TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan, media sosial diramaikan dengan konten tentang padatnya penumpang di Stasiun Manggarai. Sebagai tempat transit KRL yang selalu dipenuhi oleh warga Jabodetabek terutama di jam berangkat dan pulang kerja. Sejumlah netizen cukup penasaran bagaimana perjalanan sejarah Stasiun Manggarai hingga bertransformasi seperti sekarang.
Salah satunya akun Twitter @almaricj yang mengunggah foto jadul Stasiun Manggarai sebelum direnovasi. Dengan tambahan keterangan, “Dulu Stasiun Manggarai lebih sederhana, tetapi tidak sampai memecah-belah pertemanan seperti sekarang”.
Cuitan tersebut sukses menarik banyak komentar dari warganet yang mengaku merasakan hal sama. Seperti menganggapnya sebagai zombie di film Train to Busan hingga simulasi bak di Padang Mahsyar. Bahkan beberapa orang menyebutkan bahwa seringkali melihat orang ditandu petugas akibat padatnya Stasiun Manggarai.
Sejarah Stasiun Manggarai
Di balik keramaian yang mengular, asal-usul Stasiun Manggarai di era modern telah melalui perjalanan panjang. Dikutip dari laman KAI, kawasan Manggarai sudah dikenal sejak abad ke-17 sebagai pemukiman dan pasar budak asal Flores. Kereta api yang melintasi area ini dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dengan rute Jakarta – Bogor.
Pada 1913, perusahaan kereta api negara Staatsporwegen (SS) mengambil alih jaringan perkeretaapian di Jakarta. Setelahnya, SS menata ulang jalur kereta api termasuk mendirikan Stasiun Manggarai pada 1914. Dipimpin pembangunannya oleh seorang arsitek berkebangsaan Belanda Ir. J. Van Gendt, Stasiun Manggarai, balai yasa, dan rumah dinas pekerja SS diresmikan pada 1 Mei 1918.
Meski didaulat sebagai stasiun dengan lalu lintas kereta api tersibuk di Indonesia, Stasiun Manggarai menjadi saksi bisu beberapa peristiwa penting bagi NKRI. Diantaranya menjadi stasiun keberangkatan pemindahan ibukota sementara dari Jakarta ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946. Segara persiapan rahasia Presiden Ir. Soekarno dan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta.
Bahkan, panglima Jenderal Soedirman sempat singgah di Stasiun Manggarai, sebagai utusan untuk menghadiri perundingan gencatan senjata di Jakarta pada 1 November 1946. Maka tidak mengherankan apabila stasiun yang melayani perhentian commuter line ke arah Tanah Abang, Jakarta Kota, Bekasi, dan Bogor ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.
Fakta Menarik Stasiun Manggarai
Meski sejumlah warga Jabodetabek khususnya pengguna KRL mengeluhkan perubahan rute transit (berpindah tujuan kereta) di Stasiun Manggarai. Ternyata tempat pemberhentian kereta ini mempunyai beberapa fakta unik, diantaranya:
1. Memiliki Peron Berusia Lebih dari 100 Tahun
Diresmikan pada 1 Mei 1918, ternyata Stasiun Manggarai belum benar-benar selesai dibangun saat itu. Tiang peron yang direncanakan menggunakan baja harus diganti dengan kayu jati lantaran Perang Dunia I. Negara Eropa selaku produsen baja tidak mampu memenuhi kebutuhan baja dunia. Dua peron terbuat dari kayu yang hingga sekarang masih ada, dapat ditemukan di jalur 1 dan jalur 2 tujuan Jakarta Kota, Bekasi, dan Cikarang.
2. Stasiun Sentral Termegah Pertama
Sebagai stasiun tersibuk di Indonesia, Stasiun Manggarai melayani perjalanan 726 kereta api setiap harinya dengan 100.000 penumpang. Stasiun Manggarai berdiri di atas lahan seluas 2,47 hektar dengan 3 lantai dan 18 lintasan rel kereta. Maka dari itu, menurut laman Indonesiabaik.id, stasiun ini meraih gelar sebagai sentral termegah pertama di Tanah Air.
3. Jadi Bengkel Kereta Api
Fakta menarik Stasiun Manggarai juga menjadi lokasi bengkel kereta api (werkplaats) sejak tahun 1915. Kala itu, Werkplaats Manggarai disebut sebagai bengkel kereta api terbesar dan termodern. Menyediakan pemenuhan kebutuhan suku cadang rolling stock dan perbaikan lokomotif. Di bawah kepemimpinan Jepang, bengkel ini juga membuat lokomotif dengan dipasangi mesin diesel pabrikan Mercedes.
Itulah sejarah Stasiun Manggarai dan fakta menariknya yang diberi gelar sebagai stasiun tersibuk di Indonesia. Stasiun yang berada di kawasan Tebet, Jakarta Selatan ini juga menjadi stasiun sentral pertama. Pantas saja jika tempat pemberhentian kereta ini tidak pernah sepi pengunjung.
Pilihan editor: 5 Daftar Stasiun Kereta Api Terbesar di Jakarta, Sampai 325 Hektare
NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA