TEMPO.CO, Jakarta - Jepang telah melonggarkan aturan penggunaan masker sejak 13 Maret 2023. Masyarakat tak diwajibkan lagi menggunakan masker di dalam dan luar ruangan, artinya penggunaan masker tergantung pilihan pribadi.
Namun pelonggaran aturan Covid-19 itu memiliki efek yang kecil pada Senin, 14 Maret 2023. Banyak orang yang masih menggunakan masker meskipun pemerintah berupaya menormalkan aspek kehidupan sehari-hari yang mengacu pada pembatasan kesehatan masyarakat selama pandemi.
Para komuter pagi di Tokyo dan orang-orang di stasiun dan tempat berkumpul lainnya tampaknya mengambil pendekatan "menunggu dan melihat". Di antara mereka adalah Shiori Ogino yang berusia 29 tahun, yang mengatakan dalam perjalanan ke kantornya dia akan tetap memakai masker karena risiko infeksi virus corona dan aturan jaga jarak tidak berubah.
Ogino mengatakan ingin menunggu sampai pemerintah menurunkan status Covid-19 sebagai penyakit menular pada Mei sesuai rencana. Pedoman pemakaian masker dilonggarkan menjelang penurunan status hukum Covid-19 ke kategori yang sama dengan penyakit menular umum pada 8 Mei. Covid-19 saat ini ditetapkan sebagai kategori khusus yang setara atau lebih ketat dari Kelas 2, yang mencakup penyakit menular, seperti tuberkulosis dan sindrom pernafasan akut yang parah atau SARS.
Di peron kereta peluru shinkansen di Stasiun Tokyo pada Senin pagi, sebagian besar pebisnis dan pelancong tetap menggunakan masker. Kiyoshi Watanabe, 76 tahun yang sedang dalam perjalanan ke Prefektur Kyoto, mengatakan dia masih mengawasi bagaimana kelanjutannya. "Saya harap saya bisa mulai melepasnya sekitar akhir musim semi," kata dia.
Meskipun pemakaian masker tidak pernah diamanatkan secara hukum di Jepang, pemerintah telah merekomendasikan pemakaian masker di dalam ruangan dan tidak menyarankan melakukannya di luar ruangan. Tetapi sebagian besar masyarakat Jepang memakainya terlepas dari apakah mereka berada di dalam atau di luar ruangan.
Di bawah pedoman baru, pemerintah tetap merekomendasikan pemakaian masker di institusi medis, panti jompo dan di transportasi umum yang padat. Juga dicatat bahwa masker melindungi orang yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit serius, termasuk orang tua.
Maskapai penerbangan, kereta api, bus, dan transportasi umum lainnya tidak akan lagi meminta pelancong untuk memakainya. Hal yang sama berlaku untuk operator jaringan supermarket besar dan toko serba ada.
Salah satu komuter yang pergi tanpa masker adalah Perdana Menteri Fumio Kishida. Pemimpin Jepang, staf keamanan dan kesekretariatannya semuanya berjalan kaki singkat dari kediaman pemimpin ke kantornya tanpa masker.
Berbicara kepada wartawan, dia mengatakan dia akan lebih sering melepas masker mulai sekarang, sambil juga meminta orang untuk memakai masker saat bertemu orang yang berisiko tinggi terinfeksi, seperti lansia di fasilitas perawatan.
Di Tokyo Disneyland, yang sejak Senin tidak lagi mewajibkan pengunjung atau staf memakai masker, hampir semua orang yang menuju gerbang tiket menggunakan masker. Tetapi seorang wanita berusia 30 tahun yang mengunjungi keluarganya dari Prefektur Saga, barat daya Jepang, melawan tren tersebut. "Kami datang jauh-jauh ke Disneyland, dan yang terbaik adalah jika kita semua bisa melihat ekspresi satu sama lain hari ini," kata dia.
Sekolah juga, pada prinsipnya, tidak lagi meminta pemakaian masker mulai 1 April, awal tahun ajaran Jepang. Namun, untuk tukang cukur, salon kecantikan, dan layanan lain yang memiliki kontak dekat, pelanggan kemungkinan besar masih diminta untuk memakai masker. Pada pertunjukan musik dan konser, peserta akan diminta untuk mengikuti kebijakan penyelenggara.
KYODONEWS
Pilihan Editor: Jepang Akan Anggap Covid-19 Sebagai Flu Biasa Musim Semi Ini, Apa Dampaknya?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.