Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengunjungi Rumah Tan Malaka di Lima Puluh Kota, Cagar Budaya namun Kurang Terawat

image-gnews
Rumah kelahiran Tan Malaka di Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota. TEMPO/Fachri Hamzah
Rumah kelahiran Tan Malaka di Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota. TEMPO/Fachri Hamzah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sumatera Barat banyak melahirkan pahlawan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia seperti Mohammad Hatta, Ibrahim Datuk Sutan Malaka alias Tan Malaka, Agus Salim, Rohana Kudus, Sutan Syahrir dan Buya Hamka. Selain itu, di Sumatera Barat banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang menjadi pondasi berdirinya Indonesia.

Dengan banyaknya tokoh yang lahir dan peristiwa-peristiwa perjuangan kemerdekaan, Sumatera Barat menjadi salah satu tempat yang cocok sebagai wisata sejarah. Salah satunya adalah rumah kelahiran dan pustaka Ibrahim Datuk Sutan Malaka.

Ibrahim yang dikenal dengan sebutan Tan Malaka itu merupakan seorang pahlawan nasional yang banyak berjasa terhadap Indonesia atas perjuangan dan pemikirannya. Selain berjuang dengan berperang, Tan Malaka menerbitkan banyak buku yang sampai saat ini menjadi referensi bagi mahasiswa dan akademisi.

Beberapa karyanya adalah Madilog, Aksi Massa, Mass Aksi, Gerpolek dan Dari Penjara Ke Penjara dan yang paling terkenal berjudul Naar de Republic Indonesia sebuah buku yang menjadi konsep dasar negara Indonesia.

Rumah Tan Malaka

Rumah Tan Malaka berada di Pandam Gadang Kecamatan Gunuang Omeh Kabupaten Limapuluh Kota. Jika ditempuh menggunakan kendaraan roda empat dari Kota Payakumbuh, akan memakan waktu perjalanan sekitar 2 jam. Sesampai di lokasi terlihat plang berwarna hijau yang bertuliskan Rumah dan Pustaka Tan Malaka yang menunjuk ke arah rumah gadang.

Rumah gadang berwarna merah dengan lima gonjong itu merupakan rumah kelahiran Tan Malaka yang ditetapkan sebagai cagar budaya pada 21 Februari 2008. Berjarak sekitar 500 meter di depan rumah, terlihat tiga kuburan.

Di nisan kuburan itu tertulis nama Ibrahim Datuk Tan Malaka, Rangkaya Sinan, ibu Tan Malaka dan Rasad Caniago, ayah Tan Malaka.

Diketahui, makam bertuliskan Tan Malaka hanya sebagai simbol saja. Sebab, makam yang asli berada di Kediri, Jawa Timur.

Sementara itu, berjarak 200 meter sebelah kiri dari kuburan terdapat sebuah patung setengah badan Tan Malaka. Jika ingin masuk ke dalam rumah, bisa menemui ahli waris untuk ditemani.

Di dalam rumah itu, terpajang foto-foto Tan Malaka, mulai dari saat muda hingga mendampingi Bung Karno dan alur silsilah Datuk Tan Malaka. Selain itu, ada beberapa koleksi buku yang ditulis Tan Malaka, seperti Madilog, Gerpolek dan Aksi Massa.

Rumah kelahiran Tan Malaka di Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota. TEMPO/Fachri Hamzah

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sayangnya, kondisi rumah tersebut terlihat tak terawat. Banyak kotoran burung walet berserakan di atas lantai. Bagian gentengnya juga terlihat sarang laba-laba. Lalu, foto-foto Tan Malaka yang terpajang di ruangan tengah juga sudah ditutupi debu.

Salah satu ahli waris Tan Malaka, Indra, 56 tahun menceritakan bahwa rumah gadang itu dulu merupakan adat bagi Datuk Tan Malaka. Namun, sejak dijadikan cagar budaya, pihak keluarga sepakat untuk menjadikan rumah tersebut sebagai pustaka.

"Saya dulu tinggal di sana bersama istri dan anak. Tetapi sejak jadi pustaka, kami memutuskan pindah. Alasan keluarga menjadikan pustaka karena ingin, sosok Tan Malaka dikenang terus," kata dia, Senin, 24 April 2023.

Indra pun menceritakan mengenai makam bertuliskan nama Tan Malaka yang menjadi simbol. Dulu, makam Tan Malaka sempat ingin dipindahkan dari Kediri, tetapi pemerintah tidak memperbolehkan.

Pihak keluarga akhirnya sepakat membawa tanah makam yang di Kediri sebagai simbol. "Hanya simbol, kami ingin sebenarnya makam itu dipindahkan, tetapi tidak dibolehkan. Ya tanah saja yang dibawa dari kediri untuk simbol saja," kata Indra.

Indra juga menyebut akhir-akhir ini sudah jarang orang berkunjung ke rumah tersebut. Selain itu, rumah itu sudah mulai rapuh.

"Sudah jarang pengunjung, paling saat mulai tahun-tahun politik saja, baru ramai," kata Indra sambil tertawa.

Indra pun berharap pemerintah lebih memperhatikan lagi rumah tersebut. Mengingat, rumah itu juga sudah menjadi cagar budaya dan aset negara.

Sejak ditetapkan menjadi cagar budaya, rumah tersebut tidak pernah diperhatikan lagi. "Dulu pernah direnovasi, tetapi itu sudah lama sekali. Dana renovasi itu bantuan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB)," kata Indra.

Pilihan Editor: Nilai Historis Rumah Singgah Sukarno yang Kini Rata dengan Tanah

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

19 Februari 2024

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.


Rekomendasi Destinasi Wisata Kawasan Pecinan di Surabaya Saat Libur Tahun Baru Imlek

8 Februari 2024

Gerbang Pecinan Kya-Kya di Surabaya (Sumber: shutterstock)
Rekomendasi Destinasi Wisata Kawasan Pecinan di Surabaya Saat Libur Tahun Baru Imlek

Libur tahun baru imlek, kunjungan wisata ke kampung pecinan menjadi pilihan. Berikut rekomendasi destinasi wisata pecinan yang unik di Kota Surabaya


Makam Korban Pembantaian Rawagede Ditetapkan Jadi Cagar Budaya

26 Januari 2024

Ahli waris dari korban Tragedi Rawagede membersihkan makam keluarganya saat peringatan peristiwa Tragedi Rawagede di Desa Balongsari, Karawang, Jawa Barat, Selasa, 11 Desember 2018. Acara ini dihadiri para ahli waris untuk mengenang keluarganya yang menjadi korban. ANTARA/M Ibnu Chazar
Makam Korban Pembantaian Rawagede Ditetapkan Jadi Cagar Budaya

Kompleks pemakaman korban tragedi pembantaian Rawagede ditetapan menjadi cagar budaya.


Mengenal Kampung Majapahit Mojokerto, Ini Daya Tariknya

23 Januari 2024

Seorang warga duduk di pelataran rumah bergaya arsitektur Majapahit di Desa Bejijong, Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, 10 Maret 2016. Kampung Majapahit merupakan proyek Pemprov Jatim dengan Pemerintah Kabupaten Mojokerto. ANTARA/Ismar Patrizki
Mengenal Kampung Majapahit Mojokerto, Ini Daya Tariknya

Berikut daya tarik Kampung Majapahit, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Apa saja?


4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

4 Januari 2024

Gedung Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang ini direkomendasikan untuk dijadikan cagar budaya. Bangunan ini merupakan bekas rumah residen Palembang yang berasal dari reruntuhan Keraton Kuto Lamo. TEMPO/Parliza Hendrawan
4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

Dari Gedung Ledeng hingga kantor dagang Belanda Jacobson Van Den Berg & Co di Palembang dinilai layak dijadikan cagar budaya.


Akibat Curah Hujan Tinggi, 4 Kecamatan di Lima Puluh Kota Terendam Banjir

18 Desember 2023

Foto udara menunjukkan banjir yang merendam Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota di Sumatera Barat, Sabtu, 5 September 2020. Banjir akibat sungai meluap tersebut merendam rumah, jalan dan persawahan di dua nagari di kabupaten itu. ANTARA/BPBD Limapuluh Kota/Jhoni Amir
Akibat Curah Hujan Tinggi, 4 Kecamatan di Lima Puluh Kota Terendam Banjir

Selain bencana banjir, terdapat beberapa titik longsor di Kabupaten Lima Puluh Kota.


Profil Gereja Katedral Jakarta, Tempat pernikahan Jonatan Christie dan Shanju Eks JKT 48

6 Desember 2023

Jonatan Christie menikah dengan Shania Junianatha, dalam pemberkatan pernikahan yang berlangsung di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat, 1 Desember 2023. (Instagram/@jonatanchristieofficial)
Profil Gereja Katedral Jakarta, Tempat pernikahan Jonatan Christie dan Shanju Eks JKT 48

Pernikahan atlet bulu tangkis Jonatan Christie dan Shania Junianatha atau Shanju eks JKT 48 di Gereja Katedral Jakarta. Ini profil gereja 132 tahun.


Traveling ke Fujian Cina, Jangan Lupa Singgah ke 4 Destinasi Wisata Sejarah Ini

27 November 2023

Salah satu sudut di kawasan Three Lanes and Seven Alleys di Provinsi Fujian, China, Senin (20/11). (ANTARA/ Heppy Ratna Sari)
Traveling ke Fujian Cina, Jangan Lupa Singgah ke 4 Destinasi Wisata Sejarah Ini

Berbagai peninggalan bersejarah, seperti resor di puncak gunung hingga masjid yang dibangun ribuan tahun lalu bisa ditemukan di Fujian.


Kisah Toko Merah di Kota Tua Jakarta yang Usianya Hampir Tiga Abad

21 November 2023

Toko Merah di yang terletak di tepi barat Kali Besar Barat, Jakarta in pernah menjadi sebuah toko milik warga Cina, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19. Nama tersebut juga didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati langsung pada permukaan batu bata yang tidak diplester. Tempo/Rully Kesuma
Kisah Toko Merah di Kota Tua Jakarta yang Usianya Hampir Tiga Abad

Toko Merah di Kota Tua awalnya dibangun sebagai rumah, lalu beberapa kali beralih fungsi dari toko hingga kafe.


6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

Kompleks Candi Batujaya di Karawang ditetapkan jadi Cagar Budaya Nasional. TEMPO | Hisyam Luthfiana
6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.