Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Julukan dan Keseharian Suku Bajo yang Jadi Inspirasi Film Avatar: The Way of Water

Reporter

image-gnews
Suasana kampung suku Bajo di Desa Leppe, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. TEMPO/Irmawati
Suasana kampung suku Bajo di Desa Leppe, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. TEMPO/Irmawati
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Suku Bajo tengah menjadi perbincangan setelah James Cameron, sutradara film Avatar: The Way of Water mengungkapkan bahwa salah satu suku di Indonesia itu menjadi inspirasinya menciptakan Suku Metkayina.

Melansir National Geographic, Cameron mengatakan ia melakukan riset dan meneliti budaya dari suku-suku yang hidup berdampingan dengan laut. Salah satu inspirasinya ternyata adalah suku dari Indonesia, yakni Suku Bajo atau dikenal dengan nama Suku Bajau dan Suku Sama.

Klan Metkayina dalam film Avatar: The Way of Water. Foto: 20th Century Studios

"Ada (orang Sama-Bajau), orang di Indonesia yang tinggal di rumah panggung dan hidup di atas rakit. Kami melihat hal-hal seperti itu," kata Cameron.

Tentang Suku Bajo

Menurut laman Kemdikbud, Suku Bajo merupakan etnis asal Asia Tenggara yang memiliki karakteristik kemaritiman cukup kental. Asalnya konon dari Kepulauan Sulu Filipina yang biasa disebut juga Suku Bajau atau Suku Sama.

Di Indonesia, Suku Bajo bisa dijumpai di sekitar perairan Sulawesi, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa Tenggara, hingga ke pantai timur Sabah (Malaysia).

Rumah suku Bajo kebanyakan berdiri di tepian pantai atau di atas perairan laut dangkal yang dipasang tiang pancang agar terhindar dari gelombang pasang. Dinding rumahnya berbahan dasar kayu dan atapnya terbuat dari rumbia.

Karena tinggal di perairan laut, kegiatan sehari-hari suku Bajo didukung oleh transportasi air berupa perahu. Selain sebagai alat transportasi, perahu-perahu digunakan oleh masyarakat suku Bajo untuk mencari nafkah. 

Karena sangat dekat dengan laut, mata pencaharian mayoritas Suku Bajo adalah nelayan. Mereka berburu ikan dengak beragam cara, mulai dari memancing, menjaring hingga memanah dengan tongkat kayu dan anak panah atau tombak. Memanah itu yang menjadi keahlian andalan orang Suku Bajo. Salah satunya Taharudin yang tinggal di Pulau Wangi-wangi Wakatobi.

Cerita keseharian Suku Bajo

Taharudin adalah seorang dari sejumlah nelayan dengan keahlian menangkap ikan di bawah laut menggunakan tongkat kayu dan anak panah. Saat berburu ikan, Taha hanya membawa kacamata bawah laut tradisional yang terbuat dari kayu, sepatu katak kreasi sendiri untuk melindungi telapak dari tajamnya karang dan alat penangkap ikan yang terbuat dari kayu, besi tajam sebagai anak panah dan karet untuk melontarkan panah.

Taha biasa berangkat mencari ikan di pagi hari, saat air laut surut dan pulang saat air laut mulai naik. Waktu mencari ikan itu ditentukan karena air laut cenderung tenang saat surut dan mulai berarus saat pasang yang tentu saja membuat sulit berenang di kedalaman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikan yang dicari oleh Taha hanya ikan besar, seperti kerapu, tongkol, gurita, baronang atau tuna yang bisa berukuran setengah badan Taha. Saat berburu ikan, Taha bisa menyelam dan mengendap-endap di antara terumbu karang.

Ia berenang sangat perlahan agar tidak ketahuan ikan. Taha biasa berburu menuju kedalaman hingga 20 meter untuk mencari ikan atau sekadar berjalan perlahan di atas pasir putih yang menjadi dasar lautan dangkal.

"Tadi saya tembak ikan sebesar ini," Taha menunjukkan ukuran dari ujung jari tangannya hingga bahu, setengah depa. "Terlepas, dia."

