Untuk turun di Halte Lapangan Banteng, pengunjung bisa naik koridor 6H (Lebak Bulus-Senen) atau koridor 1P (Blok M-Senen). Dari halte tersebut, tinggal menyeberang dan jalan kaki sekitar 200 meter. Pilihan lain adalah turun dii Halte Juanda dan jalan kaki sekitar 600 meter.
Halte Juanda dilewati TransJakarta koridor 2 (Pulo Gadung 1-Monas), koridor 8 (Lebak Bulus-Pasar Baru) yang lewat Grogol, dan koridor 7F (Kampung Rambutan-Juanda via Cempaka Putih). Halte ini juga dilewati koridor 2A (Pulo Gadung - Kalideres), koridor 5 (PGC - Harmoni), koridor 5H (Ancol - Harmoni), dan koridor 3 (Kalideres-Pasar Baru)
3. MRT
Bagi pengunjung yang datang dari arah Lebak Bulus dan Fatmawati, bisa lebih nyaman dan cepat naik MRT. Pengunjung bisa turun di stasiun akhir Bundara HI. Dari Bundaran HI, pengunjung bisa berganti moda transportasi dengan menaiki bus tingkat gratis dan turun di Masjid Istiqlal, lalu jalan kaki ke Lapangan Banteng yang jaraknya kurang dari 500 meter.
Pilihan lain, dari Bundaran HI naik TransJakarta 2ST (Juanda-Bundaran HI) dan turun Halte Juanda, atau 1P (Blok M-Senen) dan turun di Halte Lapangan Banteng. Dari Halte Lapangan Banteng tinggal menyeberang dan jalan kaki sejauh 200 meter.
Lapangan Banteng sejak era kolonial sering menjadi tempat untuk pameran. Menurut Rachmat Ruchiat dalam buku The Origin of The Place Names in Jakarta yang dikutip situs resmi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Pusat, pada masa kolonial Belanda, Lapangan Banteng dikenal sebagai Waterlooplein atau Lapangan Singa. Di sana dulu ada tugu peringatan kemenangan perang di Waterloo, tapi patung singa tersebut dirobohkan pada zaman Jepang.
Sukarno pun usul membangun Monumen Pembebasan Irian Barat yang saat itu baru bergabung dengan Indonesia. Nama lapangan pun berubah menjadi Lapangan Banteng.
Pilihan Editor: Ada Auman Singa di Taman Lapangan Banteng