TEMPO.CO, Jakarta - Ogoh-ogoh adalah tradisi yang identik dengan Hari Raya Nyepi di Bali. Itu adalah karya seni patung dalam ajaran Hindu Dharma.
Pada perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 pada 22 Maret 2023, ada berbagai acara yang akan digelar di Bali yang tentu saja melibatkan tradisi ogoh-ogoh. Beragam acara itu antara lain ritual keagamaan, festival, konser, lomba ogoh-ogoh anak, bazar dan parade ogoh-ogoh.
Sejarah Tradisi Ogoh-Ogoh
Ogoh-ogoh ada sejak 1983 yang dimulai dengan pembuatan wujud Bhuta Kala dan berhubungan dengan ritual Nyepi di Bali. Pada masa itu, Indonesia memutuskan bahwa Nyepi merupakan bagian dari hari libur nasional yang membuat masyarakat mulai membuat perwujudan onggokan hingga diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali ke XII pada 1990.
Ogoh-ogoh menggambarkan kekuatan yang disebut Bhu dan alam semesta serta waktu, yang disebut Kala. Ogoh-ogoh merupakan simbol dari sifat buruk manusia seperti nafsu, iri, dengki dan serakah. Sebab itu pula ogoh-ogoh memiliki wajah buruk rupa dan menyeramkan.
Selain itu, ogoh-ogoh kerap kali digambarkan menyerupai makhluk Mayapada, Syurga dan Neraka seperti naga, gajah dan Wiyadari.
Makna Tradisi Ogoh-Ogoh
1. Keinsyafan manusia
Menurut Cendekiawan Hindu Dharma, makna tradisi ogoh-ogoh yang direpresentasikan sebagai sifat buruk manusia akan membuat banyak orang insyaf dan bersyukur akan hidupnya. Ogoh-ogoh ini melambangkan kekuatan dan alam semesta, serta waktu yang maha dahsyat agar tidak tetap berusaha menjadi manusia yang baik dan menjauhi hal buruk.
2. Membuat dunia jadi lebih indah
Ogoh-ogoh memiliki dua kekuatan, yakni bhuana agung yang berarti alam raya dan bhuana alit yang berarti kekuatan dalam diri setiap manusia. Dua kekuatan ini dapat digunakan untuk menghancurkan segala sifat buruk manusia dan membuat dunia jadi lebih indah dan hidup manusia jadi lebih damai dipenuhi kebahagiaan.
Secara keseluruhan, ogoh-ogoh memiliki makna yang sangat penting dalam budaya dan kepercayaan Hindu di Bali. Sebagai simbol kekuatan jahat, ogoh-ogoh digunakan sebagai alat untuk mempertahankan keseimbangan alam semesta dan sebagai momen untuk memperkuat hubungan antarwarga dalam masyarakat.
Fungsi Tradisi Ogoh-Ogoh
1. Representasi Bhuta Kala
Ogoh-ogoh berfungsi sebagai representasi Bhuta Kala, yakni sifat buruk manusia. Ogoh-ogoh ini dibuat menjelang hari raya Nyepi dan diarak mengelilingi desa pada senja hari Pengrupukan hingga malam hari yang biasanya dilakukan sehari sebelum Hari Raya Nyepi.
2. Simbol pembersihan sifat negatif dan perilaku buruk
Ogoh-ogoh berfungsi sebagai simbol pembersihan alam dan diri sendiri dari sifat negatif, sifat jahat, dan roh jahat, sehingga terhindar dari kehancuran dengan cara membakar ogoh-ogoh pada malam pengerupukan yang bertujuan agar manusia senantiasa hidup dalam kebahagiaan.
Itu dia makna tradisi ogoh-ogoh dalam perayaan Hari Raya Nyepi di Bali sebagai representasi sifat buruk manusia.
NUR QOMARIYAH
Pilihan Editor: Tradisi Ogoh-Ogoh Masyarakat Hindu Bali sebelum Hari Raya Nyepi, Mengapa Setelahnya Dibakar?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.