TEMPO.CO, Bandung - Bersepeda jarak jauh sambil berwisata, sepasang kegiatan itu dilakoni tim gowes Jelajah Satu Nusantara Go 5000 asal Bandung. Perjalanan dimulai pada Mei 2023 dari Titik Nol di Sabang Pulau Weh menuju Sulawesi.
“Pulaunya cantik, pantai-pantainya bagus, cocok untuk olahraga seperti lari, bersepeda, atau longmarch,” kata koordinator tim Gustav Afdhol Husein alias Ocim, Senin 22 Juli 2024.
Tim gowes yang sebagian merupakan anggota organisasi kegiatan alam bebas Wanadri di Bandung itu berusia lebih dari 60-70 tahun. Anggota tim di antaranya pemusik balada Iwan Abdurrachman dan istrinya.
Dari Sabang, mereka menyusuri Aceh, Sumatera Utara, sampai Padang melewati sisi barat Sumatera.
"Ada Pantai Mandeh di sana, itu bagus sekali,” ujarnya.
Perjalanan berlanjut ke Bengkulu, Lampung, kemudian menyeberang ke Banten, menyusuri Jawa Barat, hingga berakhir di Bali. Selain melintasi atau mampir ke tempat-tempat wisata alam, mereka juga menikmati kuliner khas tiap daerah.
“Salah satu tujuan kita juga untuk menunjukkan cantiknya Indonesia agar didatangi wisatawan,” kata Ocim.
Dapat Dukungan Dana
Tur Sumatera yang diikuti 35 orang dan Jawa-Bali oleh 30 orang mendapat dukungan dana dari dua perusahaan bidang otomotif dan energi. Sebagian aktivitas tim pada tur tahap pertama itu didokumentasikan dan diunggah ke kanal YouTube secara bertahap. Namun pada jelajah selanjutnya di Pulau Sulawesi dari Manado sampai Makasar, mereka tidak lagi menyewa tim khusus dokumentasi. Alasannya karena dana yang terbatas.
Kini mereka bersiap untuk mengayuh pedal di Kalimantan dengan jalur Lintasan Khatulistiwa pada Agustus 2024. Dimulai dari Titik Nol di Pontianak hingga Bontang sambil mampir ke IKN. Anggaran biaya perjalanan di Sulawesi dan Kalimantan masing-masing Rp 100 juta.
Perjalanan Santai
Menurut Ocim, tim mengayuh sepedanya dengan santai di jalur yang relatif sepi kendaraan. Setiap hari mereka berangkat mulai pukul 07.00 setelah pemanasan sekitar 30 menit. Jarak tempuhnya sesuai kondisi lintasan berkisar 70-130 kilometer atau rata-rata 100 kilometer per hari, sampai petang. Mereka bermalam di penginapan, kadang juga di warung.
Selama perjalanan menurutnya, tidak ada anggota tim yang sakit. Ketika diguyur hujan, mereka terus mengayuh sepeda sambil mendinginkan badan. Ocim mengatakan, bersepeda jarak jauh sambil berwisata bisa menjadi kegiatan pariwisata yang bisa dikembangkan para penyelenggara acara.
“Peluangnya banyak sekali dan bersepeda itu menyehatkan,” ujarnya.
Tur yang mereka lakukan menjadikan sepeda untuk berekreasi, bukan adu kuat atau tantangan fisik. Rencananya pada 2025 mereka akan menyusuri wilayah timur seperti Nusa Tenggara, Papua, hingga Merauke.
Pilihan Editor: Pecinta Sepeda Gravel Se-Indonesia Jelajahi Spot Bekas Erupsi Gunung Merapi