TEMPO.CO, Jakarta - Keraton Solo pusat pemerintahannya tidak dipimpin langsung oleh Sri Sunan. Namun, dipimpin oleh pemangku adat Jawa sebagai pewaris kerajaan Jawa. Menurut sejarah, Keraton Kasunanan atau Keraton Solo, didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744. Bangunan ini sebagai pengganti Keraton Kartasura yang rusak akibat peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1743. Pemindahan keraton dilakukan ke Desa Sala. Desa ini merupakan desa kecil di pinggiran sungai Bengawan Solo. Proses pembuatan keraton Surakarta kemudian dicampuri oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I atau Pangeran Mangkubumi sebagai arsitek. Kini, Anda bisa berkunjung menjelajahi Keraton Solo dengan informasi berikut:
Tiket Masuk Keraton Solo
Keraton Solo atau Keraton Kartasura, dibangun dengan luas 5200m persegi. Keraton ini dekat dengan sungai Bengawan Solo yang terkenal. Perbedaan keraton ini yang harus Anda ketahui daripada Keraton Jogja adalah pada gelar raja. Keraton Jogja bergelar kesultanan, sedangkan Keraton Solo mendapat gelar kasunanan. Alamat Keraton Solo ada di pusat kota Solo, daerah Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Sekitar 4 km jika Anda datang dari Stasiun Solo Balapan.
Tiket Masuk
- Turis Lokal Rp 10.000 per orang
- Turis Asing Rp 15.000 per orang
- Rombongan Turis Lokal Rp 8.000 per orang
Penyewaan
- Kamera Rp 3.500
Biaya Parkir
- Kendaraan Roda Dua Rp 2.000
- Kendaraan Roda Empat Rp 5.000
Jam Buka Keraton Solo
Jadwal operasional Keraton Solo, sebagai berikut:
- Hari Kerja (Senin – Kamis) : 09.00 – 14.00 WIB.
- Akhir Pekan Sabtu – Minggu) : 09.00 – 15.00 WIB.
- Jumat : tutup atau libur.
Keindahan yang Ada di Keraton Solo
Anda bisa melihat bagaimana arsitektur Keraton Solo mirip dengan keraton Yogyakarta. Hal ini karena didesain oleh orang yang sama, yaitu Pangeran Mangkubumi. Namun, keraton Surakarta bercampur pada gaya Jawa dan Eropa. Terlihat juga dengan nuansa bangunan berwarna biru dan putih. Bangunan keraton Solo terdiri dari banyak komplek seperti alun-alun, Sasono Sumewo, Siti Hinggil, dan Magangan (komplek luar). Kemudian, komplek Sri Manganti, Kemandungan, dan Komplek Kedaton (komplek luar).
Bagi Anda yang ingin berkunjung, Anda perlu mengetahui bahwa antara komplek luar dan dalam keraton Solo, terpisahkan oleh dinding pertahanan Baluwarti dengan panjang 700 meter dengan lebar 500 meter. Dinding ini memiliki tinggi 3 hingga 5 meter dengan tebal mencapai 1 meter untuk melindungi komplek kedaton (tempat tinggal raja). Ada beberapa tempat yang tidak boleh Anda kunjungi di Keraton Solo seperti kediaman Raja Pakubuwono. Berikut tempat yang aman untuk Anda kunjungi:
- Area pendopo besar di dalam Sasana Sewaka. Area ini terdapat pertunjukan tari dan gamelan khas Jawa yang enak didengar. Sasana Sewaka adalah bangunan pendopo utama yang konon menjadi tempat para pejabat keraton Solo menghadap raja. Sayangnya, Anda tidak diperbolehkan memasuki bagian dalam pendopo ini. Ada aturan lain yang perlu Anda ingat saat akan masuk ke Sasana Sewaka, yaitu harus melepas alas kaki dan berjalan dengan kaki telanjang di hamparan pasir. Pasir ini menurut sejarah, diambil langsung dari pantai Parangkusumo dan Gunung Merapi.
- Kemudian, Panggung Sanggabuwana yang juga hanya bisa dikunjungi di bagian luar. Bangunan ini berusia sekitar 250 tahun ini. Di mana raja bersemadi, biasanya di lantai IV. Konon pada masa Belanda, Sanggabuwana ini juga menjadi tempat bagi raja untuk mengawasi situasi Benteng Vastenburg yang dibangun Belanda di arah utara dari Keraton Solo.
Dahulu, jika Anda mengunjungi keraton Solo, Anda bisa berbincang leluasa dengan abdi dalem. Hal ini menjadikan pengunjung mendapatkan banyak wawasan. Namun, sekarang ada batas yang tak bisa dilewati oleh orang umum.
Pilihan editor: Meriahnya Perayaan Adeging Pura Mangkunegaran Solo, Ada Penampilan Deretan Artis dan Festival Kuliner
NIA HEPPY | ALFI MUNA SYARIFAH