TEMPO.CO, Jakarta - Labuan Bajo, sebuah kota kecil yang terletak di ujung barat pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia, akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ASEAN 2023 mulai besok hingga 3 hari ke depan.
Dari segi geografis Labuan Bajo memiliki keindahan alamnya yang luar biasa dan menjadi pintu gerbang ke Taman Nasional Komodo, sebuah taman nasional yang terkenal dengan keberadaan hewan purba yaitu Komodo, yang hanya bisa ditemukan di Indonesia.
Namun tak hanya Labuan Bajo, beberapa wilyah di sekitar NTT juga memiliki wisata yang tak kalah menarik. Berikut tempat wisata yang terdapat di sekitar Labuan Bajo, dilansir dari Indonesia Travel.
Pulau Mules
Pulau ini terletak di selatan Flores yang masuk dalam wilayah Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai. Tempat ini selalu menjadi pilihan wisatawan jika berkunjung ke Flores. Satu-satunya desa yang ada di Pulau Mules diberi nama Nuca Molas. Dalam pulau ini terdapat 3 kampung yaitu Labuan Tuar, Peji, dan Konggang yang pemandangan alamnya berbeda satu sama lain.
Jika berkunjung ke Kampung Labuan Luar wisatawan akan disuguhkan cantiknya pantai pasir putih halus berpadu dengan air laut berwarna hijau tosca. Hutan di pulau ini juga masih asri karena dihuni monyet dan terdapat bukit batu karang.
Berbeda dengan Labuan Luar, kampung Peji memiliki pemandangan perbukitan serta padang rumput tempat warga mengembalakan sapi dan hewan ternak lainnya. Sedangkan di kampung Konggang pengunjung bisa melihat pemandangan batu karang di sepanjang pantai. Jika air laut surut, binatang laut seperti bulu babi, siput laut, dan bintang laut bisa terlihat.
Jalan menuju Pulau Mules cukup mudah diakses. Dari Kota Ruteng, bisa menggunakan moda transportasi darat ke Dintor. Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 1 sampai 2 jam dari Kota Ruteng, menyeberang menggunakan perahu kecil dan speedboat menuju Pulau Mules.
Desa Waerebo
Karena keindahannya desa ini mendapat julukan "surga di atas awan". Tempat ini cocok bagi orang yang ingin mendapatkan ketenangan dan jauh dari keramaian. Tidak hanya sekadar melihat aktivitas penduduk desa, pengunjung juga bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari mereka.
Tujuh bangunan rumah desa adat Waerebo yang disebut Mbaru Niang, 28 April 2017. Desa adat Waerebo berada di lembah yang diapit beberapa punggungan, membuat wisatawan untuk mencapai desa itu harus mendaki membelah hutan sejauh 7 km selama kurang lebih 4 jam. ANTARA FOTO
Desa adat Waerebo masih menjaga tradisi dan budaya secara turun-temurun, yaitu menenun dan berkebun kopi. Kopi Desa Waerebo adalah salah satu objek yang paling dicari oleh wisatawan jika berkunjung. Rumah adat Desa Waerebo disebut Mbaru Niang. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ingin merasakan sensasi menginap di rumah adat ini.
Keindahan desa di lembah di kawasan Labuan Bajo ini juga berhasil membuka lapangan kerja baru untuk industri kreatif. Hal ini mendapat dukungan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, saat berkunjung ke NTT .
Pilihan editor : KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo, Kunjungan Wisatawan Diharapkan Naik 20 Persen
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.