TEMPO.CO, Yogyakarta - Ribuan orang memadati Kawasan Wisata Budaya Raminten di Jalan Kaliurang KM 15,5 Sleman Yogyakarta, Kamis sore, 26 Januari 2023. Meski bukan masa liburan, spot di jalur wisata menuju berbagai destinasi Gunung Merapi itu tampak tetap semarak karena agenda Kamis Pahing.
Ada berbagai atraksi, seperti edukasi membatik, parade tari tradisional, kirab budaya ogoh-ogoh dan belasan stand kuliner yang diikuti warga sekitar. Para penampil hingga panitia seluruhnya menggunakan pakaian adat khas Yogya.
Puluhan sanggar kesenian asal Yogyakarta bergantian menampilkan kreasinya dan membuat wisatawan yang kebetulan melintas terpancing untuk berhenti sejenak demi menyaksikan tontonan gratis itu. Sembari menikmati berbagai pertunjukan, pengunjung juga menikmati berbagai jajanan murah meriah yang berderet di kawasan itu.
"Atraksi budaya ini untuk memperingati Hari Kamis Pahing, hari bersejarah bagi Yogyakarta karena hari itu merupakan hari berdirinya Keraton Yogyakarta," kata Ketua Penyelenggara Event Budaya Kamis Pahing Benny Trisnawan.
Benny mengatakan Kamis Pahing
merupakan hari perpindahan Keraton Yogyakarta yang saat itu berlokasi di kawasan Ambar Ketawang ke area tempat Keraton Yogyakarta berada saat ini. Saat itulah berbagai atraksi budaya digelar dan terus dilestarikan berbagai kelompok warga dengan cara menggelar atau menyediakan wadah bersama untuk perhelatan seni tradisi yang berkembang agar senantiasa hidup.
"Total hampir 100 penampil yang terlibat, dan wajib menggunakan pakaian adat seperti tradisi Kamis Pahing," kata Benny.
Pada hari Kamis Pahing, seluruh sekolah dan intansi pemerintah di DIY mengenakan pakaian adat. Kamis Pahing jatuh 35 hari sekali sesuai perhitungan tradisi weton atau peringatan hari kelahiran dalam tanggalan Jawa.
"Event budaya Kamis Pahing ini selain mengajak warga mengingat hari bersejarah pindahnya keraton dan melestarikan seni tradisi, juga untuk memperkuat jalur wisata Sleman utara terutama saat bukan masa liburan," kata Benny.
Pimpinan Sanggar Seni Gandhis Luwes Sleman Sri Martuti menuturkan anak didiknya menampilkan dua tarian dalam event itu, yakni Tari Kenyong Bekso dan Tari Genjring. "Tari Kenyong Bekso menceritakan tentang remaja yang gemar menari sedangkan Genjring merupakan tarian yang dikreasi dari seni Jaipong," kata dia.
Sri menuturkan event budaya seperti Kamis Pahing ini selalu dinantikan para pengelola sanggar seni budaya di Yogyakarta sehingga anak asuhnya mendapat apresiasi dan bersemangat terus belajar kesenian. "Kami memiliki 70 anak asuh, dengan adanya event seperti ini anak anak semakin termotivasi karena ada wadah yang membuat mereka mendapatkan apresiasi dari hasil belajarnya," kata dia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu