapai gerbang Tembok Besar Cina dari kota Beijing pun sudah menjadi perjuangan tersendiri. Begiu juga saat pulangnya.


Di Tengah Cuaca Ekstrim, Tembok Besar Cina Tetap Ramai Turis  

5 September 2017

Tembok Besar Cina
Di Tengah Cuaca Ekstrim, Tembok Besar Cina Tetap Ramai Turis  

Di tengah ancaman cuaca ekstrim masih banyak turis yang mengunjungi Tembok Besar Cina.


Sejak Ada Jokowi, Madame Tussaud Hong Kong Ramai Turis Indonesia

9 Agustus 2017

Presiden Jokowi berpose serupa dengan patung lilin dirinya di Museum Madame Tussauds di Hong Kong, 1 Mei 2017. Kehadiran figur Jokowi di Madame Tussauds merupakan permintaan dari pengunjung dan survei yang dilakukan pihak museum.  Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak Ada Jokowi, Madame Tussaud Hong Kong Ramai Turis Indonesia

KJRI Hong Kong menyatakan jumlah pengunjung asal Indonesia meningkat.


Wisata Uji Nyali Menyusuri Skywalk di Atas Jurang di Cina

8 Juli 2017

Pemerintah Cina membangun jalan dengan lantai kaca berbentuk tapak kuda (skywalk), menjorok sejauh 27 meter dari tebing di Chongqing, di Barat Daya Cina. dailymail.co.uk
Wisata Uji Nyali Menyusuri Skywalk di Atas Jurang di Cina

Skywalk yang terdiri dari konstruksi kaca ini berada 120 meter di atas jurang yang menganga.