TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pariwisata Jepang dan Asosiasi Agen Travel Jepang (JATA) mendesak orang untuk melakukan perjalanan ke luar negeri. Desakan itu sebagai upaya untuk memulihkan industri penerbangan dan pariwisata, terutama untuk permintaan perjalanan internasional.
Sementara jumlah wisatawan asing ke Jepang terus meningkat sejak pembatasan Covid-19 dilonggarkan tahun lalu, kekhawatiran infeksi dan melemahnya yen diyakini membuat warga negara Jepang enggan bepergian ke luar negeri. Jumlah orang Jepang yang meninggalkan negara itu pada Maret mencapai 694.300 orang atau hanya 36,0 persen dibandingkan Maret 2019 sebelum pandemi, menurut data pemerintah.
Kedatangan wisatawan asing ke Jepang, justru sebaliknya. Jumlah kunjungan telah pulih ke 65,8 persen dari level pada Maret 2019.
Agen travel pun akan fokus mempromosikan perjalanan ke 24 negara dan wilayah, termasuk Amerika Serikat dan Thailand. Mereka juga akan bekerja sama dengan biro pariwisata resmi masing-masing.
Untuk lebih mendorong perjalanan internasional, JATA mengatakan akan menghadiahkan uang elektronik 8.000 yen melalui undian kepada 3.210 orang yang memperoleh paspor 10 tahun dan terbang internasional antara 1 Juli dan 30 September. Aplikasi dimulai pada 15 Mei.
"Jumlah penerbangan tidak akan pulih hanya untuk pengunjung ke Jepang," kata Koichi Wada, Kepala Badan Pariwisata Jepang, saat konferensi pers. "Penting agar permintaan perjalanan pulih di kedua arah."
Hiroyuki Takahashi, Ketua JATA, berkata, "Kami ingin membuka jalan menuju pemulihan para pelancong selama liburan musim panas."
JAPAN TODAY
Pilihan Editor: 10 Kota Terbesar Jepang yang Wajib Dikunjungi, Beserta Hal Uniknya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.