Taha melaut setiap hari. Biasanya, ia pulang membawa lima hingga tujuh ekor ikan besar-besar. Jika sedang beruntung dia bisa menangkap tuna seberat 50 kilogram dengan cara memanahnya di dalam laut.

Dari hasil tangkapan itu, sebagian ikan diolah oleh keluarga untuk makan malam dan esok hari. Kemudian sisanya dibawa ke pasar ikan untuk dijual.

Julukan manusia laut

Suku Bajo lahir dan besar di laut. Tak heran jika mereka memiliki adaptasi terhadap kehidupan laut.

Anak-anak Suku Bajo sudah pandai berenang dan tumbuh tanpa melewati hari untuk berenang di laut. Tumbuh besar di laut membuat orang Suku Bajo memiliki kemampuan tersendiri hasil tubuh yang beradaptasi.

Para nelayan pemanah di Suku Bajo bisa tahan berada di bawah laut hingga 13 menit tanpa bantuan alat pernapasan. Orang biasa umumnya hanya bisa menahan nafas di dalam air sekitar satu menit.

Baca juga: Inilah Pulau Bungin, Salah Satu Pulau Terpadat di Dunia Ada di Sumbawa

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

1 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

2 hari lalu

Ilustrasi Sabu. TEMPO/Amston Probel
Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.


Profil Dave Bautista dan Eric Nam yang Mengisi Suara Film Avatar: The Last Airbender

2 hari lalu

Dave Bautista. Foto: Instagram/@davebautista
Profil Dave Bautista dan Eric Nam yang Mengisi Suara Film Avatar: The Last Airbender

Dave Bautista, badan kekar dengan smack andalan Bautista Bomb ini bakal mengisi suara salah satu penjahat di Avatar: The Last Airbender.


Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

8 hari lalu

Direktur Walhi Jawa Tengah Fahmi Bastian. Foto dok.: Walhi
Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.


Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

12 hari lalu

Ilustrasi nelayan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.


Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

20 hari lalu

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam acara Pertemuan Nasional Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial di Kantor KKP, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang
Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.


Terkini: Jokowi Resmikan 4 Bandara di Sulawesi termasuk di Palu yang Kena Gempa 2018, Begini Bunyi Peraturan Bawaan Penumpang yang ke Luar Negeri

24 hari lalu

Presiden Joko Widodo alias Jokowi ketika meresmikan rehabilitasi dan rekonstruksi Bandara Mutiara SIS Al-Jufri Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa, 26 Maret 2024. Jokowi juga meresmikan tiga bandara lain, yaitu Bandara Banggai Laut serta Bandara Bolaang Mongondow dan Bandara Taman Bung Karno di Sulawesi Utara. Foto: tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden.
Terkini: Jokowi Resmikan 4 Bandara di Sulawesi termasuk di Palu yang Kena Gempa 2018, Begini Bunyi Peraturan Bawaan Penumpang yang ke Luar Negeri

Presiden Jokowi meresmikan rehabilitasi dan rekonstruksi Bandara Mutiara SIS Al-Jufri Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa, 26 Maret 2024.


Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

29 hari lalu

Dua orang anak bermain di lokasi  kapal mengangkut imigran etnis Rohingya yang mendarat di pantai desa  Ie Meule, kecamatan Suka Jaya, Pulau Sabang, Aceh, Sabtu 2 Desember 2023.  Sebanyak 139 imigran etnis Rohingya terdiri dari laki laki,  perempuan dewasa dan anak anak menumpang kapal kayu kembali mendarat di Pulau Sabang, sehingga total jumlah imigran di Aceh tercatat  sebanyak 1.223 orang. ANTARA FOTO/Ampelsa
Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka


Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

32 hari lalu

Delapan awak kapal WNI di  kapal kargo di Taiwan, 28 Oktober 2022. (ANTARA FOTO/FAHMI FAHMAL SUKARDI)
Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.


Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

32 hari lalu

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, membuat program Dedikasi Kukar Idaman untuk para nelayan dan pembudidaya ikan di Kecamatan Anggana.